BAB 13

103 14 0
                                    

Kabur—itulah yang ada dalam benak Kirana saat mendengar pengumuman dari speaker gedung sekolah tentang sports day yang akan berlangsung di sekolah selama 2 hari. Kirana menghembuskan nafasnya saat pengumuman itu memberikan berbagai jenis lomba.

"Kalian ikut apa nanti?" tanya Nakula dengan sangat antusias. Saking antusiasnya, mie goreng di hadapannya tidak jadi di makan.

"Lari atau renang. Kalo lu gimana, Kir?" tanya Canissa.

Kirana yang sedari tadi diam dengan menumpu dagunya, melirik malas ke arah Canissa. "Engga minat gue, mau kabur pas sports day" celetuk Kirana tanpa pikir panjang.

"Lu gila?!" pekik Nakula kaget.

"Ya, gue engga bakat di bidang olahraga, gimana dong?" Kembali Kirana melempar pertanyaan pada dua sahabatnya. "Kalo engga jadi kabur, paling gue ikut nonton kalian aja" lanjutnya memberikan opsi niatnya selain kabur.

Arjuna sibuk mengunyah risol dengan segera menelannya secara perlahan. Ya, Arjuna telah masuk dalam circle pertemanan Kirana. Lebih tepatnya, Kirana yang mengajaknya supaya lebih bersosialisasi dengan lingkungan luar kelas. 

Seperti saat ini, mereka berempat sedang berada di kantin dengan memilih kursi dan meja bagian tengah. Beruntungnya, hari ini kantin tidak begitu ramai.

Arjuna melirik sinis ke arah Kirana setelah mendengar ide bodohnya. Begitulah menurut Arjuna. "Lebih baik lu nonton kita lomba" seru Arjuna.

Ucapan Arjuna membuat Nakula dan Canissa mengangguk setuju. Dari pada kabur, lebih baik Kirana datang sebagai penonton. Ya, hitung-hitung menjauhkan Kirana dari hukuman maut Teddy jika sewaktu-waktu Kirana berbuat kesalahan atau berbuat hal bodoh lainnya.

Kirana mengerutkan dahinya sambil melihat ke arah atas, sedang berpikir strategi yang bagus. "Kalo nonton aja, masih boleh, kan?" tanya Kirana memastikan.

"Boleh, nanti gue yang bilang ke Pak Bayu" jawab Arjuna singkat.

Bel sekolah berbunyi. Menandakan seluruh penghuni sekolah harus kembali ke kelas masing-masing. Begitu juga dengan keempat manusia ini yang berjalan menuju ruang kelas di lantai dua. Di tengah perjalanan itu, Canissa menangkap sosok perempuan yang menatap sinis ke arah Kirana yang sedang mengobrol dengan Arjuna.

"Engga usah di liat. Lagi kesetanan tu si Sara" celetuk Nakula yang menyadari lirikan mata Canissa yang tidak kalah sinis.

Sara—siswi kelas sebelah yang Nakula ketahui memiliki rasa pada Arjuna baru-baru ini. Nakula pernah menangkap basah Sara sedang mengejar Arjuna hanya demi nomor ponselnya di koridor aula.

Canissa memindahkan pandangannya menghadap Nakula. "Lagian, ngapain sih dia liatnya kaya gitu? Aneh tau."

"Biarin ah! Arjuna udah ilfeel. Engga peduli juga si Sara hidup" jawab Nakula.

Canissa dan Nakula melanjutkan langkahnya mengikuti langkah Kirana dan Arjuna di depan menuju ruang kelas yang sudah ramai. Mereka berempat kemudian berpisah menuju bangkunya masing-masing.

Kirana berjalan menuju bangku belakang tempat di mana Arjuna berada. Salah satu hal yang telah terjadi adalah Arjuna meminta Kirana untuk menjadi teman sebangkunya dan membiarkan Canissa untuk pindah sebangku dengan Nakula. 

"Habis sekolah, kita mau ke mana?" tanya Arjuna pada Kirana yang ada di samping kirinya.

"Ya langsung pulang lah! Gue kan di jemput Khalifa" jawab Kirana.

Jawaban Kirana membuat Arjuna memasang wajah dinginnya. Lebih tepatnya saat menyebutkan nama Khalifa, sang ajudan baru Kirana itu. Arjuna memutarkan matanya malas dan kembali bersuara. "Gue aja yang anter lu pulang."

Lamba SaJiwa (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang