"Baik, setelah ini kalian jadwalnya apa?" guru berkacamata besar itu bertanya kepada murid-muridnya.
"Kemarin malem ada pengumuman di grup WhatsApp katanya ada kunjungan kan bu?" ucap salah satu murid.
"Ah iya... ibu lupa, yasudah kalian jangan ribut sebelum ada suruhan ya!" ucap guru fisika itu.
"Baik bu!"
Dan akhirnya baru saja di nasihati sedetik setelahnya kelas mulai ricuh.
"Untung alat yang kita bikin mau berfungsi, coba kalo nggak tuh kayak kelompok sebelah, kan berabe!" Haris memulai obrolan dengan teman-teman sekelompoknya.
"Ya untung Xavier punya inisiatif buat bawa dinamo cadangan, coba kalo nggak? ya gak bakal muter itu." sambung Yassa mengomentari tentang alat yang kelompok mereka buat saat ujian praktek Fisika tadi.
"Nah jadi kalian harus berterima kasih sama Vier!" ucap Putri.
"Iyadeh, makasih banyak paduka!" tentu itu Haris yang berbicara.
"Hm," Xavier hanya berdehem, "Masih lama gak kira-kira ini di kumpulinnya kita ke lapang?" sambungnya.
"Bentar lagi deh kayaknya." jawab Joni.
"Kenapa emang?" Alsa membuka suara.
"Lemes aku, makan dulu keburu gak?"
"Iya nih gue juga laper, kuy lah ke kantin!" ajak Haris.
"Eh emang boleh?" Putri bertanya sedikit cemas.
"Yaelah kelas kita deket ini sama kantinnya, gak bakal nyita waktu lama."
Ya benar sih, mereka beruntung karena menempati kelas yang dekat posisinya dengan kantin sekolah itu.
"Ah gue di kelas aja."
"Yaudah, mau ikut gak kalian?" tanya sekaligus ajak Haris kepada yang lainnya.
"Ayo Har!" suhut Joni sambil berdiri.
"Gue juga ikut!" sambung Yassa sambil mengikuti Haris dan Joni yang sudah terlebih dahulu berjalan keluar kelas.
"Lah padahal kan yang laper tadi Xavier ya, kenapa mereka yang pergi?" Putri heran sendiri.
"Aku bawa roti, kamu makan itu dulu aja ya buat ngeganjel, kayaknya di kantin juga penuh." ucap Alsa sambil membuka tasnya berniat untuk mengeluarkan kotak bekal berwarna creamnya itu.
Xavier hanya mengangguk, lelaki itu sejak pagi tidak banyak berbicara dan tergolong lemas.
"Aduh nyamuk!" Putri penampar pipinya sendiri pelan, "Hehe!"
"Gue bawa lebih kok" ucap Alsa, "Nih!" dia memberikan satu roti dengan ukuran yang cukup besar kepada Putri.
"Wah rejeki di pagi hari, bayar gak nih?" gurau Putri.
"Gak usah!"
"Wihh makasih ya Al!" baru saja membuka plastik roti tersebut, Putri langsung menaruhnya di atas meja.
"Lho, kenapa Put?"
"Perut gue sakit Al, titip rotinya ya gue mau ke toilet dulu." ucapnya langsung pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Alsa.
Kini tersisa Alsa dan Xavier saja, berdua.
"Kamu kenapa Vier? kenapa gak di makan rotinya?" tanya Alsa melihat Xavier yang malah menelengkupkan wajahnya di atas meja. Kotak bekal berisi roti yang Alsa bertengger di sampingnya.
"Hmm... pusing dikit." gumamnya dengan mata yang masih terpejam, "Bentar ya sayang, aku bukan mau nganggurin roti kamu kok."
Alsa tidak mempermasalahkan itu, ia menaruh punggung tangannya ke jidat lelakinya itu, "Kayaknya kamu mau demam deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Xavier's Bakery || On Going
Teen FictionBerawal dari mempunyai kesukaan yang sama, Alsa dan Xavier menjadi saling tertaut dan masuk kedalam kehidupannya masing-masing. Hingga akhirnya mereka mempunyai wishlist untuk membuat toko roti milik bersama. Tetapi sebaik dan seberusaha apapun kit...