Bertahan terus ya Sa, aku sayang kamu.
Bertahan terus ya Sa,
Aku sayang kamu.
Aku
Sayang
KAMU.
"ARGHH!" rambut yang semula rapih malah Alsa acak-acak kembali, kemudian gadis itu menyisir rambutnya kembali.
"Apa-apaan coba maksudnya dia bilang gitu?!" Alsa menggerutu tak jelas, setelah memoleskan lip balm supaya bibirnya lembap Alsa meraih tas sekolahnya itu. Setelah memakai sepatu ia buru-buru membuka pintu dan menguncinya kembali.
Alsa berjalan santai ke arah gerbang kosannya, tangannya menggeser pagar, dan begitu terkejutnya dia, lelaki yang semalam memenuhi kepalanya duduk di atas motor hitamnya itu dengan tenang.
"Eh hai!" sapanya sambil memasukan handphone ke saku jaket yang di kenakannya, "Baru aja mau aku chat." sambungnya.
"Ngapain?" tanya Alsa kikuk.
"Ngapain? ya jemput kamu lah, apalagi."
"Maksudnya kenap–"
"Kita berangkat bareng Alsa..." potong Xavier cepat, "Ayo naik!" titahnya lalu mencondongkan sedikit motornya ke kanan supaya Alsa mudah untuk menaikinya.
"Ngejek banget!" nyinyir Alsa pelan, ya Alsa tau tingginya tak seberapa, tapi memangnya harus seperti itu ya?
"Biar gampang Sa." eh ternyata laki-laki itu mendengar gerutuannya.
Tanpa bisa menolak lagi Alsa kemudian menaikin motor tersebut, selama perjalanan otak Alsa berpikir, kenapa Xavier seperti biasa saja setelah kejadian semalam, berbanding terbalik dengan Alsa yang tidak bisa tenang sampai sekarang. Apa laki-laki itu hanya bercanda, ya?
Jika kalian berharap ada adegan tembak menembak saat malam kemarin, itu salah besar. Karena setelah ucapan sayang dari Xavier itu sang mpu hanya bicara –"Aku sayang kamu, makanya kamu harus sayang sama diri kamu sendiri. Biar nanti gampang buat sayang ke aku juga."—
Tidak ada kata, –"mulai sekarang kita pacaran, aku ga terima penolakan,”– atau sejenisnya.
Alsa rasa sia-sia dia mengubur dalam-dalam perasaannya terhadap Xavier dari yang bertahun-tahun lalu. Apa Alsa salah?
Jika di pikir lagi, siapa yang tidak bawa perasaan kalau di perlakukan sebaik itu oleh lawan jenis, tapi Alsa sepertinya harus tahu batasan.
Karena sampai kapanpun ia tak seharusnya menginginkan dirinya dan Xavier untuk bersama. Mereka berdua jelas berbeda.
"Sa, udah sampe, mau sampai kapan kamu duduk di sini?"
"Eh?" Alsa kembali ke realitanya setelah bergulat dengan pikirannya sendiri.
"Ayo ke kelas, bentar lagi upacara!" Alsa hanya mengangguk mengiyakan, dan turun dari motor.
🥖🥖🥖
Berbulan-bulan berlalu, orderan yang masuk dan minat pembeli terhadap bisnis roti milik Alsa dan Xavier semakin meningkat. Bahkan mereka sudah pernah menerima pesanan ribuan untuk acara pernikahan. Walau awal-awalnya mereka berdua sempat mengalami kesulitan dan gagal karena beberapa hal.
Karena waktu itu bertepatan juga saat mereka sibuk mengurusi tugas-tugas akhir dan ujian kenaikan kelas.
"Kamu gak mau ngasih Bayu roti buatan kita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Xavier's Bakery || On Going
Novela JuvenilBerawal dari mempunyai kesukaan yang sama, Alsa dan Xavier menjadi saling tertaut dan masuk kedalam kehidupannya masing-masing. Hingga akhirnya mereka mempunyai wishlist untuk membuat toko roti milik bersama. Tetapi sebaik dan seberusaha apapun kit...