Rekomendasi song:
Hurt so good—Astrid S🥖🥖🥖
"Sa, di depan gue lo gak usah pura-pura buat jadi orang lain. Karena, lo tetap Alsa si cewek periang dengan jepit rambut tulip pink yang gue kenal."Sorot mata Alsa menatap lamat lelaki di depannya itu, "Alsa yang itu udah lama ilang." ucapan itu keluar dari bibirnya.
Xavier sontak menggelengkan kepalanya, "Alsa yang itu masih ada, jauh di lubuk hati lo. Dia sembunyi di balik wujud sifat lo yang sekarang."
"Lo gak tau apa-apa."
"Emang." Xavier membenarkan perkataan Alsa barusan, "Tapi gue liat dia tadi muncul bentar, bentar banget."
"Gue mau liat lebih lama lagi, kalo sama Alsa yang sekarang gue merasa kenal sama orang baru." sambung lelaki itu lagi dengan tatapan yang tidak lepas dari manik milik Alsa. Tatapan mereka terkunci.
Sebelum Alsa yang memutuskan kontak mata itu, gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah jendela luar yang menampilkan beberapa orang yang berlalu lalang.
"Sa,"
"Di depan gue, lo gak perlu repot-repot pake topeng."
"Topengnya permanen."
"Gue rasa nggak," Alsa menoleh mendengarnya, "Topengnya di buka ya Sa, kalo lagi sama gue, lo bebas jadi diri lo sendiri, diri lo yang sebenernya."
🥖🥖🥖
Hamparan rerumputan hijau yang terlihat terawat itu begitu indah, angsa-angsa putih berenang di atas danau. Semilir angin bak membelai kulit, langit yang mulai menguning menjadi perpaduan yang indah sekali.
Air danau yang terlihat tenang itu menjadi saksi atas senyuman milik perempuan yang kini sedang memakan es krim corong rasa coklatnya itu.
Di sampingnya, seorang laki-laki juga sama sedang memakan es krim miliknya, yang membedakan hanya rasa es krim milik lelaki itu vanila.
Xavier terkekeh kecil melihat Alsa yang begitu semangat untuk menghabiskan es krim di genggamannya, "Pelan-pelan aja Sa, gak akan ada yang ngambil kok!"
Alsa menjilati es krimnya itu, "Udah mau leleh, makanya cepet-cepet."
Xavier mengulum bibirnya, tak kuasa menyembunyikan rasa senangnya hari ini. Ia mengalihkan pandangannya, bahaya jika ia terus-menerus melihat ke arah Alsa. Gadis itu begitu lucu... Xavier rasa?
Hoodie kebesaran yang perempuan itu kenakan malah membuat tubuhnya yang mungil itu lebih terlihat mungil. Apalagi duduk berdampingan dengan badan Xavier yang jangkung dan bahu yang lebar itu. Kentara sekali.
"Abis ini mau kemana?" tanya Xavier sambil meraih bungkus es krim yang Alsa pegang.
"Pulang?" jawab Alsa lebih ke arah bertanya.
Xavier tidak menjawab, lelaki itu beranjak untuk membuang sampah milik mereka berdua ke tempat sampah yang berada tak jauh dari kursi yang mereka duduki.
"Gak mau liat sunset nya tenggelam dulu?" tawar Xavier ketika sudah kembali, dia menyodorkan sebotol air mineral yang sebelumnya sudah ia buka tutup botolnya kepada Alsa. "Minum, takut seret."
"Makasih Vier!" Alsa dengan senang hati menerimanya.
"Sekarang jam berapa?" Alsa bertanya sambil menyerahkan botol air minum itu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Xavier's Bakery || On Going
Fiksi RemajaBerawal dari mempunyai kesukaan yang sama, Alsa dan Xavier menjadi saling tertaut dan masuk kedalam kehidupannya masing-masing. Hingga akhirnya mereka mempunyai wishlist untuk membuat toko roti milik bersama. Tetapi sebaik dan seberusaha apapun kit...