Bab 01_di usir

1.9K 119 28
                                        

Isak tangis seorang gadis memenuhi salah satu bilik Toilet Sekolahnya antara senang, sedih, kecewa dan marah pada diri sendiri sambil memegangi sebuah benda persegi panjang kecil dengan dua garis biru disana.

Air mata gadis itu kian jatuh membasahi pipi tak menyangka perbuatan khilaf nya akan membawa petaka bagi masa depan Gadis itu sendiri.

"Bagaimana ini? Apa yang akan aku katakan pada Papa dan Mama? Gak mungkin aku terus terang jika aku saat ini hamil, kan?!!"gadis itu frustasi sampai ia teringat dengan kekasihnya.

"A-aku harus mengabari Asahi, bagaimana pun dia harus tau tentang anak ini dan dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Dia juga sudah janji sama aku akan nikahi aku jika aku mengandung anaknya."ujarnya mulai membuka ponsel untuk menghubungi sang kekasih.

Tut Tut Tut..

Sambungan pertama tidak terjawab. Gadis itu mencoba untuk yang kedua kalinya namun tetap sama hasilnya, baru di percobaan ketiga sambungan telepon itu berhasil tersambung.

"Halo Asa, ada apa sayang?"

"Asahi, aku hamil anak kamu."dengan sekali ucap Asa mengungkapkan tujuan nya.

"Jangan bercanda deh Sa, gak mungkin kamu hamil anak aku. Kita aja selalu main aman kan selama ini? Dan cuma sekali aku ngeluarin di dalem jadi gak mungkin kamu hamil Asa."

"Tapi aku sedang tidak bercanda Asahi. Aku benar-benar sedang hamil anak kamu! Bahkan hasil testpack ini masih ada di genggaman aku."

Asahi diam tak bergeming.

"Asahi? Kamu masih disana kan? Kamu akan nikahi aku kan Asahi? Kamu sudah janji loh malam itu kamu akan nikahi aku jika semisalnya aku izinkan kamu mengeluarkan nya di dalam."helaan nafas panjang mulai terdengar di sebrang sana.

"Baiklah, aku akan nikahi kamu Asa. Tapi jangan dulu kasih foto aku ke orang tua sama saudara kamu ya?"

"Tapi kenapa? Papa dan Mama aku berhak tau siapa ayah dari anak ini Asahi."

"Aku tau. Tapi aku cuma gak pede aja jika bertemu dengan keluarga mu di luar sana Sa. Lagi pula setelah mengetahui kabar ini pasti mereka akan membunuh ku, apa kamu mau anak kita lahir tanpa sosok ayah di sisinya?"

"Aku tidak mau."jawab Asa cepat.

"Makanya, janji sama aku buat rahasia'in kalo aku adalah ayah dari bayi itu ya? 2 Minggu lagi aku janji akan datang ke rumah mu untuk melamar."seutas senyum manis terbit di bibir Asa.

"Baiklah, aku akan menjaga rahasia ini dan akan menunggu kedatangan mu Asahi."

Tut

Sambungan telepon itu terputus sepihak karena Asahi mengakhiri nya lebih dulu. Asa terlihat bingung kenapa kekasihnya itu tiba-tiba memutuskan sambungan telepon secara  sepihak, tapi Asa tidak memusingkan hal itu selagi Asahi mau menikahi nya.

"Sebentar lagi aku akan hidup bahagia bersama dengan keluarga kecil ku. Mami harap kehadiran mu bisa membawa kebahagiaan bagi semua orang sayang."

°°°°°

Plak

Sebuah tamparan Asa dapatkan dari sang Ayah.

"Mana pria brengsek itu Asa? Ini sudah lebih dari 2 Minggu yang ia janjikan."bentak Kwon Gitae ayah dari Asa.

"A-Asa juga gak tau Pah, nomor Pacar Asa tidak bisa di hubungi sejak seminggu yang lalu."jawab jujur Asa.

"Benar-benar ya kamu ini Asa bisa nya cuma mencoreng nama baik keluarga. Mama nyesel udah lahirin anak  seperti kamu."Mama Asa pergi meninggalkan ruang keluarga.

"Terus gimana ini Pah? Gak mungkin kan kita biarin Asa terus tinggal sama kita karena cepat atau lambat semua orang akan tau tentang kehamilan Asa ini, apalagi ayah dari bayi itu tidak jelas asal-usulnya. Kalaupun kita menjodohkan Asa sama orang lain belum tentu mereka mau menerimanya."kata Ruka sebagai anak sulung.

"Terus maksud lu Kak, si Asa harus di usir gitu dari rumah? Lu tega apa ngusir Asa dari rumah ini? Dia itu adek lu Kwon Haruka."bentak Pharita sebagai anak kedua.

"Gua bukan nya ngusir Asa mprit, tapi--"

"Udah-udah jangan berdebat lagi, sekarang kalian masuk ke kamar masing-masing kecuali kamu Asa."ke lima putri Gitae pergi sesuai perintah sang ayah meninggalkan Asa disana dengan kepala tertunduk.

"Asa."

"Iya, Pah."

"Papa benar-benar kecewa sama kamu dan kesalahan kamu ini tidak bisa di toleransi lagi. Papa udah mutusin akan mengirim kamu ke rumah peninggalan bibi kamu yang ada di Australia dan jangan pernah kembali ke rumah ini selagi Papa dan Mama masih hidup, Kamu mengerti?"kepala Asa mendongak menatap wajah ayahnya dengan berlinang air mata.

"Mengerti Pah. Asa juga sudah siap menerima segala konsekuensi dari kesalahan yang Asa buat."

"Bagus! Sekarang masuk ke kamar kamu dan bersiaplah, Papa akan mengantar kamu siang ini juga."

"Baik Pah."dengan lesu Asa berjalan menuju kamar nya di lantai 2.

"Pada akhirnya kamu mengingkari janji kamu Asahi. Aku benar-benar benci dan kecewa sama kamu. Aku janji, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mengizinkan mu bertemu anak ini meski kamu menangis darah sekalipun di depan ku."batin Asa penuh dendam.

Asa bersumpah akan membalas dendam pada Asahi jika suatu saat nanti mereka bertemu kembali.

Bersambung

My Daughter ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang