Chapter 9

140 11 0
                                    

MARIA POV

Mata coklat itu penuh kesalahan
Kebohongan yang di sembunyikan.
Aku pura-pura bodoh
Tapi aku selalu tahu
Bahwa kau berbicara dengannya
Atau bahkan lebih jauh, Aku tetap diam, Agar aku tetap bersamamu.
Dan sungguh lucu
Bagaimana kau bisa langsung lari padanya, Di saat kita baru memutuskan untuk berpisah. Dan sungguh lucu saat kau mengatakan jika kalian hanya berteman, Dan sekarang demi apapun,
Kalian tidak perlihatkan seperti itu. Kau menghianatiku, Dan aku tahu Bahwa kau takan pernah merasa menyesal terhadap bagaimana caraku terluka.

Bait-bait lagu dari Olivia Redrigo seketika menghentikan aktifitas membacaku. Aku terpaku diam menatap kosong pada buku novel yang sedang ku baca sembari mendengar bait demi bait lagu yang terdengar dari earphone yang terpasang pada kedua telingaku.

Wait, was that just a dream?

Tapi tidak! Aku mengingatnya, aku mengingat dengan jelas ketika Ben memeluk wanita itu, dan itu bukanlah mimpi.

Sialan, kenapa Ben tega melakukan itu semua padaku? Aku kembali terisak pelan, mencoba menyembunyikan tangisanku dengan menundukan kepalaku dari orang-orang di sekeliling ku yang kini tengah fokus dengan bacaan mereka.

Aku memang selalu rutin mengunjungi perpustakaan umum ini, bahkan setiap satu minggu sekali, terutama setiap kali aku membutuhkan ketenangan, karena bagiku buku bukan hanya tempat sekedar untuk kita baca saja, karena lewat membaca aku bisa banyak menemukan pengetahuan dan juga sumber pengalaman berdasarkan apa yang aku baca.

Buru-buru aku menyeka air mataku, dan bangkit berdiri dari bangku lalu berjalan menuju lorong-lorong penuh rak buku untuk mencari novel favoritku.

Kedua kakiku kini berhenti di salah satu lorong favoritku yaitu lorong tempat berkumpulnya buku-buku novel romantis karya Julie Garwood, dan aku sangat menyukai salah satu karya novelnya yang berjudul For The Roses Times yang sekarang telah di adaptasi sebagai sereal televisi seri berjudul Rose Hill. Namun gerakan tanganku yang ingin meraih novel tersebut terhenti ketika sebuah tangan lain sudah terlebih dahulu meraih novel tersebut.

"Ah sorry." Karena terlalu senang melihat buku novel tersebut hingga aku tidak menyadari jika seseorang sudah terlebih dahulu datang untuk mengambil novel tersebut, spontan aku menarik kembali tanganku lalu menoleh ke arah orang itu.

"hmmm... It's okay, Apa kau ingin membaca novel ini?" Tanya pria itu dengan mengulas senyum tipis, dan sebelum menjawab ucapannya aku terlebih dahulu melepaskan earphone yang terpasang pada kedua telingaku.

"Tidak masalah, kau yang terlebih dahulu mengambilnya." Aku lalu tersenyum canggung setelah menjawab ucapan dari pria berwajah seperti orang inggris itu. "Ini, aku bahkan telah membaca novel ini lebih dari sepuluh kali." Sautnya sembari memberikan buku novel di tangannya itu ke arahku. Fokusku yang tadinya mengarah pada wajahnya kini langsung berganti menatap pada buku yang dia berikan padaku.

"You're serious?" Tanyaku kembali, dia tidak tahu saja, aku bahkan sudah lebih dari dua puluh kali membaca novel tersebut di perpustakaan ini, karena menurutku tidak ada kata bosan untuk membaca sebuah buku yang kita sukai.

Pria itu mengangguk lalu kembali mengulas senyum tipis sembari melihatku. "Why do you like this novel?" Tanyaku dengan kembali menatap kedua mata birunya.

ROMANCE OF DARKNESS VENDETTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang