Lake

1.9K 51 6
                                    

Jisoo mematikan televisi membuat anak-anaknya menoleh mencari keberadaanya. Wajah mereka merengut tampak sangat kesal karena apa yang Jisoo lakukan.

"Appa, aku masih ingin menonton" ucap Nelson merajuk.

"Bukankah ini sudah terlalu malam untuk menonton? Eomma akan memarahi kalian jika ia  tahu kalian tidak beristirahat diwaktu yang tepat" ucap Jisoo berharap anak-anaknya mengerti.

"Appa please" Nelson memeluknya memohon untuk menuruti keinginannya.

"Cmon Nelson, we go to sleep" ajak Arlo merangkul adiknya untuk memasuki kamar.

"Appaaa" Nelson menangis.

"Ulji maseyo" ucap Arlo menenangkan adiknya.

"Maafkan appa, kami hanya  tidak ingin kau sakit" ucap Jisoo menggendong anak keduanya dan merangkul Arlo berjalan menuju kamar anak-anaknya.

Jisoo menyelimuti Arlo dengan selimutnya hingga sebatas dada. Ia mengelus rambut Arlo sayang, dan melakukan doa bersama sebelum Arlo tidur. Nelson masih berada digendongannya, ia terlalu banyak menangis hingga tertidur digendongan Jisoo.

"Hmm" Nelson bergumam ia terusik ketika Jisoo berusaha merebahkannya di atas kasur.

"Sutt, tidurlah nak" ucap Jisoo lalu menyelimuti anak keduanya dan mencium keningnya sebelum ia pergi meninggalkan mereka.

Jisoo berjalan menuju dapur dan membuat susu vanilla hangat, ia juga dengan telaten memotong-motong buah dan memasukannya ke mangkok kecil untuk ia bawa ke kamarnya.

"Sayang?" Panggil Jisoo.

Rose menoleh kepada Jisoo.

"Aku membawakan ini untukmu" ucap Jisoo menaruh segelas susu itu di atas nakas dan memberikan semangkuk buah potong kepada istri yang sangat ia cintai.

"How sweet, terimakasih sooyaa" ucap Rose mengecup pipi Jisoo dan membuatnya tersipu malu.

Jisoo mendudukan dirinya di samping Rose, mengelus perut istrinya sayang. Ia menekannya sesekali untuk bermain dengan bayinya didalam sana.

"Kau ingin mencicipi buah ini?" Tanya Rose, Jisoo menggeleng ia membuat Gerakan mengisyaratkan jika ia sudah benar-benar kenyang.

Rose menghabiskan potongan buah itu dengan cepat, semuanya tahu betul jika ia memang mesin penghabis makanan yang  cepat. Rose mengambil sehelai tisu dan mengelap bibirnya, tak lupa perlahan ia menikmati susu yang Jisoo buatkan untuknya.

"Jangan tidur terlalu malam eoh" titah Jisoo diangguki Rose.

"Aku lupa memasukan jaket Arlo kedalam tas, maafkan aku" ucap Rose memelas.

"Benarkah?" Tanya Jisoo, Rose mengangguk pelan.

"Sudah tidak apa-apa aku bisa merapihkannya kedalam tas besok pagi" ucap Jisoo membawa kepala istrinya untuk bersandar dibahunya yang kokoh.

Jisoo mengelus rambut halus Rose dan menciumi pucuk kepala istrinya. Mereka berbincang tentang acara camping yang akan mereka lakukan besok bersama keluarga Lisa dan Seulgi. Wendy tidak dapat bergabung dengan mereka karena anaknya yang masih sakit dan mereka tidak tega untuk membawanya pergi.

"Lisa membawa mobil van, ia membuat vannya menjadi sangat menakjubkan" ucap Jisoo terksima mengingat betapa kerennya mobil van yang Lisa modifikasi.

"Mereka memang sudah waktunya mengganti mobil pribadi mereka menjadi van, atau tidak salah satu dari anaknya mungkin akan tertinggal" ucap Rose meledek Lisa dan Jennie.

"Jennie akan menjambakmu jika ia mendengarnya" ucap Jisoo ngeri.

"Jennie tidak akan melakukannya padaku kau tau, tapi Lisa mungkin" ucap Rose mengingat betapa sering ia bertengkar dengan Lisa.

"Kalau itu bagian tu, tidak denganmu" ucap Jisoo berani.

"Ouuhhh, kekasihku menjadi sangat keren" ucap Rose memuji lagi-lagi itu membuat wajah Jisoo memerah malu.

"Ayo berbaring aku ingin tidur" ucap Rose menatap Jisoo lekat.

"Baiklah sayang"

Jisoo membantu Rose untuk membaringkan dirinya. Ia membenahi posisi Rose agar tidak merasa sakit di punggungnya akibat beban bayi yang cukup berat.

"Selamat malam Jisoo" ucap Rose lalu memejamkan matanya.

"Selamat malam sayangku" balas Jisoo lalu menutup mata.

-
Anak-anak berlarian setelah mereka meregangkan tubuhnya. Perjalanan selama empat jam membuat tubuh mereka pegal.

"Lempar kemari penguatnya" teriak Lisa pada Seulgi yang masih meregangkan tubuhnya.

"Hon, beristirahatlah lebih dulu apa kau tidak lelah?" ucap Jennie mengelus punggung Lisa.

"Kami harus segera membangun tenda agar kau bisa beristirahat dengan nyaman" jawab Lisa.

"Lisa, dimana matrasnya?" Tanya Jisoo menghampiri Lisa.

"Dibagasi belakang vanku, ambilah" ucap Lisa, Jisoo dengan segera pergi kesana untuk mengambilnya.

"Jisooya, sebaiknya kau beristirahat dulu" Jennie menghampirinya membantu Jisoo mencari matras di van.

"Perjalanan kita sangat melelahkan, Rose mungkin ingin merebahkan tubuhnya sekarang jadi aku harus membangun tenda kami segera" ucap Jisoo mengambil dua buah matras.

Jennie terperangah dengan jawaban mereka.

"Apa mereka tumbuh menjadi manusia dewasa sekarang?" Jennie bertanya pada dirinya sendiri.

"Ada apa unnie?" Tanya Rose yang baru saja datang.

"Lisa dan Jisoo berprilaku aneh, apa Seulgi juga begitu?" Jennie bertanya-tanya.

Seulgi mendatangi mereka dan menggelar kain yang cukup besar dan menaruh dua keranjang makanan diatasnya.

"Girls, kami akan membangun tenda secepat mungkin tolong tunggu dan awasi anak-anak sebentar disini" ucap Seulgi sembari merapikan kain yang ia gelar.

"Ini makanan untuk menemani kalian" lanjut Seulgi lalu meninggalkan mereka.

Irene yang baru saja datang mencengkram Jennie. Ia terkejut.

"Ada apa dengan si beruang itu?" Tanya Irene.

Jennie menjentikan jarinya.

"Sudah kubilang, mereka semua berperilaku aneh" ucap Jennie sembari bergerak untuk besantai diatas kain yang sudah Seulgi gelar.

Rose dan Irene ikut bergabung dengannya. Rose mengambil buah apel dari dalam keranjang mengelapnya dan mengigitnya, ia beralibi jika bayinya merasa lapar sekarang.

"Astaga!" Teriak Irene melihat Leah terjatuh karena mengejar Nelson.

"Baby! Are you okay?" Jennie berteriak menanyakan keadaan anaknya.

Pierce membantunya untuk bangkit dan membersihkan tanah-tanah  yang menempel di tubuh Leah.

"Jangan menangis okay? Kau baik-baik saja, ayo biarkan ku antar kau untuk menemui mommy" ucap Pierce memegang tangan adiknya.

Jennie membuka tangannya meraih Leah yang baru saja datang.

"Apa yang kau lakukan sangat keren Pierce" puji Irene melihat apa yang Pierce lakukan tadi.

JENNIE BIRTH STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang