12

4 2 0
                                    

Happy reading
.
.
.

David menatap layar komputernya sambil menyusun rencana untuk merilis bukti editan video yang dibuat Alana. Dara, Deon, dan Rina bersiap untuk mempublikasikannya melalui platform media sosial sekolah. "Saat bukti ini keluar, Alana tidak akan bisa mengelak lagi," kata Deon penuh semangat.

Namun, sebelum mereka sempat melangkah lebih jauh, pintu ruang komputer tiba-tiba terbuka. Alana, bersama Dessy, Aurel, Rissa dan juga Qilla masuk dengan angkuh. "Jadi, kalian masih mencoba melawanku?" tanya Alana, suaranya dingin dan penuh percaya diri.

Dara terkejut. "Bagaimana kamu tahu kita ada di sini?"

Alana tersenyum sinis. "Kamu pikir aku nggak tahu semua gerakan kalian? Aku sudah memata-matai kalian sejak awal. Kalian pikir bisa menang melawan aku? Sungguh naif."

Dessy,Qilla tertawa kecil, sementara Aurel dan Rissa hanya mengamati dengan senyuman licik menghiasi wajahnya.

Dara merasakan amarah memuncak, tapi sebelum dia sempat berbicara, David tiba-tiba mengangkat tangannya. "Alana, kamu mungkin punya rencana, tapi kamu tidak akan suka apa yang sudah kami temukan," katanya dengan tenang, sambil memutar layar komputernya untuk memperlihatkan bukti bahwa video tersebut telah diedit.

Alana terdiam sejenak, matanya menyipit menatap layar itu. Kemudian dia tertawa kecil, tapi kali ini tawa itu terdengar lebih tegang. "Kamu pikir bukti ini akan menghancurkanku? video itu sudah tersebar luas, orang-orang tidak akan peduli dengan detail kecil seperti ini. Mereka sudah mempercayai apa yang mereka lihat."

Deon maju selangkah. "Tapi sekarang kami punya kebenaran. Kami akan mempublikasikan ini, dan semua orang akan tahu siapa kamu sebenarnya."

Alana menatap mereka satu per satu, lalu tiba-tiba dia tersenyum, namun kali ini senyuman itu berbeda. "Kalian semua begitu percaya diri... tapi ada satu hal yang kalian tidak tahu."

Dara menatap Alana dengan bingung. "Apa maksudmu?"

Alana mendekat, suaranya berubah lebih rendah. "Sebenarnya, aku juga korban di sini. Video itu bukan aku yang buat. Tapi itu Dessy." Alana menoleh ke Dessy, yang tiba-tiba terlihat pucat.

Dara dan Deon terperangah. "Apa?!"

Dessy melangkah mundur, wajahnya panik. "Apa yang kamu bicarakan, Alana?"

Alana melanjutkan dengan suara dingin, "Dessy yang menyuruh seseorang mengedit video itu. Aku tau rencana ini, tapi aku biarkan saja karena aku ingin lihat seberapa jauh dia berani bermain."

"ALANA!" Dessy berteriak, matanya membelalak.
"Kamu nggak bisa begitu!"

Semua orang di ruangan terkejut mendengar pengakuan itu. David, yang masih mengamati situasi, segera mengunci video bukti dan siap menyebarkannya, tapi saat itulah Dessy tiba-tiba mengambil langkah cepat menuju komputer. Dia mencoba meraih mouse untuk menghentikan David.

"Hei! Apa yang kamu lakukan?" Dara berusaha menahan Dessy, tetapi Dessy mendorongnya dengan kasar, yang hampir membuat Dara jatuh.

Namun, dalam kekacauan itu, Deon dengan cepat menekan tombol enter di keyboard David.

Video bukti sudah terkirim.

Alana menatap layar komputer, menyadari apa yang baru saja terjadi. "Kalian baru saja menghancurkan Dessy," katanya dengan nada dingin, seolah-olah itu bukan urusannya lagi.

Dessy menatap Alana dengan penuh pengkhianatan. "Kamu menjebak aku! Ini semua ide kamu!"

Alana mengangkat bahu, tanpa sedikit pun rasa bersalah. "Aku hanya membiarkanmu melakukannya. Sekarang kamu yang tanggung konsekuensinya."

Rina, yang selama ini diam, akhirnya berbicara. "Jadi ini semua rencana Dessy? Tapi kenapa?"

Dessy terlihat panik, wajahnya memerah. "Aku... Aku hanya ingin menunjukkan pada semua orang bahwa Dara bukanlah gadis yang baik. Aku ingin orang-orang tahu siapa yang seharusnya mengendalikan sekolah ini."

Deon mendengus. "Semua ini hanya karena kamu ingin kekuasaan?"

Dessy menatap mereka dengan penuh kebencian. "Kalian tidak mengerti! Dara selalu berpura-pura baik, tapi dia... dia tidak pantas mendapatkan semua perhatian itu! Aku hanya ingin mengungkap kebenarannya!"

Dara, yang selama ini diam karena terkejut, akhirnya angkat bicara. "Aku tidak pernah mencoba mengambil apapun dari kalian. Aku hanya ingin hidup damai. Tapi kamu memilih untuk membuat hidupku seperti neraka."

Sebelum Dessy sempat menjawab, ponsel Dara bergetar lagi. Kali ini pesan dari media sosial sekolah. Saat dia membukanya, dia melihat video bukti sudah menyebar ke seluruh siswa di sekolah. Semua orang sudah tahu kebenarannya.

Alana melihat layar ponsel Dara dan tersenyum kecil. "Sepertinya permainan sudah selesai." Dia menatap Dessy dengan dingin. "Selamat tinggal, Dessy."

Dengan satu gerakan, Alana dan Aurel meninggalkan ruangan, meninggalkan Dessy yang sekarang benar-benar terjebak. Semua rencana jahatnya telah terbongkar.

...


Keesokan harinya, suasana sekolah berubah drastis. Semua orang berbicara tentang video bukti yang membongkar Dessy sebagai dalang di balik fitnah itu. Alana, meskipun masih populer, memilih menjauh dari masalah, meninggalkan Dessy sendirian menghadapi konsekuensinya.

Dara, Deon, Rina, dan David berjalan di koridor dengan kepala tegak. Mereka telah melalui banyak hal, tetapi mereka berhasil membuktikan kebenaran mereka.

"Jadi, apa yang akan terjadi dengan Dessy sekarang?" tanya Rina.

Dara menghela napas. "Aku nggak tahu, tapi yang jelas, semua orang sekarang tahu siapa dia sebenarnya."

Deon tersenyum. "Dan kita berhasil. Kita tidak hanya melawan mereka, tapi juga membuktikan kebenaran."

Dara merasa beban yang selama ini dia pikul perlahan terangkat. Meskipun tidak mudah, dia berhasil bertahan. Dan yang terpenting, dia tahu dia tidak sendiri.

Namun, di kejauhan, Dara melihat Alana sedang berbicara dengan sekelompok siswa baru. Mereka tertawa bersama, dan Alana tampak sedang merencanakan sesuatu.

Dara berhenti sejenak, merasa ada sesuatu yang tidak beres. "Apa kamu pikir Alana sudah selesai?"

Deon menatap Alana dari jauh dan menggelengkan kepalanya. "Aku nggak yakin. Dia mungkin sudah melepaskan Dessy, tapi Alana bukan tipe orang yang mudah menyerah."

Dara mengangguk, merasa firasat buruk kembali. Meski dia berhasil melawan kali ini, dia tahu bahwa Alana masih menyimpan banyak rencana di kepalanya.

Pertarungan mungkin belum berakhir. Tapi untuk saat ini, Dara merasa siap menghadapi apapun yang datang.

Bersambung...

THE GLORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang