Pagi hari kali ini sedikit mendung, bahkan ketika waktu sudah menunjukkan jam sembilan matahari sepertinya masih enggan untuk menampakan diri.
Suasana yang sangat mendukung siapa saja untuk bermalas-malasan, begitupun dengan Alsa yang sekarang masih setia rebahan di atas kasur sederhananya. Perempuan itu melamun, banyak sekali pertanyaan dan pertimbangan yang ada di fikirannya saat ini.
Netra hitamnya melirik sepintas jam di dinding kamar kosnya itu, "Udah jam sembilan lebih, pergi gak ya?" lirihnya pelan.
"Arghh!" Alsa mengacak rambutnya kesal, ia memilih untuk menutup setengah mukanya menggunakan lengan, berharap bimbang yang dia alami kali ini akan hilang dengan tidur sejenak.
Sedangkan di rumah lain, tepatnya di kamar, Xavier sedang berkutat dengan handphonenya. Banyak sekali dm yang masuk di Instagramnya. Banyak yang menanyakan perihal bisnis rotinya bersama Alsa, tetapi tidak sedikit juga yang hanya ingin basa basi dengannya.
Xavier kemudian memencet logo aplikasi telpon berwarna hijau, berniat untuk menghubungi Alsa yang sejak sejam terakhir tidak membalas pesannya.
saaa, gimana sama bisnis jualan kita? ||
udah banyak yang nanyain, ada yang nge-dm kamu juga ga? ||
"Centang dua tapi tumben ga gercep? lagi beres-beres apa ya?" tanya Xavier bergumam pada dirinya sendiri.1 menit, 2 menit, dan tak terasa sudah hampir 20 menit Alsa masih tidak membalas pesannya, Xavier mulai di landa khawatir. Tanpa berfikir lagi, Xavier langsung menelpon Alsa berharap perempuan itu mengangkatnya.
Tetapi hanya berdering, dan sepertinya Alsa tidak akan membalas telponnya. Buru-buru Xavier beranjak dari tempat tidur dan mengambil jaket yang bertengger manis di gantungan tempat yang biasa ia gunakan. Kaki jenjangnya buru-buru turun dari lantai atas.
"Bun, Vier ke luar dulu ya sebentar." pamitnya kepada Clarisa yang sedang mengobrol dengan sang Ayah.
"Mau kemana Vier? kan sekarang hari Sabtu?" tanya Ayahnya.
"Mungkin mau kumpulan Pramuka ya nak?" tanya Clarisa kepada Xavier yang sedang menyalami tangannya.
"Ngga bun, Vier mau ke tempatnya Alsa."
"Ngapain? hati-hati lho Vier, Alsa kan sekarang nge-kos takutnya timbul fitnah kalo di kosan cuman berdua. Kalo mau bikin roti disini aja."
"Nah bener tuh." timpal Ayah, "Biar sekalian ayah bisa nyicip."
"Iya nanti Vier bawa Alsanya kesini, lagian mau main di luar kok bukan di kosan." ucap Xavier menjelaskan.
"Yaudah, hati-hati ya mainnya." pesan sang Bunda.
"Siap bun!" Xavier memberikan hormat, "Vier pamit ya, Bun Yah!"
🥖🥖🥖
Tok! tok! tok!!
Untuk kesekian kalinya Xavier mengetuk pintu kamar kosan Alsa, "Alsa? ada di dalem?"
Tok! tok! tok!
"Sa?! Alsa??"
"Maaf dek, nyari siapa ya?" Xavier menoleh ketika seorang perempuan kisaran umur di atasannya bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Xavier's Bakery || On Going
Ficção AdolescenteBerawal dari mempunyai kesukaan yang sama, Alsa dan Xavier menjadi saling tertaut dan masuk kedalam kehidupannya masing-masing. Hingga akhirnya mereka mempunyai wishlist untuk membuat toko roti milik bersama. Tetapi sebaik dan seberusaha apapun kit...