𝐗𝐈𝐈

17 7 0
                                    

___________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________

Keesokan harinya, Aruna bangun dengan perasaan yang masih bercampur aduk. Pesan Haikala dari malam sebelumnya membantunya tidur sedikit lebih tenang, tetapi dia tahu hari di sekolah akan kembali penuh dengan tantangan. Ketika Aruna tiba di sekolah, suasananya tidak jauh berbeda dari hari-hari sebelumnya. Namun, kali ini ada rasa cemas yang lebih besar yang menghantui pikirannya—rasa takut terhadap interaksi Rhea dengan Haikala.

Sepanjang pagi, Aruna berusaha menghindari tatapan Rhea dan teman-temannya. Ia duduk di kelas dengan pikiran yang melayang, mendengarkan guru menjelaskan materi tanpa benar-benar memperhatikannya. Ia tahu bahwa Rhea akan terus mencoba mendekati Haikala, meski Haikala sudah berulang kali menolak.

Ketika jam istirahat tiba, Aruna ragu-ragu sejenak. Biasanya, dia akan langsung menuju taman bersama Haikala, tetapi hari ini perasaan enggan itu lebih kuat. Ada rasa takut yang muncul, bahwa Rhea akan muncul lagi dan mempersulit semuanya. Namun, tepat saat ia hendak meninggalkan kelas, Haikala muncul di pintu dengan senyum khasnya.

“Aru, kita ke taman lagi?” tanyanya.

Aruna mengangguk meski perasaannya masih penuh dengan keraguan. Mereka berjalan berdua menuju taman, melewati beberapa siswa yang sedang bercengkerama di koridor. Saat mereka sampai di taman, suasananya terlihat sepi dan damai, hanya suara angin dan gemerisik dedaunan yang menemani.

Mereka duduk di bangku yang sama seperti kemarin. Haikala membuka bekal yang ia bawa dan mulai berbagi makanan dengan Aruna. Sesaat, suasana terasa nyaman dan normal, hingga suara langkah kaki mendekat, membawa rasa cemas kembali ke dalam diri Aruna.

Rhea muncul lagi, kali ini tanpa minuman atau es krim. Dia hanya berdiri di depan mereka dengan senyum licik di wajahnya. "Oh, kalian di sini lagi?" tanyanya, seolah dia tidak sengaja menemukan mereka.

Haikala menatapnya sekilas, kemudian melanjutkan makannya tanpa berkata apa-apa. "Ada perlu, Rhea?" tanyanya singkat.

Rhea tersenyum dan mendekat, duduk di sebelah Haikala tanpa izin, membuat jarak antara mereka dan Aruna semakin sempit. "Ngga ada sih, cuma pengen ngobrol aja. Kamu tahu, Kal, ada acara festival minggu depan. Aku pengen ngajak kamu pergi bareng."

Aruna merasakan jantungnya berdegup kencang. Meski tahu Haikala akan menolak, mendengar Rhea berbicara seperti itu membuat rasa tidak nyaman yang ia rasakan semakin menjadi-jadi.

Haikala menggelengkan kepala dengan tegas. "Maaf, Rhea. Aku udah ada rencana sama Aruna."

Rhea tampak tidak terpengaruh. "Kalian selalu bareng, ya? Tapi nggak apa-apa kalau sekali-kali jalan sama aku juga, kan? Lagipula, Aruna pasti ngerti."

Aruna hanya bisa diam, berusaha menahan perasaannya. Tetapi sebelum dia bisa berkata apa-apa, Haikala menatap Rhea tajam. "Rhea, aku udah bilang berkali-kali. Aku nggak tertarik buat jalan sama kamu, dan tolong berhenti gangguin aku dan Aruna."

Detak Harapan - HAERINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang