Tak terasa hari yang telah ditunggu pun tiba, kediaman milik Hasbi kini terlihat indah dipenuhi dekorasi pernikahan.
Kata 'sah' yang telah terucap pagi tadi merubah status Alba juga Anza, sekarang mereka telah resmi menjadi sepasang suami-istri.
Banyaknya tamu membuat Anza mendengus diatas pelaminan, gadis itu menatap Alba yang berdiam. "Stt, Gus?"
Alba menoleh dan menaikkan satu alisnya. "Hmm, kenapa Dek?"
Anza tak bisa menahan senyumnya, entah mengapa saat pertama kali Alba memanggilnya dengan sebutan 'Dek' sewaktu dirumah sakit dulu. Jantungnya serasa berdetak kencang melebihi tempo, ia menyukai panggilan itu.
Alba menatap bingung Anza karena gadis itu malah tersenyum, Alba menghela nafasnya dan kembali menatap para tamu. Rasanya tak menyangka diusianya yang terbilang masih muda, kini sudah resmi menjadi seorang suami. Yaa, umurnya masih 22 tahun. Masih terlalu muda untuk membina rumah tangga.
Sebetulnya berat, ilmunya belum dalam untuk membimbing sang istri. Apalagi modelan Anza yang menjadi istrinya, dua kali lipat lebih berat. Namun ia akan tetap berusaha membimbing sang istri menuju jannahnya, pelan namun pasti.
"Gus nggak capek emang? Anza pengen kekamar, capek banget Gus, mau pingsan rasanya," tanya sekaligus keluh Anza pada Alba sedikit lebay.
Alba menatap Anza, tak heran gadis itu kelelahan. "Sabar dulu nggeh, bentar lagi selesai. Tinggal nunggu beberapa orang yang mau foto," ucapnya menenangkan.
Anza mendengarnya pun cemberut. "Tau gini nggak usah nikah," gerutunya kesal.
Alba yang mendengarnya pun sontak menatap Anza dengan tatapan dalamnya. "Dek?"
Anza meringis menampilkan giginya. "Becanda, Gus," ucapnya tertawa garing, melihat tatapan Alba membuat Anza sedikit ngeri.
Alba menghela nafasnya pelan melihat kelakuan Anza, setelah ini ia harus benar-benar extra sabar menghadapi kelakuan Anza untuk kedepannya dan selamanya.
•••°°°•••
Setelah acara yang melelahkan dua hari ini, kedua pengantin itu terlihat berkumpul bersama kedua orangtuanya diruang keluarga di pondok milik Murran.
"Ayah bakalan kangen kamu, Nak. Rumah bakalan sepi kalau nggak ada kamu nanti," ucap Hasbi menatap putrinya sendu.
Anza yang sedang memeluk perut Alba tersenyum, stt, jangan kalian fikir segampang itu mereka untuk adaptasi. Itu adalah pelukan sepihak alias paksaan dari Anza, lihatlah ekspresi Alba yang terlihat kurang nyaman dan tertekan.
Bukan apa, namun Alba di besarkan dilingkungan pondok. Menatap lawan bicara pun harus menunduk jika itu bukan mahramnya, apalagi pelukan seperti yang tengah dilakukan Anza.
Namun Alba mengingatkan dirinya sendiri bahwa yang tengah memeluknya kini adalah istrinya, ia mencoba menerima dan membiasakannya.
"Jangan sedih, nanti kan Anza bakal bikinin Ayah cucu banyak, biar bisa nemenin Ayah sama Bunda," celetuknya berhasil membuat Alba tersedak ludahnya sendiri.
Mereka tertawa mendengar ucapan Anza, apalagi saat Alba tersedak.
"Iya kan, Gus?" Pertanyaan polos itu membuat Alba semakin kikuk, apalagi mereka kini menatap kearahnya.
Alba berdehem pelan dan terdiam.
"Gimana kok diem aja kamu, Lee. Istrimu nanya loh," goda Adiba menatap putranya dengan jahil.
"Harus mau toh, masa nggak mau bikinin kita cucu," ucap Jihan menambah-nambahi dengan senyuman jahil.
Anza mengangguk. "Harus mau pokoknya, kalau enggak, nanti Anza bakal paksa!"
Semuanya sontak bungkam saat mendengar penuturan Anza kali ini, bukan apa, namun? Ahh sudahlah jangan dibayangkan.
Alba sendiri menunduk merasa malu mendengarnya.
Anza menatap mereka bingung. "Apasih? Kenapa malah pada diem, nggak boleh emang?"
Adiba menatap Anza. "Bahas lainnya gimana?" ucapnya membuat Anza cemberut.
Jihan mengangguk. "Kamu nanti bisa ngobrol berdua sama Nak Alba tentang masalah ini nanti," ujarnya membantu untuk mengganti pembahasan.
Anza cemberut mendengarnya. "Harus dijawab dulu pokoknya, Gus Alba mau apa nggak?" tanyanya dengan paksa.
Murran menatap putranya sambil menahan tawa, ia menganggukan kepalanya agar memberikan jawaban.
Alba lagi-lagi berdehem, entah sudah berapa kali ia berdehem untuk hari ini. Tak lama setelahnya, Alba terlihat mengangguk pelan. "Enggeh, Dek."
Anza bersorak senang. "Yesss!!"
Mereka menatap Anza tak habis fikir, ada-ada saja kelakuan gadis ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/379332031-288-k663783.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Bintang
SpiritualGadis cantik yang sangat unik, mempunyai sifat jahil, tengil, sopan santun yang sangat minus, urakan dan hilangnya urat malu harus dijodohkan dengan seorang Gus tampan yang memiliki sifat kalem, lembut tutur juga hatinya, dan yang pasti akhlaknya pa...