CC-10

7.8K 181 12
                                    

HAPPY READINGS!!!

***

"Gimana? Kamu mau kan jadi pacar beneran saya?" Tanya Guntur sekali lagi.

Lelaki itu menahan pandangan Michelina dengan memegang dagu wanita tersebut, karena Guntur ingin mendapatkan jawabannya sesegera mungkin. Guntur tidak mau hubungan yang dimana membuatnya nyaman malah harus berakhir begitu saja, ia malah tidak menyangka jika akan begini. Apa memang perasaan seperti ini tidak ada yang bisa menebaknya? Mungkin saja.

Michelina hanya diam sambil sesekali menelan ludahnya gugup, baru kali ini ia malah terjebak di hubungan yang bisa dibilang lucu ini. Padahal lelaki sebelumnya tidak pernah seperti Guntur, mereka datang untuk memuaskan hasratnya saja tanpa memikirkan perasaan Michelina sedikitpun.

"Jawab saya Michel," kata Guntur.

"Kamu tau kan, kalo soal kaya gini itu harusnya pake...."

Michelina menyentuh dada Guntur, yang dimana ia ingin memberitahukan kepada lelaki ini jika Guntur harus memastikan perasaannya terlebih dahulu tapi yang terjadi malah diluar ekspektasinya. Guntur dengan tatapan datarnya malah mengatakan.

"Saya harus pake otot dada? Tapi buat apa?" Tanya Guntur dengan santainya.

Entahlah, Michelina harus berkata apa sekarang. Apa harus ia berteriak ditengah suasana yang menurutnya romantis malah diubah seketika oleh pernyataan Guntur yang keluar jalur.

"Kamu serius belum pernah pacaran sebelumnya?" Tanya Michelina mengalihkan topik pembicaraan.

Lelaki itu menggeleng, "Saya gatau."

"Karena saya selama ini cuma bekerja, pergi keluar kota atau keluar negri, itupun buat kerja."

"Selebihnya saya tidur dan bersantai sambil nonton," jelas Guntur.

Huft!

Ternyata memang benar, Guntur sepertinya sedang mengalami masa cinta pertamanya. Tapi apa itu benar cintanya malah terjadi di hubungan ini? Maksudnya, kenapa harus Michelina? Diluar sana masih banyak wanita yang lebih pantas, malah yang serasi dengan laki-laki ini.

Bukan berarti Michelina menolak, hanya saja... ia merasa tidak pantas saja untuk laki-laki seperti Guntur.

"Kita bahas ini nanti aja, ya? Bukannya kamu mau ke curug lagi sebelum besok kita pulang?" Ungkap Michelina.

Guntur mengangguk, "Tapi saya mau kamu jangan nolak."

"Kalo kamu mau, kamu bilang berapa saya harus membayar kamu supaya kamu ga nolak."

Michelina terkekeh, "Iya, iya..."

"Sekarang kita ke curug aja dulu, kalo nanti takutnya banyak orang yang kesana juga buat mandi."

Lambat-laun, Michelina mulai menyadari sesuatu. Jika dirinya tau akan sifat Guntur, sedikit pemaksa dan tidak suka penolakan. Ya, walaupun menolak seperti Guntur tidak apa-apa tapi dibelakang? Mungkin beda cerita nantinya.

Dan tanpa menunggu lama, Guntur akhirnya melepaskan pelukannya dan tentu keduanya bergegas pergi menuju curug yang kemarin sempat Guntur singgahi.

"Kakak sama A Guntur mau kemana?" Tanya Fauzi yang kebetulan sedang duduk terdiam di ambang pintu.

"Kakak mau ajakin A Guntur jalan-jalan sebentar ke curug, besok A Guntur mau pulang soalnya."

Mendengar kata 'Pulang' sontak membuat Fauzi beranjak, ia langsung menghampiri sang Kakak.

"Kakak juga mau balik lagi ke Jakarta atuh?" Tanya Fauzi.

Michelina mengangguk, "Iya, kan Kakak juga harus kerja disana."

Cit-Chat [21+] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang