011• Jahilnya Alba!

18 2 0
                                    

Rembulan terlihat sangat cerah, memancarkan cahaya yang begitu indah. Dikelilingi bintang-bintang yang bertaburan, menambah kesempurnaan langit malam ini.

Duduk bersandingan, menatap keindahan langit diatas sana. "Mas." Suara lembutnya menyapa.

"Dalem, Dek."

Anza semakin merapatkan pelukannya. "Anza minta ajarin bahasa jawa," katanya sambil menatap wajah tampan suaminya.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Alba heran, tangannya mengelusi kepala Anza yang tertutup hijab. Tak sepenuhnya, karena Anza hanya memakai pashmina dan melilitnya tanpa jarum. Rambutnya masih terlihat keluar dari penutup kepalanya.

Anza kembali menatap langit, ia memutar bola matanya. "Yeuhh, emang ngga boleh belajar bahasa jawa gitu?" tanyanya sedikit sewot.

Alba tertawa pelan. "Boleh, Dek. Mas kan cuma nanya kenapa tiba-tiba pengen diajarin bahasa jawa."

"Ya biarin, pengen aja. Mas kan fasih banget bahasa jawanya."

Alba mengangguk. "Ngga perlu belajar, Mas bakal sering-sering ngomong pake bahasa jawa. Lama-kelamaan juga kamu bakal ngerti."

Anza mengangguk. "Biasanya jam segini, Mas ngapain?"

"Mas biasanya ngajar," jawabnya.

Anza mengerutkan alis bingung. "Malem-malem gini ngajar? Udah jam sembilan loh, serem banget dipondok!"

Alba tertawa pelan. "Kalau malem waktunya setoran hafalan, Dek. Kenapa kamu bilang dipondok serem?" tanya Alba heran.

"Ya serem lah, masak jam segini masih aktif beraktivitas. Anza biasanya jam segini udah dikamar, siap-siap mau tidur. Tapi tidurnya malem, Anza main hp sama baca novel dulu," ujarnya terkekeh pelan.

"Berarti mulai sekarang harus belajar, kecuali kalau emang udah ngantuk. Biasain baca-baca surat pendek, hafalan, muroja'ah sama Mas."

Anza menggeleng. "Ngga mau ah."

Alba pindah mengelus pipi Anza perlahan. "Hmm, kenapa nggak mau? Banyak pahala, apalagi sama suaminya."

"Males, Mas."

Alba menggelengkan kepalanya. "Nggak boleh males-malesan, itu setan lagi bisikin kamu biar males beribadah, biar nggak dapat Ridho-nya Allah."

Anza mengusap bahunya merinding. "Mas Alba ihh!" kesalnya memukul perut Alba.

"Aduh. Kok dipukul?" Alba mengelus perutnya, pukulan gadis itu lumayan membuat rasa nyeri hadir diperutnya.

Anza cemberut. "Lagian nakut-nakutin! Merinding tau."

Alba manarik sudut bibirnya. "Takut sama setan?"

Anza mengangguk. "Takut..."

Alba mengangguk menahan senyumnya. "Mas boleh jujur nggak?"

"Apa?" tanya Anza menatap bingung Alba.

"Tatap mata, Mas."

Anza menurut, ia menatap mata Alba tanpa berkedip. "Jujur apa? Jangan bikin kesel, Anza lagi haid tau!"

Alba memajukan wajahnya, tepat didepan wajah Anza. Menatap gadis itu sebentar dan membisikkan sesuatu di telinganya. "Mas sebenarnya bukan Mas Alba, tapi sosok jin yang menyerupai suami kamu. Lihat kaki, Mas. Melayang."

Anza menatap horor bahu Alba, ia perlahan mengikuti ucapan sosok didepannya. Benar, kaki Alba melayang. Bulu kuduknya seketika berdiri, menatap takut dan dengan segera melepaskan pelukannya. Bibirnya terbuka lebar, dan tak lama suara jeritan terdengar. "AAAAA, TOLO-"

Teriakannya terbungkam oleh tangan yang menutup mulutnya, mata Anza berkaca-kaca, siap melelehkan air matanya.

"Ssttt, ini Mas!" ucap Alba dengan panik.

Anza mencoba melepaskan bungkaman di mulutnya.

"Mas lepasin, tapi jangan teriak."

Anza mengangguk pelan, menatap takut-takut. Setelahnya, Alba melepaskan bungkaman nya.

"UMMIII--"

Alba kembali menutup mulut Anza. "Dek, katanya nggak teriak! Ini beneran Mas, liat kakinya, napak ditanah. Tadi melayang kan gara-gara Mas tahan biar nggak nyentuh tanah," jelasnya panik, namun terlihat menahan tawanya.

Seakan tersadar, Anza menatap tajam Alba. Ia melepaskan bungkaman di mulutnya. "Mas Albaaaaa!" geramnya.

Alba menggaruk dahinya yang tidak gatal. "Mas becanda, Dek. Lagian kamu percaya-percaya aja," ucapnya.

Nafas Anza naik-turun, menahan emosi didada nya, ia tak melepaskan tatapan tajamnya. "IHHH, NGESELIN!!" Dengan brutal, gadis itu memukuli tubuh Alba dengan keras.

"Ampun, Dek! Mas minta maaf, sakit..."

"SUKURINNN," teriak Anza sebelum meninggalkan Alba, memasuki rumah dan menutup pintu dengan kencang.

Rembulan Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang