BAB 15

86 9 1
                                    

Seusainya sports day hari pertama, Arjuna melajukan motornya ke rumah nenek Kirana yang berada di kawasan Jakarta Pusat. Jalanan hari ini tidak begitu ramai. Mengingat jam pulang setelah sports day masih terbilang siang.

Motor itu terus melaju dengan cepat menelusuri setiap jalan pada bagian belakang. Setelah melihat pagar hitam yang pendek, Arjuna menghentikan motornya dan membiarkan Kirana membuka pagar hitam itu.

Di sana, Arjuna melihat nenek Kirana yang sudah menunggu kedatangan mereka. Senyum di wajah nenek mengembang lebar saat Kirana memeluknya.

"Kenapa mendadak sekali datangnya?" Tanya nenek masih memeluk Kirana.

"Ini kejutan, nek. Lihat siapa yang datang." Kirana melepas pelukan neneknya dan menarik lengan Arjuna agar mendekat ke arah nenek berdiri.

Kirana semakin melebarkan senyumnya saat Arjuna berhadapan dengan nenek. "Halo, nek. Saya Arjuna. Nenek masih ingat saya, kan? Sekarang saya pacarnya Kirana" ucap Arjuna dengan senyum tipisnya.

Ucapan Arjuna sontak membuat nenek terkejut tapi juga tersenyum bahagia. "Oh, sudah jadi pacar, toh?"

"Gimana nek. Cocok engga?" Tanya Arjuna tiba-tiba menggandeng tangan Kirana.

"Cocok" jawab nenek antusias.

Kirana yang mendengar percakapan nenek dan Arjuna hanya bisa terdiam. Hatinya bersuara dan berharap jika saja Teddy seperti ini, akan sangat menyenangkan. Mengenalkan Arjuna kepada cinta pertamanya—Teddy, dan menjadi laki-laki pertama yang berani berhadapan dengannya di segala situasi.

"Kamu sudah kabarin papa belum kalau mampir ke rumah nenek?" Tanya nenek pada Kirana.

Kirana yang mendengar pertanyaan itu hanya menggeleng lesu.

"Kita makan, yuk. Pasti kalian belum makan" ajak nenek memecah keheningan sesaat dan sudah paham situasi cucunya saat ini. Ada perselisihan yang terjadi antara Kirana dan Teddy.

Di dalam rumah, nenek mengajak Kirana dan Arjuna ke ruang makan yang di dominasi dengan warna putih dan coklat kayu. Di meja makan, sudah tersedia nasi dan berbagai macam lauk kering serta kuah.

Kirana dengan sigap membantu nenek untuk meletakkan piring di meja makan dan membantu Arjuna untuk mengambil nasi.

"Arjuna, kamu harus coba ini. Ini masakan nenek yang paling Kirana suka" ucap nenek menuangkan ayam bawang putih ke piring Arjuna.

"Kamu juga harus coba ini. Masakan andalan nenek." Sekali lagi, nenek menuangkan tumis sawi ke dalam piring Arjuna.

Kirana yang melihat aksi nenek hanya bisa tertawa. Di tambah lagi melihat wajah Arjuna yang terkejut setengah mati saat piringnya sudah penuh dengan berbagai macam lauk.

"Jangan engga habis, ya" celetuk Kirana dengan tawanya kemudian duduk di samping kanan Arjuna.

Arjuna yang mendengar tawa Kirana hanya bisa tersenyum kaku. Bagaimana cara menghabiskan porsi kuli ini batin Arjuna.

"Nek, kalo makan sepiring berdua engga dosa, kan?" Tanya Arjuna tiba-tiba.

"Engga dong. Justru itu adalah hal yang romantis" jawab nenek.

Mendengar jawaban nenek, Arjuna segera menarik kursi tempat Kirana duduk. "Kita makan sepiring berdua" ucap Arjuna di hadapan nenek.

"Malu ih!" Ucap Kirana menutupi telinga yang memerah dengan mengerai rambutnya.

"Ngapain malu, nenek udah tau" jawab Arjuna yang mendapat anggukan nenek.

Tidak ada lagi yang dapat Kirana lakukan selain menuruti perkataan Arjuna. Makan sepiring berdua di hadapan nenek yang juga menyantap makan siangnya. Di tengah makan siang itu, Arjuna sesekali bergurau dan menceritakan kealihan memanahnya hingga bisa mengikuti lomba di tingkat nasional maupun internasional.

Lamba SaJiwa (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang