Irene Emergency

5K 83 3
                                    

Irene segera kembali ke rumah sakit setelah ia mendapatkan panggilan jika kedua pasien pribadinya mengalami kontraksi awal. Ia mulai berjibaku dengan segala pemeriksaan yang harus dilakukan terhadap pasiennya.

"Rene, biar saja kasihan perutmu juga sudah sangat begah" ucap Dokter Claire teman dekat Irene.

"Aku baik-baik saja Claire, lanjutkan dulu tugasmu ini pasien pribadiku" ucap Irene sambil tersenyum.

"Tidak apa, aku bisa mereka akan mengerti" ucap Claire masih berusaha membujuk Irene untuk beristirahat.

"Claire, aku sangat menghargai itu tapi aku bisa menanggani mereka semua aku akan menghubungimu jika aku memerlukan bantuan" jelas Irene panjang lebar.

"Renee" Claire berucap namun Irene hanya mengangguk meyakinkan sahabat karibnya itu.

-
Irene mencuci tangannya untuk mengecek pembukaan dari pasien pertamanya di hari ini. Setelah kemarin ia sibuk merawat ketiga sahabatnya yang melakukan persalinan bersama kini ia kembali ke profesinya untuk membantu pasien-pasien pribadinya melewati proses persalinan mereka.

Kedua asisten Irene membantu memindahkan kaki pasien tersebut agar terbuka lebar, Irene segera memerhatikan lubang milik pasiennya dan mulai memasukan jarinya untuk mengukur seberapa jauh pembukaannya.

"Shhhh ouhh" desis pasien Irene merasakan sesuatu masuk kedalam miliknya.

"Pembukaan 4" ucap Irene lalu menyuruh pasiennya untuk berjalan-jalan dibantu pleh kedua asistennya.

Pasiennya merupakan seorang single parent, suaminya sudah lama meninggal sejak ia usia kandungannya 2 bulan. Ia merupakan seorang wanita karier yang membayar Irene mahal untuk bisa membantunya menjalani kehamilan pertamanya.

Irene kembali keruangannya, mendudukan dirinya di sofa dan merebahkan punggungnya bersandar. Ia mengecek ponselnya dan melihat beberapa pesan Seulgi disana.

Seulgi nampak sangat khawatir pada kondisi kekasihnya, iapun beriniatif untuk menunggu Irene dirumah sakit bila saja kekasihnya tiba-tiba merasakan mulas.

"15 menit lagi Seulgimu akan datang, tenanglah sebentar" ucap Irene kepada bayi didalam kandungannya.

Bayinya bergerak turun sejak tadi, Irene tentu merasakannya dan tau betul momen apa yang sedang terjadi padanya. Ia berusaha untuk tetap profesional menyelesaikan pekerjaanya dan baru akan mengurusi kelahiran anaknya sendiri.

Seulgi datang lebih cepat dari yang Irene kira, ia bisa melihat tetesan keringat Irene yang menetes didahinya. Seulgi dengan tenang mengambil sehelai tisu dan mengelapnya lalu mencium pelipis Irene dan duduk disebelahnya.

"Sudah berapa jauh?" Tanya Seulgi mengelus perut Irene.

"2 centimeter" Irene menyandarkan tubuhnya pada bahu Seulgi.

"Apa aku harus memanggil Claire untuk menggantikanmu?" Tanya Seulgi langsung dibalas gelengan oleh Irene.

"Aku akan menemani pasienku" ucap Irene mantap.

Irene memang seorang yang gigih dalam membantu pasien-pasiennya. Setelah rasa mulasnya reda Irene kembali bangkit dibantu oleh Seulgi dan kembali menuju ruang pra-persalinan pasiennya, Seulgi mengikuti Irene dan menunggu dikursi tunggu yang tepat berada didepan ruangan dimana istrinya bekerja.

"Tuhan, berikan bayiku pengertian untuk bersabar selagi ibunya bekerja" ucap Seulgi berdoa didalam hatinya.

-

Irene memasuki ruangan sambil menopang perutnya dengan satu tangan. Sesekali ia mengelus perutnya yang terasa mulas itu.

"Bagaimana?" Tanya Irene pada salah satu perawat yang menjadi asistennya kali ini.

JENNIE BIRTH STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang