"Bagaimana kau tahu tempat ini?" Aku menatap takjub pada setiap sudut ruangan toko buku tua yang aku datangi bersama Grey. Toko buku ini bahkan tidak hanya menyediakan buku-buku bersejarah untuk para penggemarnya tetapi juga menyediakan kehidupan rohani karena memang sebagian ruangan dari toko buku ini menyatu dengan sebuah gereja yang menjadi bagian penting bagi beberapa para pengunjungnya terutama masyarakat yang tinggal di sekitar area toko buku tua ini.
"Ya. Aku sering kemari jika aku merasa penat dengan semua tugas kuliahku. Aku tahu tempat ini sedari aku duduk di sekolah dasar, karena memang dulu ibuku sering mengunjungi gereja ini. Do you like this place, Maria?" Aku menoleh ke arah Grey yang tengah memilih buku lalu tersenyum sembari mengangguk padanya.
"Hm, aku menyukainya." Kataku, lalu memperhatikan sekitar luar toko buku yang nampak asri dan sejuk dari arah jendela kaca besar dari dalam toko buku kuno ini.
"Apa kau lapar?" Tanya Grey, sudah hampir dua jam kami berada di dalam toko buku ini.
"Aku tidak lapar. Tapi sepertinya aku menginginkan sesuatu yang dingin. Seperti es krim mungkin."
Grey tersenyum tipis lalu meletakan kembali buku yang dia pegang ke dalam rak buku yang berada di hadapannya lalu menatapku lurus.
"Baiklah, kita akan pergi ke toko es krim milik temanku. Dia menjual berbagai varian rasa es krim yang lumayan banyak, kau pasti menyukainya.""Sungguh? Ah aku sungguh tidak sabar, apa tokonya jauh dari sini?" Tanyaku lagi.
"Tidak, hanya sekitar sepuluh menit dari sini." Aku mengangguk mengerti, lalu setelah beberapa menit kemudian, kami sampai juga di depan toko es krim milik teman Grey itu, setelah motor sport yang kami kendarai berhenti aku terlebih dahulu turun. Lalu di susul oleh Grey.
"Kemarilah, biar ku bantu." Aku terkesiap ketika Grey tiba-tiba membantu diriku yang sedikit kesusahan untuk melepaskan helm yang kukenakan.
"Thank you." Sautku canggung.
"Ayo kita masuk." Katanya sembari meraih pergelangan tanganku untuk berjalan.
"T-tapi, Grey!" Aku tidak tahu kenapa aku justru membiarakan pria itu memegangi lenganku, Demi apapun jantungku bahkan berdetak sangat hebat kali ini, aku hanya takut jika anak buah dari Ben mengintai diriku dari kejauhan, dan aku tidak ingin sesuatu buruk terjadi pada Grey. Karena ku rasa Grey memang pria yang cukup baik dan itu yang membuat diriku merasa nyaman dan ingin berteman dengannya.
Setelah mendapatkan tempat duduk di depan toko es krim, kami mulai memilih-milih menu es krim yang ingin kami pesan."Kau mau es krim rasa apa?"
"I want mint chocolate."
"Sungguh? Kurasa itu seperti makan pasta gigi bercampur dengan coklat."
Aku terkekeh pelan, ini benar-benar aneh kenapa aku justru merasa nyaman ketika berdekatan dengan dia, dia benar-benar pria yang hangat dan juga lembut. Dia mengingatkan diriku dengan sosok adikku, Tristan. Rasanya sudah sangat lama semenjak beberapa tahun lalu aku sudah tidak lagi bertemu dengannya.
"Baiklah kau tunggu di sini, aku tidak akan lama. Jangan kemana-mana." Katanya, kemudian masuk kedalam toko. Setelah tubuh Grey sudah tak lagi terlihat lagi, aku mengarahkan pandanganku ke sekeliling toko es krim ini. Memperhatikan lingkungan tempat ini yang sangat asri dan juga nyaman. Dengan pohon rindang yang berjejer rapih dan di hiasi dengan berbagai jenis pot-pot tanaman bunga yang tertata rapih di sekitaranya.
Namun tak selang berapa lama, pandanganku terfokuskan pada sosok pria yang tengah duduk dari dalam sebuah mobil hitam yang terparkir lumayan jauh dari tempatku berada saat ini. Entah apa ini memang perasaanku saja, tapi aku merasa jika dia sedang menguntit diriku, dan aku seperti pernah melihat pria itu sebelumnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/374206930-288-k392098.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANCE OF DARKNESS VENDETTA
Romance⚠️Warning⚠️ • Mature, 21+ • Cerita ini berlatar belakang kehidupan para Gengster atau para Mafia besar juga kejam yang menjurus dengan kekerasan, bahasa kasar, dan juga seksual bebas. • ROMANCE OF DARKNESS VENDETTA• Genre dari cerita ini akan memba...