⛓️ ๋go, please. ⏤

145 36 17
                                    

"Ya, kau bodoh, Noya. Aku sudah mengatakan nya, jangan pernah mempercayaiku." Kaguta mengepalkan tangan nya dengan erat dan berusaha untuk tetap menatap Noya meski hal itu membuatnya hancur. Ia memasang wajah licik namun penuh luka.

Noya membeku, berusaha berpikir jernih sebelum merusak semuanya. "Sean, cari yang lain. Kita harus pergi dari sini." Noya mengepalkan tangan nya kuat kuat, ia memberi perintah pada Sean dengan suara yang dingin.

Sean sedikit ragu ketika melihat tangan Noya yang bergetar, disusul dengan darah yang mengalir dari telapak tangan nya.

"Kita harus pergi dari neraka ini. Namun sebelum itu... aku harus menghabisinya terlebih dahulu." Tanpa pikir panjang Noya melangkahkan kakinya menuju ke arah Kaguta dan bersiap untuk menyerangnya dengan tangan kosong, hanya mengandalkan cakarnya yang terpampang jelas pada jari jarinya.

"Noya!!" Sean meneriakan nama nya namun ia tahu ia takan berhasil, ia memutuskan untuk mencari Moon dan Vel, setidak nya Noya mau mendengarkan mereka.

Kaguta menghindar dari serangan mematikan itu, keluar koridor tepatnya ke sebuah taman, serangan Noya mengenai beberapa pilar yang berdiri disana, ia membuat nya retak dan hancur berkeping keping layaknya perasaanya saat ini.

Kaguta yang melihat itu mematung, jika saja ia tidak menghindar tadi, ia akan musnah di tangan Noya. Namun bukan hal itu yang membuat dadanya sesak.

Noya menoleh, tatapannya penuh kebencian, kedua matanya menyala merah, seolah api kemarahan menguasai seluruh tubuhnya. Di tambah dengan simbol misterius yangbberputar di iris matanya.

Nafasnya tersengal, tak beraturan, sementara darah menetes dari luka-luka di tangannya, tapi rasa sakit fisik itu tak ada artinya dibandingkan emosi yang meluap-luap dalam dirinya.

Kaguta memandang Noya dengan cemas. Hatinya berdesir, bayang-bayang masa lalu menghantam benaknya. Ia pernah melihat Noya seperti ini sebelumnya—tatapan itu, kekuatan yang meluap-luap, amarah yang menguasai. Sama seperti saat mereka bertarung dulu.

"Noya..." Kaguta berbisik, nyaris tak terdengar, suaranya tenggelam dalam suasana kelam. "Sial, aku minta maaf." Kaguta menggertakan giginya ketika semua itu mulai terasa pedih baginya. Ia tahu jika Serunia melihat ini, ia akan sangat marah padanya, ia lagi lagi membuatnya kecewa.

Noya memfokuskan kembali pandangannya, ia kembali menyerang Kaguta sekuat yang ia bisa, ia belum pulih sepenuhnya setelah pertarungan kemarin, namun tak ada cara lain, ia memilih menyakiti tubuhnya dari pada harus hati nya yang hancur.

Keparat.

Hanya dengan sebuah cakar. Dengan penuh tekat ia menyerang Kaguta. Kaguta terus melangkah mundur menghindari serangan Noya, ia tidak mau melawan meskipun Noya terlihat sangat agresif. Lama lama Noya merasa jengkel jika terus begitu.

Ia berhenti sejenak, dan menatap lurus lelaki di hadapannya, "Kenapa..?! Kenapa kau tidak menyerangku?." Noya membelalak ke arah Kaguta dengan tatapan penuh amarah "apa hanya karna gadis itu?..." Noya terkekeh, nada nya terdengar sangat pahit. Ia kehilangan kendalinya.

Kaguta tetap diam dan menahan nya, Noya melontarkan kembali serangannya, kali ini kekuatan nya cukup besar, ia tak memberi celah sedikit pun pada Kaguta. Noya sungguh berniat untuk membunuhnya saat itu juga.

Tak ada pilihan lain, mau tak mau Kaguta menyerang balik ke arah noya, ia mendorongnya menjauh dengan kuat, noya terlempar ke belakang, saat itu pula hujan datang dan menyaksikan pertarungan liar itu.

Noya merasa sesak itu membuatnya berfikir, mengapa kekuatan kaguta tak terpengaruh sihir itu..? Apakah semua ini ulah mereka juga?! Sialan!!

Sekali lagi, mereka bertarung, menyakiti, membunuh satu sama lain, di iringi dengan hujan deras yang mengguyur tubuh mereka, tak peduli banyak nya darah yang menetes, Noya takan berhenti. Kaguta tak bisa menghentikan Noya, jika ini terus berlanjut... Noya takan baik baik saja.

Dengan begitu Kaguta menyerang balik dengan lebih agresif, setidaknya ia hanya perlu menjatuhkan Noya dan menyuruhnya untuk segera pergi dari tempat ini. Karena ia tahu tempat ini akan sangat berbahaya untuknya.

Kaguta menyerang titik vital Noya, gerakan nya tak kasat mata namun menyakiti Noya hingga tulang tulang nya, Noya perlahan jatuh berlutut di hadapan kaguta, mulut nya mulai memuntahkan darah yang cukup banyak, ia mengatur nafasnya yang terasa sangat berat. Benda yang terpasang di tanduknya perlahan retak dan jatuh ke tanah, menampakan tanduk nya yang indah.

Kaguta hanya bisa menatapnya tanpa melakukan sesuatu, sejujurnya dari lubuk hatinya yang terdalam, ia ingin sekali menenangkan Noya dan memeluknya erat erat, namun kini ia telah memutuskan jalan nya.

Setelah serangan Kaguta mengenai titik vitalnya, Noya masih dapat bangun dan berdiri, ia menatap kembali ke arah Kaguta, meski sedang menahan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Tatapan nya penuh kepedihan.

"...menyerahlah, Noya." Ucap Kaguta tipis, Noya menghiraukannya ia malah terkekeh "kenapa..?..." suara nya sedikit melirih "bukan kah kau ingin membunuhku.? Jadi, mengapa kau tak melakukannya sekarang?!!!"

"DIAM!! Tutup mulutmu." Kaguta berteriak dengan menekan nada suaranya, suara serak itu bergema di udara yang kasar, membuat Noya diam dan tertegun "Berhenti mengucapkan hal bodoh. Kau tahu mengapa aku tak membunuhmu?! Karena ku pikir kau bisa berguna." Kaguta mebelalak ke arahnya, ia memaksakan dirinya untuk mengatakan hal kejam itu. Dada nya naik turun, tenggorokan nya mulai serak, seperti sesuatu berkumpul dan mengikatnya.

Noya terdiam disana, matanya sedikit melebar, genggaman nya semakin erat, sialan.. harus nya ia tahu sejak awal, Kaguta hanya berusaha memanfaatkan nya. Lalu untuk apa ia menyelamatkan ,Noya selama ini?!.. hanya agar Noya menaruh kepercayaan padanya?.. dan sialnya lagi.. semua itu sesuai dengan rencana nya.

Noya merasa sangat muak, emosinya memuncak memenuhi seluruh isi pikiranya, ia tak bisa lagi berpikir jernih, pikiran nya tertuju pada iblis sialan di hadapan nya itu. Ia membenci mata hitamnya. Ia membenci semua hal tentang lelaki di hadapan nya itu.

Noya berniat untuk menyerangnya lagi dengan tubuhnya yang lemah itu, namun Vel dan Moon datang menghentikannya, Vel menahan tubuh Noya untuk tidak bertindak lagi "Noya! Hentikan kau bilang kita harus pergi, biarkan saja dia!!"

Noya berusaha mengelak namun Vel terus menahan nya "Peduli apa aku?! Biarkan aku membunuhnya!! Dia mengambil semuanya dariku!!" Noya berteriak mengeluapkan seluruh sesak dadanya, suara nya kasar dan dalam menusuk Kaguta.

"Tidak, hentikan... kumohon!" Vel memeluk saudara nya dengan erat, agar tak bisa bertindak lebih jauh lagi, Noya masih mengepalkan tangannya dengan erat, namun pada akhirnya permohonan Vel membuat nya luluh.

Perlahan ia melepaskan genggaman tangan nya dan melemaskan tubuhnya yang tetasa tegang, ia menatap ke arah Kaguta yang tengah berdiri sendirian di sana. Ia sungguh sendirian sekarang.

Noya mengalihkan pandangan nya, Vel menyadari Noya yang sudah tenang pun melepaskan nya. "...maaf." ucap Noya dengan lirih, namun di saat tersebut Kaguta mendekat ke arah mereka semua.

Melihat itu semuanya segera bersiaga, Kaguta berhenti di hadapan semuanya. "Pergilah. Jangan pernah kembali lagi, atau aku akan membunuh kalian." Ucapnya dengan serius.

Vel mendengus, "Tanpa kau suruh pun, kami akan pergi dari tempat keramat ini." Balas Vel dengan sarkas, kemudian mereka  segera pergi dari sana, meninggalkan Kaguta sendiri.

Kaguta hanya bisa memperhatikan punggung mereka yang perlahan menjauh, berharap sesuatu yang buruk tak terjadi. Tak lama Anna datang menghampirinya. Ia menyentuh bahu Kaguta dan Kaguta membalasnya dengan telapak tangan yang hangat.

"Aku baik baik saja." Ucap kaguta dengan lirih, ia menghela nafas dalam dalam kemudian menatap ke arah Anna. "...apa kau yakin takan menyesalinya.?" Tanya Anna

"...entah, aku janji akan menebus semua kesalahan ku. Untuk sekarang, aku ingin kau bebas dari penjara itu." Kaguta tersenyum tipis pada Anna. Kemudian menatap ke arah cakrawala di atas noya.. jika kita bertemu lagi, aku harap aku dapat memeluk mu dengan erat.

ׅ͡🍷 ๋⏤ ͡ ׅ͡🍷 ๋ ⏤ ͡ ׅ͡🍷 ๋

vampire death cure (Brutal Legend au)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang