Please vote before reading! Thank you
Happy reading___________________________
“Siapapun tolong aku…”
Sion terduduk lemas di depan pintu dengan napas tersengal, qkeringat mengalir deras dari sebagian kelenjar kulit, membuat sekujur tubuhnya dibasahi keringat. Hawa dingin yang menyeruak menusuk kulit, membuat tubuhnya yang berkeringat menjadi terasa nyeri seolah dibuat membeku.
Terdengar suara seseorang yang menggema di seluruh ruangan. Terdengar pelan dan mencekam, “Jelas tidak ada yang mendengarmu, nak, karena aku sudah membatasi tempat mu dan orang-orang diluar sana,” ujar sosok bersuara gema itu.
“Apa?” Mata Sion bergerak kesana-kemari mencari keberadaan dari sosok bersuara gema itu.
Sosok bersuara gema itu berdehem, lantas kembali berujar, “Di sini hanya ada aku dan kamu, sudah lama aku menanti kehadiranmu, nak.”
Sion dengan susah payah bangkit berdiri, seluruh tubuhnya terus bergemetaran ditambah harus menahan rasa nyeri di seluruh tubuhnya. Saat Sion mengangkat kepala, di depannya sudah ada sebuah kepala buntung yang sempat tadi dia lihat.
“Kamu mengenal dia?” Sosok itu kemudian bertanya sambari mendekatkan kepala itu pada wajah Sion.
Sontak Sion berteriak, melempar kepala itu menjauh darinya ke sembarang arah, “Tolong jauhkan itu dari ku!!”
“Kamu takut kepadanya, Huh? Padahal kamu sangat merindukannya,” Sosok itu tidak henti-henti mengganggu Sion, jelas tidak akan sampai Sion menyerah. Sosok itu pun terkekeh-kekeh.
Sion langsung menutup kedua telinganya kuat-kuat, sudah tidak tahan, namun tawa sosok itu terus terdengar menggema di seisi ruangan.
“Tidak, sama sekali setelah kamu menunjukkan kepala seramnya itu,” pekik Sion terdengar nyaring memenuhi ruangan, namun tidak mampu menembus batasnya. Dadanya naik turun beriringan dengan napas yang tersengal. Alisnya menukik tajam, dan matanya melotot lebar. Dia sudah muak terus-terusan dipermainkan. Saat itu juga, tawa sosok itu berhenti. Namun tidak membuatnya benar-benar merasa harus berhenti.
Setelah beberapa saat dibuat membeku, akhirnya Sion mulai bisa mengerjakan seluruh tubuhnya. Melangkah pelan ke arah jendela sambil mengambil benda apa saja yang diyakini bisa menghancurkan pembatas itu dari atas nakas. Sebuah palu tergenggam erat di tangannya, terlihat biasa tapi tidak ada yang tahu kalau itu bisa–menurutnya.
Tanpa berpikir Sion melempar palu itu ke jendela itu, bukannya hancur seperti yang diharapkan, palu itu justru memantul dari jendela itu. Sekilas terlihat sebuah genangan pembatas yang samar. Palu itu memantul balik ke arah Sion, dengan cepat dia meringkuk mencoba melindungi dirinya, yang akhirnya palu itu terlempar ke arah pintu. Namun palu itu kembali terpantul dan melayang ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE HOUSE
TerrorSegera terbit (1/2) Kisah dimulai dengan kehidupan ketujuh laki-laki yang tinggal bersama seorang wanita tua bernama Lenny, disebuah rumah kecil sederhana, sebelum akhirnya tinggal di panti asuhan bersama Ethel. Meskipun hanya rumah kecil tapi sanga...