CC-11

3.7K 168 18
                                    

HAPPY READINGS!!!

***

"Bu, aku balik ke Jakarta lagi, ya? Lagian, kasian Guntur udah beberapa hari ga masuk kerja, pasti kerjaannya numpuk. Ibu jangan kecapean, kalo bisa jangan kerja, mending diem aja di rumah."

Sang Ibu hanya mengangguk saja, ia lalu melirik Guntur yang sedang berbincang dengan kedua anak laki-laki nya di luar.

"Ibu harus bilang makasih juga sama Guntur sebelun dia pulang," ungkap wanita paruh baya tersebut.

Michelina menggeleng, "Udah, gausah, Bu. Yang ada dia malah gamau balik karena pasti bakalan panjang ngobrolnya nanti. Biar aku aja yang sampe-in nanti."

Yah... meskipun Michelina sebenarnya masih ingin bersama keluarganya, tapi ia juga tak bisa egois dengan membiarkan Guntur mengabaikan pekerjaannya untuk menenaminya. Michelina juga heran, kenapa laki-laki ini begitu keras kepala.

Setelah berpamitan, Michelina pun langsung menghampiri Guntur untuk segera berangkat sebelum terjebak macet yang panjang.

"A Guntur hati-hati," ucap kedua adik Michelina secara bersamaan sambil melambaikan tangan.

Guntur mengangguk, membalas lambaian tangan tersebut. Rasanya, Guntur seperti memiliki keluarga baru, padahal baru beberapa hari saja. Nyaman, itulah yang Guntur rasakan selama berada di kampung halaman Michelina. Apalagi di curug, Guntur sangat menikmatinya. Apa Guntur boleh meminta Michelina untuk mengajaknya lagi nanti? Bisa juga sebagai referensi liburan dirinya selagi penat dengan kerjaannya.

"Nanti kita kesini lagi, ya?" Ucap Guntur.

Michelina mengernyit, "Maksudnya?"

"Saya mau kesini lagi, sama kamu. Lagian, keluarga kamu juga keluarga saya."

"Saya nyaman sama keluarga kamu, apalagi adik-adik kamu, mereka semuanya baik."

Mendengar hal itu, Michelina hanya bisa tersenyum saja. Baguslah jika Guntur merasa demikian, tapi, Michelina juga harusnya berterimakasih karena banyak hal yang sudah Guntur lakukan untuk keluarganya. Dan yang terakhir, Guntur malah membayar uang sewa rumah untuk satu tahun kedepan, itupun Michelina sempat melarang karena awalnya Guntur berniat membeli semua kontrakan yang ada disana. Gila, bukan?

"Sampai di Jakarta nanti, kita tidur di hotel," kata Guntur.

"Di hotel?"

Lelaki itu mengangguk, kemudian melirik Michelina dan berhenti melangkah.

"Saya mau berduaan sama kamu lagi, boleh?" Tanya nya.

Michelina mengulum senyumnya, berusaha untuk tidak tertawa lepas. Bagaimana tidak? Melihat raut wajah Guntur yang sekarang malah ingin membuatnya tertawa. Ah, sudahlah, Guntur memang berbeda. Sangat berbeda dari laki-laki lain yang pernah Michelina jumpai.

"Saya boleh minta sesuatu sama kamu?"

Michelina mengangguk, "Mau minta apa emang nya, hmmm?"

"Saya mau kamu berhenti jadi pemuas buat laki-laki lain. Sekarang kan kamu pacar beneran saya, jadi berhenti dari kerjaan kamu itu dan hapus akun kamu juga. Kalo kamu mau, saya bayar semua itu biar kamu lakui---hmmmpphhhh."

Michelina langsung membungkam mulut Guntur.

"Iya, iya..."

"Sekarang mending cepetan jalannya, jangan ngomongin itu lagi, oke? Apalagi soal uang," jawab Michelina.

Guntur mengangguk patuh, ia melepaskan tangan Michelina kemudian meletakkannya di pipi nya.

"Tangan kamu lembut," ungkap Guntur seraya mengusapkan tangan Michelina ke pipi kanan nya.

Cit-Chat [21+] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang