Chapter 7

386 61 0
                                    

Lelaki tua itu tersentak, hampir menjatuhkan bungkus nasi di tangannya. Matanya yang lelah dan suram memandang Hema dengan terkejut.

"A-apa yang paman lakukan? Ini sudah tidak layak, jangan dimakan," ujar Hema seraya mengambil alih bungkus nasi itu dari tangan lelaki tua itu dan melemparkannya kembali ke bak sampah. Rasa bersalah menyelinap dalam hatinya saat melihat ekspresi malu yang tampak jelas di wajah lelaki itu.

"Paman lapar," suara lelaki tua itu terdengar nyaris seperti bisikan, lemah dan penuh kehampaan.

Kata-kata itu menembus hati Hema seperti pisau tajam. Matanya mulai berkaca-kaca, merasakan kegetiran hidup lelaki tua itu. Ia tak bisa membayangkan betapa sulitnya kehidupan yang dijalani oleh lelaki di hadapannya.

Hema menunduk menatap kotak bekal di tangannya. Bekal yang tadinya ia siapkan untuk Jevran, lelaki yang bahkan tak mau menyentuhnya. Senyum tipis muncul di wajah Hema ketika ia mengambil keputusan yang lebih bermakna. Ia dengan lembut menuntun lelaki tua itu untuk duduk di kursi dekat bak sampah, tempat yang jauh dari kesan nyaman, namun cukup baik untuk beristirahat.

"Paman, makanlah ini. Bekalnya masih hangat," ujar Hema, menyerahkan kotak bekal yang tadinya ia buat dengan penuh harapan untuk Jevran, tetapi kini diberikan kepada lelaki yang benar-benar membutuhkannya.

Lelaki tua itu tersenyum lebar, wajahnya yang keriput memancarkan rasa terima kasih yang tulus. "Terima kasih, Nak. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu," katanya dengan suara yang bergetar penuh emosi.

Hema balas tersenyum, menahan air mata yang nyaris jatuh dari matanya. "Sama-sama, Paman. Nikmati saja makanannya," ucapnya pelan, menahan gejolak di dadanya saat ia melihat lelaki tua itu mulai menyuap nasi dan lauk-pauk dari kotak bekalnya dengan hati-hati.

Tanpa Hema sadari, seseorang sudah mengamati kejadian itu sejak awal dari dalam mobil mewah yang diparkir tak jauh dari sana. Bugatti La Voiture Noire hitam mengilap itu berdiri mencolok di pinggir jalan, dengan jendela yang cukup gelap untuk menyembunyikan pengamat di dalamnya.

"Naksir Lo?" Suara menggoda datang dari kursi penumpang di dalam mobil.

Jevran, yang sejak tadi mengamati Hema, mendengus kesal. Pandangannya tak lepas dari Hema yang baru saja memberikan bekalnya kepada lelaki tua itu.

"Liatin mulu dari tadi, Jev," ujar Tristan, sahabatnya yang duduk di sebelah. Ia menyengir nakal, menikmati bagaimana Jevran tampak terganggu. "Cakep juga dia, siapa sih?" lanjutnya, menatap kagum ke arah Hema yang masih tersenyum ramah kepada lelaki tua di seberang jalan.

Jevran hanya mendengus lagi, kali ini lebih keras. "Ngomong lagi, gue turunin lo sekarang," ancamnya dengan nada datar tapi jelas menyimpan ketidaksenangan.

Tristan hanya tertawa kecil, mengangkat tangan seolah menyerah. "Tapi gue serius, tadi lo yang pelan banget bawa mobil pas dia tiba-tiba nyebrang. Untung enggak ada kendaraan lain yang ngebut lewat," ujar Tristan, mengingat bagaimana Hema tanpa ragu berlari menyebrang hanya untuk mendatangi lelaki tua itu. Jevran tetap diam, matanya tak beranjak dari Hema. Sesuatu dalam dirinya terasa bergejolak, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

***

Hema duduk di tepi ranjang, matanya tak lepas memandang wajah neneknya yang kini tertidur lelap. Wajah tua itu tampak pucat, kerutan-kerutan halus di kulitnya semakin terlihat jelas. Perasaan khawatir terus menghantui pikiran Hema. Sejak pagi tadi, kesehatan neneknya tiba-tiba memburuk-batuk-batuk kecil dan sesak napas yang membuat Hema merasa tak tenang.

Rasanya ia ingin mengabaikan kuliah hari ini dan tetap tinggal di rumah untuk merawat neneknya. Ia sudah menyiapkan segala alasan untuk menghubungi dosennya dan memberitahu bahwa ia tak bisa masuk kuliah. Namun, meski tubuhnya lemah, neneknya bersikeras meminta Hema untuk tetap pergi ke kampus. "Jangan terlalu mencemaskan Nenek, Nak. Kamu harus fokus pada kuliahmu," kata neneknya tadi pagi dengan suara yang serak namun penuh keteguhan.

From Eyes to Heart  [JAKESEUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang