Duo Decim

4 2 0
                                    

Kali ini Qalesra tak dijemput di perusahaan, melainkan langsung dari rumahnya, bahkan dua pria bertubuh besar itu membawa mobil udara yang diberikan Henky. Tentunya, hal tersebut menarik perhatian banyak orang karena kedatangan mereka tepat saat semua orang akan pergi ke perusahaan.

Gadis itu menatap dua pria yang ia ketahui bernama Yugi dan Mero itu dengan tajam. Bisa-bisanya mereka melakukan hal tersebut tanpa izinnya, padahal Avey sudah setuju dengan permintaannya agar tak membawa mobil udara tersebut ke rumah karena ia akan mengambilnya sendiri ketika sudah waktunya.

"Ini perintah Henky, Avey pun tak bisa berbuat banyak." Mero menatap gadis itu, seolah tahu isi pikirannya.

"Tetap saja!" omel Qalesra, "aku akan menemui pria tua itu!"

Mero dan Yugi mendelik mendengarnya, baru kali ini ada orang yang dengan lantangnya menyebut Henky seperti itu.

"Cepatlah! Apa tujuan kalian ke sini?!" tanya gadis itu dengan raut kesalnya.

"Kau diminta untuk ke Kantor Pusat, bahkan mulai hari ini kau tak perlu lagi ke Ars Coorps." Jawaban Yugi membuat Qalesra mengerutkan dahinya.

"Mengapa mereka tidak mengatakannya padaku lebih dulu? Kenapa tiba-tiba seperti ini?" tanya gadis itu bingung.

"Kami hanya menjalankan tugas, Avey dan Henky sudah menunggumu di sana."

Qalesra menghela napas berat, lalumemutar matanya malas. Satu persatu mobil udara milik perusahaan pun pergi karena sudah pukul 09.00 itu tandanya ia juga harus pergi.

Gadis itu masuk ke dalam mobil, satu hal yang membuatnya takjub adalah tidak perlu mengemudikan mobil tersebut, ada beberapa pilihan di layar kecil yang berada di bagian tengah mobil itu, ia bisa memilih tujuannya.

Jika biasanya Danos yang selalu menjadi pengemudi dan dirinya duduk di bangku penumpang belakang, kali ini dirinya yang akan mengendalikan mobil tersebut.

Selama perjalanan, dirinya memikirkan bagaimana jika harus berpisah dengan teman-temannya. Ia harus beradaptasi dengan tempat dan orang baru. Qalesra tak khawatir dengan apa yang akan dikerjakannya karena itu hal yang sama, ia hanya berpindah tempat dan mendapatkan fasilitas lebih lengkap.

Ketika terdapat papan besar bertuliskan Novus Vitas, itu tandanya Qalesra sudah berada jauh dari rumahnya dan menuju ke Kantor Pusat. Satu hal yang menjadi pertanyaannya, yakni tentang papan besar yang seolah memisahkan empat perusahaan besar tersebut dengan Kanto Pusat.

Setelah tiga puluh menit, akhirnya ia sampai di depan Kantor Pusat yang berdiri megah dan mewah. Sebelum turun, dirinya menyentuh layar kecil tadi dan memilih 'auto raedam' maka mobil itu akan menuju tempat parkir.

Saat hendak sampai di pintu masuk utama, gadis itu langsung disambut dua pria bertubuh besar yang kerap kali menjaga Avey. Sedangkan, Yugi dan Mero pergi ke pintu masuk dekat parkir mobil.

"Langsung saja ke ruang biasa, mereka sudah menunggumu di sana."

Qalesra hanya mengangguk tanpa berekspresi sedikit pun. Raut wajahnya benar-benar datar, seolah mengatakan bahwa dirinya tak tertarik untuk datang ke Kantor Pusat.

Gadis itu langsung menuju ruang rapat yang biasa digunakan untuk pertemuannya dengan Avey dan Henky. Dua orang itu tampak sibuk dengan berkas yang ada di atas meja, begitu mendengar pintu terbuka, keduanya langsung menatap Qalesra sambil tersenyum, sedangkan gadis itu tetap menunjukan wajah datarnya.

Qalesra duduk di hadapan mereka, seperti biasa. Sebelum Avey mengatakan sesuatu, lebih dulu gadis itu mengucapkan kalimat yang sejak tadi ia simpan.

"Kenapa kalian tidak menghargai keputusanku? Dengan menunjukkan mobil itu membuat semua orang tahu!" tegas Qalesra.

"Bukankah itu bagus? Tandanya, kau sudah diterima di sini, kami juga sudah merencanakan kepindahanmu." Tanpa ragu pria tua itu mengatakannya sambil tersenyum, berharap Qalesra akan menerimanya.

"Aku belum berpamitan dengan teman-temanku, kenapa tiba-tiba memintaku untuk pindah pagi ini? Apa kalian merencakan sesuatu?"

Pertanyaan Qalesra membuat Avey dan Henky terbelalak. Benar-benar tak menyangka akan ada pertanyaan seperti itu karena selama ini siapa pun yang pindah ke Kantor Pusat mereka akan merasa senang dan dengan cepat melupakan kenangan ketika bergabung dengan empat perusahaan besar itu.

"Apa kau tidak suka? Kau bisa menemui mereka ketika sedang berlibur," ujar Avey.

Qalesra memijat pelipisnya yang tidak teras sakit itu.

...

Di sisi lain, tanpa ketiganya ketahui bahwa Larinne mendengarkan semua pembicaraan ketiganya karena Qalesra tak menutup pintu dengan rapat. Tadinya Larinne hanya ingin lewat menuju ruangannya, tetapi mendengar apa yang diucapkan temannya itu membuatnya penasaran.

"Kenapa kalian tidak menghargai keputusanku? Dengan menunjukkan mobil itu membuat semua orang tahu!"

Setiap perkataan ketiganya ia dengarkan, sampai akhirnya sebuah suara menginterupsi hingga membuatnya terkejut.

"Kenapa kau mendengarnya dari sini? Apa perlu kubukakan pintu untukmu?"

Larinne menatap pemuda yang tak lain adalah Ermo pun memutar matanya. Ia malas jika ada orang lain yang memergokinya seperti saat ini.

Tanpa mengatakan apapun gadis itu pergi begitu saja membuat Ermo menggeleng. "Tidak biasanya orang itu bersikap seperti ini."

Pemuda itu tak melepaskan tatapannya sampai Larinne menghilang di ujung lorong, berbelok ke kiri menuju ruangannya. Sedangkan, Ermo berdiri di sisi pintu ruangan yang ada di sampingnya itu untuk menunggu pembicaraan ketiganya selesai, karena ia diminta untuk mengantar Qalesra ke rumah barunya.

Tak butuh menunggu lama sampai akhirnya Henky ke luar dari ruangan itu, lalu disusul oleh Avey dan Qalesra.

"Ikutlah dengan Ermo, dia akan menunjukkan rumah barumu. Kuharap kau menyukainya," ucap Avey sambil tersenyum pada Qalesra yang hanya mengangguk-angguk.

Setelahnya Avey pun pergi, meninggalkan kedua insan itu di sana.

"Bisa kita pergi sekarang?" tanya Ermo.

Qalesra menatap pemuda itu cukup lama, sampai akhirnya ia mengangguk. Kali ini perjalanan mereka menuju rumah baru gadis itu menggunakan mobil milik Ermo.

"Apa kau selalu diminta untuk menyambut dan mengantarkan orang baru sepertiku?" tanya Qalesra penasaran.

Pemuda itu menggeleng sambil tersenyum tipis. "Biasanya tuga ini dilakukan oleh Yugi dan Mero, aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba saja diminta untuk menggantikan mereka."

Gadis itu mengangguk-angguk. "Terima kasih untuk itu, aku seperti memiliki teman lama ketika bersamamu."

Kali ini senyum pemuda itu terlihat jelas, membuat Qalesra merasa ada yang aneh pada dirinya. Ini bukan kali pertama dirinya bertemu dengan Ermo, tetapi baru kali ini ia merasa ada sesuatu yang mengusik hatinya.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya pemuda itu karena melihat Qalesra hanya diam di sela pembicaraan.

Gadis itu pun hanya menjawab dengan gelengan.

 Dengan cepat dirinya menepis rasa aneh itu, ia berusaha seolah tak terjadi apa-apa, apa lagi hanya karena senyuman pemuda di sampingnya tersebut.

“Sering kali kulihat senyuman Danos, tapi mengapa kali ini terasa aneh ketika Ermo tersenyum seperti itu padaku? Ada apa dengan diriku?!”

~~~ To Be Continue ~~~

CONUNDRUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang