Bagian 30

390 35 9
                                    

Rahma datang tepat setelah Erik berangkat ke toko. Kehadiran dua keponakannya, cukup mampu menghibur hati Kayla yang sedang galau. Namun, ia tetap tidak bisa membohongi Rahma, kakaknya. Wanita itu bisa membaca air muka sang adik.

"Bagaimana pernikahanmu, Kay? Kamu bahagia?"

Rahma bertanya, ketika mereka berdua menikmati camilan di ruang tengah bersama anak-anak Rahma.

Kayla tersenyum. "Alhamdulillaah, Kak."

Jawaban singkat Kayla tidak membuat Rahma puas.

"Gimana sih, rasanya nikah sama mantan pacar?" Ia mencoba menggoda Kayla.

"Apa, sih, Kak?" tampik Kayla, manyun.

"Ya cuma nanya aja. Nggak salah, kan?"

Kayla tidak menyahut.

"Kenapa diam?"

Seulas senyum, tercipta di bibir Kayla. "Terkadang, aku merasa terburu-buru saat mengambil keputusan menikah dengannya. Mungkin, karena niat awalku untuk menerima lamarannya sudah salah."

Rahma mengerutkan dahi, menatap wajah Kayla dengan saksama. Sang adik terlihat semakin cantik dengan polesan lipstik berwarna pink muda itu. Sangat pas dengan kulit putihnya. Ya, sejak menikah, Kayla tidak pernah absen berhias jika sedang tiba giliran Erik bersamanya.

"Maksud kamu gimana, Kay? Apa yang terjadi? Apakah istri pertamanya terlalu mendominasi?"

Kayla menggeleng. "Bukan tentang istri pertamanya, tetapi tentang Bang Erik sendiri."

"Kay, kalau ngomong jangan setengah-setengah gitu, deh! Tolong, jelaskan sama Kakak apa yang terjadi? Erik menyakiti kamu?"

"Entahlah, Kak. Apakah ini bisa disebut menyakiti atau bukan. Yang jelas, aku merasa kecewa sama Bang Erik." Kayla memandang dua keponakannya yang asyik bermain di lantai.

"Apa yang membuat kamu kecewa? Bukannya kalian saling mencintai dulunya? Dan sekarang, bukankah cinta itu semakin besar setelah kalian menikah?"

"Bukan saling, Kak, tapi hanya aku. Hanya aku yang masih memiliki cinta itu."

Kayla pun menceritakan segala yang telah terjadi. Mulai dari alasan Erik meninggalkannya, sampai pada situasi sekarang yang secara tidak langsung mengungkap semuanya.

"Bukankah dengan apa yang dilakukan Erik, itu artinya ... aku ini tidak ada arti di matanya?"

"Mendengar ceritamu, Kakak bisa paham apa yang kamu rasakan. Wajar jika kamu merasa terluka setelah tahu alasan Erik meninggalkanmu dulu. Dan ... maaf, maaaaaf banget, jika Kakak bilang ... wajar. Wajar jika cinta Erik lebih besar pada Asya. Selain karena Asya istri pertamanya, Asya juga adalah wanita yang telah berjasa menemani Erik menggapai hidayah."

"Kak! Aku yang lebih dulu mengenal dan mencintai Erik. Aku yang—"

"Kay!" Rahma memotong saat Kayla mencoba protes dengan pernyataan yang diberikannya. "Dengarkan Kakak dulu, ya, Kay!" pinta Rahma lembut, agar adiknya tidak tersinggung.

Kayla diam, membuang pandangan dari wajah Rahma dengan sedikit rasa kesal.

Rahma memaklumi sikap adiknya yang baru mencicipi kehidupan berumah tangga. Apalagi begitu menikah, Kayla langsung menjadi istri kedua. Jadi, sangat tidak mudah untuknya menyesuaikan diri dalam lingkup poligami. Apalagi, suaminya sekarang adalah mantan kekasihnya di masa lalu.

"Kakak tahu, dulu kamu dan Erik pernah bersama. Katakanlah pacaran. Kalian saling mencintai dan kalian merasa saling memiliki. Namun, sekarang keadaannya tidak sama lagi seperti saat itu. Semua sudah berbeda, Kay. Kalian itu sekarang adalah pasangan suami istri dan posisimu saat ini adalah sebagai perempuan kedua dalam hidup Erik, meskipun kamu adalah perempuan pertama yang bertahta di hatinya. Akan tetapi, pernikahan bisa mengubah segalanya, Kay. Cinta yang halal itu jauh lebih indah dirasakan dibanding cinta yang belum halal. Mungkin itu yang sudah Erik rasakan pada Asya."

Dikhitbah Masa Lalu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang