Bagian 29

358 36 3
                                    

Menemukan Kayla terlelap di kursinya, Erik dan Asya kembali saling pandang.

"Ya, sudah, Abang bawa saja Kayla pulang. Nggak usah dibangunin," bisik Asya.

"Kamu yakin udah nggak apa-apa aku tinggal?"

"Nggak apa-apa. Mudah-mudahan setelah ini ... Bang Andre benar-benar paham dan bisa menerima semua dengan lapang dada." Asya tersenyum di balik cadarnya.

"Aamiin. Kalau begitu, aku jalan dulu, ya, Sayang? Maaf, aku nggak sempat nemui anak-anak." Erik mengecup dahi Asya.

"Iya, nggak apa-apa. Lagian, anak-anak lagi asyik main dan nggak tahu kalau papanya datang."

"Baiklah. Titip anak-anak dan jaga diri kamu, ya? Jangan ragu untuk menelepon kalau butuh apa-apa yang tidak bisa kamu lakukan sendiri."

"Iya, iya. Bawel banget, sih!" Asya terkekeh pelan.

Tak lama, mobil Erik pun bergerak perlahan meninggalkan halaman rumah yang tidak terlalu luas itu. Asya menatap sembari menutup pintu pagar. Rasa lega menyelimuti hatinya, mengingat Andre yang pada akhirnya bisa mengerti kalau mereka sudah tidak bisa lagi bersatu. Tidak ada alasan kuat yang membuat Asya harus meninggalkan Erik. Yang ada, rasa cintanya semakin hari semakin bertambah. Tak peduli jika cinta Erik kini sudah terbagi dengan Kayla. Sebab ia telah tahu, jika ia telah memenangkan sebagian besar hati Erik sejak lama tanpa disadarinya.

"Mamaaaaaa!"

Panggilan putra sulungnya, menyentak lamunan Asya. Saat menoleh, dilihatnya Zaid menatap dari teras. Sepertinya ia sedang butuh Asya untuk melakukan sesuatu.

"Ya, Sayang? Mama datang."

***

Menjelang tidur, Erik akhirnya menceritakan apa yang terjadi sesungguhnya di masa lalu. Kenapa ia meninggalkan Kayla kala itu, semua tak lain adalah karena rasa patuhnya pada orang tua dan demi menyelamatkan nama baik Asya karena ulah Andre, kakak kandungnya.

Kayla tercenung. Tidak menanggapi satu kalimat pun yang keluar dari lisan Erik. Padahal, ia tidak bertanya ataupun meminta Erik menjelaskan. Erik sendiri yang berinisiatif memberitahukan semua padanya. Padahal, mungkin sebaiknya ia tidak tahu soal ini, meski tak menampik ia cukup penasaran dengan bagaimana pertemuan awal Erik dan Asya dulu. Namun, dengan begitu, Kayla pun jadi tahu apa alasan Erik pergi tanpa alasan yang jelas kala itu. Walau sekarang, semua tidak ada gunanya.

Kayla pun bisa menyimpulkan kalau Erik sangat mencintai Asya. Bagaimana tidak? Ia mampu melupakan Kayla selama itu walau pernikahan yang dibangun dengan Asya, tanpa dasar rasa cinta. Zaid dan Khalid adalah bukti cinta mereka. Naif sekali jika Kayla merasa dirinyalah yang paling Erik cintai. 

Kayla menertawai kebodohannya sendiri dalam hati. Ia terlalu percaya diri selama ini. Karena pada kenyataannya, Asya 'lah yang memenangkn hati lelaki itu. Sorot mata dan bahasa tubuh Erik, tidak bisa membohongi siapa pun. Termasuk dirinya.

"Semoga kamu bisa memahami alasanku, kenapa dulu aku meninggalkanmu," ujar Erik penuh harap.

Kayla menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang mulai terasa kering. Luka yang tercipta tanpa sengaja, membuat ia sadar akan satu hal. Bahwa masuk ke kehidupan Asya dan Erik, adalah sebuah kesalahan. Harusnya dulu ia menolak saja lamaran Asya untuk suaminya. Dengan begitu, Kayla tidak perlu tahu semua fakta yang ia dengar malam itu. Karena terkadang, tidak tahu apa-apa lebih baik ketimbang tahu, tetapi membuat hati terluka.

"Dan apa yang terjadi hari ini, adalah karena aku takut Bang Andre benar-benar merebut Asya dariku, Kay. Aku tidak rela kehilangannya, karena dia berjasa besar dalam hidupku. Jadi, apa yang sudah kumiliki, tidak akan kulepas begitu saja. Apa pun alasannya."

Dikhitbah Masa Lalu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang