Vampire Baby

1.1K 54 2
                                    

DILUAR CONTENT ‼️

Cerita ini dibuat berdasarkan request yang ada, dan tidak memiliki hubungan dengan alur cerita "Jennie Birth Story"

Jenlisa
📍Vampire

-
Jennie berlari kencang memecah pepohonan tinggi, ia bersama salah satu saudarinya sedang mencari mangsa berupa seekor kambing untuk menjadi santapan makan malam mereka hari ini.

"Di sebelah kanan arah jam 1" ucap Irene, mereka berhenti dan bersembunyi dibalik pohon untuk tidak membuat mangsa mereka lari begitu saja.

"Biar aku saja" ucap Jennie bersiap-siap.

Jennie melangkahkan kakinya pelan tidak ingin menimbulkan suara apapun.

"Go" bisik Irene mengangguk meyakinkan adiknya.

Jennie melompat tinggi menunggangi kambing hutan dan membuatnya terjatuh dengan cepat Jennie mengigit pangkal leher mangsanya itu menghisap sarah segar dari mangsanya hingga perlahan melemas dan tak lagi bergerak.

"Sudah-sudah, bukan hanya kau yang menginginkan darah segar itu" ucap Irene membuat Jennie malu.

Jennie mengeluarkan sapu tangan kecil dari dalam sakunya dan membersihkan mulutnya khawatir sisa darah akan merusak penampilannya yang sangat rupawan itu.

Jennie dan Irene berbagi beban bersama-sama mengangkut kambing itu lalu berjalan kembali ke rumah mereka untuk mempersiapkan makan malam yang lezat.

"Aku akan mengundang Jisoo lebih dahulu" ucap Irene menaruh kambing itu dihalaman rumah mereka.

"Tumben sekali, apa mereka tidak pergi ke kota?" Tanya Jennie melihat kakaknya yang dengan cepat menghilang dibalik pepohonan.

"Mereka selalu saja mengabaikanku" ucap Jennie kesal, ia memasuki rumahnya dan mempersiapkan bahan makanan yang akan ia gunakan.



DORRRR!!!


Suara tembakan membuat Jennie terkejut, ia segera pergi keluar ruamhnya mencari tau asal suara tembakan yang baru saja ia dengar.

"Seorang villager, ia datang untuk berburu" ucap Jisoo menahan lengan Jennie untuk mencari lebih jauh apa yang membuatnya penasaran.

"Kalian sudah kembali" ucap Jennie melihat Rose dan Irene yang berada dibelakang Jisoo.

"Ayo kita masuk" ajak Rose menggandeng lengan Jennie untuk memasuki rumahnya.

Jennie berada di dapur melihat Irene memotong tumbuhan yang ia dapatkan untuk ia gunakan menjadi bahan masakan mereka. Jennie memerhatikan Jisoo yang baru selesai menguliti kambing tangkapannya dan menggantungnya diluar untuk menguras darahnya.

"Kenapa Jisoo tidak langsung kembali masuk? Salju sudah mulai turun" ucap Jennie melihat Jisoo menghisap cerutu dibibirnya sembari mengelilingi rumah mereka.

"Ia sedang ingin bersantai" ucap Rose enteng.

"Dia bisa melakukannya di balkon, sama seperti biasanya" timpal Jennie tak puas dengan jawaban yang Rose berikan.

"Kalau kau benar-benar ingin tahu, pergilah kesana dan katakan pada Jisoo jika ia bisa membawa kambing itu masuk ke dapur karena aku akan segera menghidangkannya" ucap Irene membuat Jennie mendelik.

"Kau hanya ingin menyuruhku" ucap Jennie kesal namun tetap mengikuti perintah sang kakak.

Jennie berjalan keluar sembari memeluk dirinya sendiri, ia tidak suka cuaca bersalju yang dipadukan dengan kegelapan malam seperti ini. Ia berjalan mengelilingi rumahnya mencari Jisoo yang tiba-tiba saja hilang dari tempatnya terdiam sejak tadi.

"Kemana dia pergi?" Tanya Jennie pada dirinya sendiri.

Jennie berjalan ke arah hutan mencari Jisoo yang mungkin saja sedang berburu disekitar rumahnya untuk mencari menu tambahan makan malam mereka semua. Jennie membelalakan matanya ketika seseorang menariknya dan menutup mulutnya kuat menyandarkannya pada pohon tinggi didekatnya.

"Sekelompok manusia serigala sedang berada disana" bisik orang itu menunjuk arah barat.

"AAAKKKHHHHH" teriak Jennie berontak.

"Hey stop it, aku adalah seorang villager kau tidak perlu takut" ucap orang itu meyakinkan Jennie.

"Namaku Lisa, aku tinggal tepat di kota kecil yang berada di kaki gunung ini" lanjut Lisa.

"Untuk apa kau berada disini?" Tanya Jennie curiga.

"Aku diutus untuk berburu, di waktu-waktu purnama seperti ini biasanya diadakan pesta rakyat. Kami memerlukan makanan untuk dihidangkan disana" ucap Lisa menunjuk senapan yang berada di punggungnya.

Jennie sedang mencerna sesuatu yang baru saja ia dengar, lalu terdengar suara manusia serigala melolong membuatnya terkejut dan menutup kedua telinganya.

"Tidak usah takut" ucap Lisa membantu Jennie menutup kedua telinga dengan tangannya.

"Ayo, aku akan mengantarmu kembali ke tendamu" ajak Lisa hendak membawa Jennie berjalan.

"Tidak usah" tolak Jennie.

"Apa kau serius? Lagi pula kenapa kau memilih berkemah ketika bulan purnama. Para manusia serigala akan berkeliaran dan kaum vampir juga akan bersiaga karena tidak ingin para manusia serigala itu menginjak wilayah perbatasan mereka" ucap Lisa, ia terlihat seperti orang yang memang suka berbicara.

"Kenapa mereka harus bersiaga?" Tanya Jennie kali ini dia penasaran.

"Karena mereka tidak ingin perperangan itu terjadi lagi, kaum vampir banyak kehilangan keluarga mereka karena para manusia serigala mengingkarkan janji mereka. Itu terjadi ketika kakekku masih seusiaku" ucap Lisa menunjukan foto sang kakek yang berada di kalung yang ia gunakan.

Jennie terdiam.

"Siapa namamu? Kau sudah tau jika aku Lisa" ucap Lisa mengulurkan tangannya.

"J-"

"Ayo kita kembali" Jisoo menarik tangan Jennie yang hendak menyambut uluran tangan Lisa.

"Jisoo, darimana saja kau?" Tanya Jennie terkejut melihat kakaknya berada disini.

"Mereka sudah menunggu kita, ayo pergi" ucap Jisoo menarik Jennie dan berjalan berbalik untuk segera kembali ke rumah mereka.

Jennie kembali ke rumahnya dengan beribu pertanyaan yang hinggap dikepalanya.

"Apakah aku harus memercayai mulut seorang rakyat kecil lemah sepertinya?" Tanya Jennie bertanya-tanya dalam hati.

"Tapi segala yang ia ceritakan sangatlah meyakinkan, ia tidak terlihat seperti seorang bocah yang sedang mengarang" timpal Jennie dalam hatinya.

"Jennie" panggil Irene membuat Jennie terlonjak kaget.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Rose sembari menguyah makanan didalam mulutnya.

"Tidak ada" jawab Jennie lalu tersenyum tidak ingin seorangpun curiga.


-
Lisa menarik lengan kemejanya dan membuka topinya, ia sangat berkeringat. Semua orang sibuk mempersiapakan pesta rakyat akan mereka selanggarakan hari ini.

"Aku lelah sekali" ucap Lisa mengipasi dirinya dengan topi yang ia bawa.

Hari sudah sore, lampu-lampu kekuningan mulai menyala menghiasi kota kecil ini. Lisa mengambil setangkai bunga dari meja makan panjang yang tertata rapih disana.

"Ini wangi sekali, aku harus membawanya satu" ucap Lisa menyimpan bunga itu di saku kemejanya.

"LISA BAWAKAN KOTAK BUAH ITU UNTUKKU!" Titah seorang wanita tua yang sedang menyidangkan makanan di atas meja.

"Baiklah" ucap Lisa berlari untuk mengambil kotak buah.

Lisa mengangkat tiga kotak itu sekaligus hingga pandangannya sedikit tertutup membuatnya kesulitan berjalan.

"Berhati-hatilah Lisa" ucap seorang paman yang melewatinya.

"Ay, ay captain" jawab Lisa, ia adalah pemuda yang sangat ceria.

Lisa berjalan mengikuti instingnya. Ia perlahan menaruh kotak-kotak buah itu disamping meja makan panjang dan menemukan seseorang dibalik tiga kotak yang tersusun rapih meninggi itu.

"Oh kau, apa perkemahanmu sudah selesai?" Tanya Lisa pada Jennie yang hanya terdiam menatapnya.

Jennie menarik Lisa menjauh dari keramaian, tidak ada yang melihat mereka karena semua orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

"Apa salahku?" Tanya Lisa tak mengerti.

"Jennie" ucap Jennie mengulurkan tangannya.

"Jennie?" Tanya Lisa bingung.

"Namaku Jennie" ucap Jennie sekali lagi.

"Cantik sekali" puji Lisa melihat Jennie dengan mata bulatnya.

Jennie mengerutkan dahinya mendengat apa yang baru saja Lisa katakan padanya.

"Namamu, namamu sangat cantik" ulang Lisa, ia tidak ingin mendapat tamparan dari wanita mahal yang susah sekali untuk ia goda.


Sekelompok band tradisional bermain di panggung kecil yang mereka buat membuat semua orang perlahan bergabung menarik menikmati pesta yang akan semakin meriah karena matahari sudah mulai tenggelam.

"Kau mau bergabung denganku?" Tanya Lisa melihat Jennie yang tidak bisa memalingkan wajahnya dari ramainya orang disana.

Jennie mengangguk. Lisa dengan senang menariknya membawanya bergabung bersama seluruh warga kotanya. Jennie terduduk di salah satu kursi, lalu Lisa datang memberikannya segelas cairan berwarna merah yang tampak sangat segar membuat Jennie menelan ludah.

"Jus delima, ini fresh kau akan menyukainya" ucap Lisa, Jennie tanpa ragu meraihnya.

"Bisakah kau ceritakan kembali tentang sekelompok manusia serigala dan vampir yang kau ceritakan semalam?" Ucap Jennie membuat Lisa membesarkan matanya.

"Kau menemuiku untuk mencari tau soal itu?" Tanya Lisa tak percaya.

Jennie mengangguk cepat.

"Darimana aku bisa memulainya, hmmm" Lisa berpikir.

"Dari mulai tempat ini, dan siapa mereka semua?" ucap Jennie membuat Lisa mengangguk.

"Kami villager, warga yang sudah dari kecil tinggal dan besar disini begitu juga dengan kakek dan nenek moyang kami. Dan di pegunungan itu-" Lisa menunjuk pegunungan tempat rumah Jennie berada.

"Hidup tiga mahluk lain selain kami" lanjut Lisa menunjuk semua warga yang berada disana bersamanya.

"Disana terdapat keluarga besar, yang merupakan seorang vampir. Mereka tidak memangsa kami, kakek juga bekata jika mereka hanya memakan binatang liar di hutan. Mereka hampir seperti manusia, namun ada memang kalanya mereka harus mencari darah segar untuk tetap bisa hidup itu satu-satunya hal yang membedakan mereka dengan kami" ucap Lisa menjelaskan, ia lalu menyeruput bir di dalam gelas besar yang ia genggam.

"Lalu disana juga mahluk lain, musuh dari keluarga vampir. Sekelompok manusia serigala hitam yang menjadi sangat liar. Mereka tidak akan bisa mengontrol diri ketika bulan purnama bersinar, siapapun bisa ia mangsa. Maka dari itu keluarga vampir selalu berjaga-jaga bila saja salah satu dari manusia serigala hitam itu tak terkendali dan menyerang keluarganya seperti yang terjadi dulu" lanjut Lisa panjang lebar, Jennie memerhatikannya dengan serius.

"Lalu mahluk yang sepertinya sudah punah, kau tidak perlu tau" ucap Lisa mengusap wajah Jennie agar membuatnya mengedip karena ia sangat serius mendengar apa yang Lisa ceritakan padanya.

"Mahluk apa itu? Beritahu aku" pinta Jennie penasaran.

"LISA MAKANLAH!" Teriak wanita tua itu dari ujung meja.

Lisa tersenyum dan membenahi duduknya.

"Kita makan saja dulu" ajak Lisa memberikan Jennie piring di hadapannya.

Jennie mengerti, ia tidak bisa merusak pesta yang sedang Lisa nikmati. Ia menuruti Lisa dan mengikutinya untuk memakan hidangan disini.

"Enak? Kau suka?" Tanya Lisa.

Jennie mengangguk dan tersenyum menampilkan gummy smilenya.

"Hey nak, kau cantik sekali siapa namamu?" Tanya salah satu warga melihat Jennie tersenyum manis pada Lisa.

"Lisa tidak memberitahu kami jika ia memiliki kekasih secantik ini" ucap seorang pria tua gendut membuat semua orang berucap setuju.

"Hey, dia bukan kekasihku kami baru saja bertemu" ucap Lisa memberikan pembelaan namun keributan yang ada membuat Lisa tampak seperti orang bodoh karena tidak aka nada seorangpun yang mendengarkan pembelaannya.

Jennie hanya tertawa melihat Lisa yang begitu panik ketika semua orang mengira jika Jennie adalah kekasihnya. Jennie mulai berpikir jika Lisa cukup menggemaskan walau terkadang ia memang terlalu banyak bicara.

Lisa berjalan dengan kedua tangan yang berada di dalam sakunya, ia mengantar Jennie mendekati daerah pegunungan.

"Kau yakin tidak ingin aku antar? Aku memiliki motor meski itu sudah tua" ucap Lisa tak yakin.

"Aku baik-baik saja, terimakasih Lisa" ucap Jennie hendak memasuki hutan.

"Sampai jumpa nanti wanita pecinta bumi perkemahan, aku harap kau segera pulang karena disana benar-benar sangat berbahaya" teriak Lisa ketika Jennie berjalan cukup jauh didalam sana.

"Wanita pecinta bumi perkemahan" ucap Jennie menepuk dahinya, ia menahan tawanya.


-
Semenjak hari itu, Jennie menjadi sering kembali ke sana. Untuk sekedar bertemu dengan Lisa, kekasihnya, atau terkadang ia menjumpai wanita-wanita tua disana membantu mereka berkebun atau mungkin menyulam. Jennie menyukai segala aktivitas disana yang beragam juga dengan banyaknya orang yang membuat suasana menjadi hangat dan nyaman.

"Kau yakin masih tidak ingin pulang? Sebenarnya apa yang kau cari di hutan sana?" Tanya Lisa tak habis pikir.

"Seperti yang kau bilang Lisa, aku adalah wanita pecinta bumi perkemahan tentu aku senang berkemah dalam jangka waktu yang lama" ucap Jennie lalu melambaikan tangannya pada Lisa, ia akan segera pulang.

Lisa membalas lambaian tangan Jennie. Ia terkejut ketika Jennie berlari dan dalam secepat kilat ia sudah berada dipelukan Lisa membuatnya hampir tersungkur.

"Terimakasih Lisa, sampai jumpa lagi" ucap Jennie lalu mencium bibir Lisa dan menikmatinya sebentar.

Jennie berjingkrak memasuki rumahnya, ia tidak menyadari jika Jisoo, Irene, Seulgi dan Rose sudah berada diruang tengah menunggunya pulang.

"Dari mana saja kau?" Tanya Jisoo membuat Jennie berhenti.

"Hi semua, aku baru selesai berjalan-jalan cuaca sedang bagus malam ini" ucap Jennie, ia sangat ceria.

"Berhentilah pergi kesana dan tinggalkan orang itu" ucap Irene to the point membuat senyum Jennie seketika hilang.

"Apa hakmu untuk melarangku soal itu unnie?" Tanya Jennie tak terima.

"Lihat, kau bahkan berani melawan unniemu sekarang Jennie" balas Irene ia naik pitam.

"Tenanglah sayang" ucap Seulgi membawa Irene mendekat dengannya.

"Kau tau siapa kita Jennie, aku tidak ingin semuanya menjadi semakin jauh dan itu hanya akan semakin membuatmu berat untuk meninggalkannya" ucap Jisoo ia berusaha bersikap bijaksana.

"Mahluk seperti kita tidak akan pernah bisa bersama dengan mereka" lanjut Seulgi.

"Sebelum semua terlamb-"

Air mata mengalir di pipi Jennie. Jennie menutup mulutnya dan berlari meninggalkan mereka.

"Biar aku saja" ucap Rose, ia bangkit menyusul Jennie diikuti dengan Irene dibelakangnya.

Jennie memuntahkan makanan yang ia makan bersama Lisa sepanjang hari, wajahnya memucat seketika.

"Jennie" panggil Rose yang terkejut melihat Jennie memuntahkan begitu banyak makanan.

Jennie memegang perutnya yang terasa bergejolak, ia menangis memegang perutnya yang semakin terasa tak nyaman. Rose dan Irene saling melirik, perlahan Rose menggelengkan kepalanya membuatnya Irene terperangah.

"Tidak mungkin" ucap Irene tak bersuara, namun Rose bisa membacanya.

Jennie tergeletak pingsan, dengan cepat Rosie memanggil kekasihnya Jisoo untuk bisa membawa Jennie menuju kamarnya.


-
Lisa menundukan kepalanya melihat Jennie yang tampak kurus, ia terbaring lemah dengan wajah pucatnya.

"Aku sangat ingin membunuhmu, tapi adikku merengek memintamu untuk hidup bersamanya" ucap Jisoo tak Lisa hiraukan.

Lisa mendekati Jennie dan menggenggam tangannya erat, tangan itu sangatlah dingin.

"Apakah kalian memiliki selimut lain? Tangan Jennie sangat dingin" ucap Lisa memohon bantuan.

Irene memalingkan wajahnya kesal. Lisa terlalu polos, ia bahkan tidak menyadari jika Jennie bukan manusia sepertinya.

"Rose" panggil Jennie lemah.

"Aku disini nini" ucap Rose membawa segelas cairan berwarna merah yang kental.
Rose membantu Jennie untuk duduk dan bersandar dikasurnya. Ia membantu Jennie untuk meneguk cairan itu hingga habis dan mengelap mulut Jennie agar tetap bersih.

Lisa menatap Jisoo dan Seulgi bergantian menuntut penjelasan. Dengan cepat Jisoo memberinya kode untuk pergi mengikutinya.

"Aku akan segera kembali Jennie" ucap Lisa mengecup tangan Jennie sekilas dan pergi meninggalkannya.


Lisa meremas rambutnya kuat mendengar apa yang baru saja Jisoo dan Seulgi jelaskan padanya. Ia baru saja membuat kesalahan besar yang akan membahayakan banyak nyawa termasuk nyawa kekasihnya dan bayi yang berada dikandungannya.

"Mengapa Jennie tidak mengatakannya sejak awal" ucap Lisa kesal.

"Tidak ada vampir yang mengakui dirinya vampir kepada manusia begitu saja Lisa" ucap Jisoo membela adiknya.

"Bawa Jennie pergi dari sini, hiduplah seperti manusia normal di kota kecil di bawah kaki gunung" ucap Jisoo memerintahkannya.

"Anakmu, akan menjadi seorang bloodsweet. Kaum serigala sangat menyukainya, lindungi ia disana. Aku akan membantu menjaga, memastikan jika tidak ada kaum serigala yang mendekati kalian disana" ucap Jisoo lagi diangguki Seulgi.

"Jika Jennie membutuhkan sesuatu yang tidak ku mengerti, bagaimana aku bisa memberitahu kalian?" Tanya Lisa kebingungan.

"Gunakan pikiranmu, kunci kami disana dan sampaikan apa yang ingin kau sampaikan. Kami bisa membaca pikiran seseorang walau ia berada jauh dari pandangan kami" ucap Seulgi membuat Lisa takjub.


-
Jennie membawa satu loyang kue dan menaruhnya di atas meja panjang dihalaman rumahnya. Ia tersenyum menyapa warga-warga yang baik hati yang sudah menemaninya setiap hari selama beberapa bulan terakhir ini.

"Kau semakin cantik Jennie" puji seorang wanita tua dengan rabut kriting rapih, ia mengelus pipi gembul Jennie lalu beralih mengelus perut besar Jennie dibalik dress yang ia gunakan.

"Terimakasih nyonya, kau tampak lebih muda sekarang" puji Jennie membuat wanita itu tersenyum malu.

"Taruh saja dibelakang sana" ucap Lisa menyuruh kedua temannya menyimpan rusa hasil buruannya hari ini.
Lisa mencuci kedua tangannya dan mendekati Jennie yang berdiri memerhatikannya.

"Selamat sore sayangku" ucap Lisa memeluk kekasihnya lalu berlutut menciumi bayinya yang kini sudah semakin aktif.

"Ini sudah hampir malam" ucap Jennie mengoreksi.

"Hm? Ya, kau benar ini sudah malam" ucap Lisa mengangguk-ngangguk.

"Maka dari itu mereka berada disini" lanjut Lisa, ia beralih kesamping Jennie menampilkan dua saudari Jennie dengan kekasihnya masing-masing disana.

"Bagaimana bisa?" Tanya Jennie ternganga, ia segera memeluk mereka semua dan menangis bahagia.

Ini sudah berbulan-bulan sejak Jennie harus terpisah dari keluarganya demi keselamatan bayi yang ia kandung. Malam ini mereka datang untuk menghadiri pesta rakyat sebagai seorang manusia, tidak ada yang mengetahui jati diri asli mereka disini kecuali Lisa dan Jennie.

"Kalian keluarga Jennie?" Tanya Paman Hendrick si pria gendut.

"Kau benar" jawab Seulgi tersenyum.

"Pantas kau cantik Jennie, mereka semua benar-benar menawan" puji Paman Hendrick mempersilahkan mereka duduk karena pesta akan segera dimulai.

Lisa melambaikan tangan pada Jisoo membuat Jisoo berpamitan sebentar untuk menemui Lisa.

"Bagaimana? Aku sangat gugup" ucap Lisa, ia tidak memalingkan matanya dari Jennie barang sedetikpun.

"Kita semua berjaga untuk malam ini, jangan biarkan Jennie pergi kemanapun tanpa pegawasan" ucap Jisoo menegaskan.

"Aku akan berjaga bersama kalian disana" ucap Lisa, Jisoo mengangguk setuju.

"Biarkan saja Irene dan Rose bersamanya didalam rumah" lanjut Lisa.

Mereka menikmati acara yang sudah berlangsung hampir tiga jam sejak Jisoo dan keluarganya bergabung. Seulgi dan semua orang disana kecuali Irene ikut memeriahkan pesta dengan menari di hadapan panggung.

Jennie tersenyum melihat mereka semua, ia mengelus perutnya untuk menengkan bayi didalam perutnya yang terus berputar. Lisa mengelus perut Jennie ketika ia menyadari jika Jennie merasa tak nyaman dengan perutnya sekarang.

"Mmhhhh"

"Kau ingin kembali sayang?" Tanya Lisa mendapatkan gelengan dari Jennie.

"Sssshhhhh" Jennie mendesis membuat Lisa menatapnya penuh tanda tanya.

"Perutku mulas" ucap Jennie mengelus perutnya memutar.

"Aku akan mengantarmu ke toilet dirumah, ayo" ajak Lisa.

"Unnie, bisakah kau menemaniku pulang? Perutku terasa mulas" ucap Jennie meminta Irene untuk membantunnya berdiri.

Lisa memberi kode pada keluarganya untuk segera kembali ke posisi mereka karena Jennie sudah berada dirumah sekarang.

"Huhhhhh huhhhhh huhhhh" Jennie mengatur nafasnya, berada di toilet karena merasa mulas pada perutnya.

"Memangnya apa yang kau makan?" Tanya Irene yang berada didepan pintu.

"Aku lupa unnie, tunggulah aku dikamar" ucap Jennie.

"Tidak aku akan menunggumu disini" ucap Irene sengit.

"Unnie sungguh, aku tidak bisa menyelesaikan urusanku ini jika kau tidak pergi" ucap Jennie membuat Irene akhirnya mengalah dan meninggalkannya didalam toilet.

JENNIE BIRTH STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang