Chapter 22

444 59 5
                                    

Di dalam kamar hotel yang hangat, dengan suara angin malam yang berbisik lembut di luar, Hema dan Jevran berbaring berdampingan di atas ranjang, tubuh mereka terlilit selimut tebal setelah melewati malam yang penuh gairah. Hema menarik selimut lebih tinggi, memastikan tubuh mereka tetap hangat di baliknya. Sambil menatap langit-langit, Hema tertawa kecil saat sebuah pikiran melintas di benaknya.

"Kemana sisi dingin itu? Dulu saja mendekatimu susah sekali," ujar Hema tiba-tiba, mengenang masa-masa awal mereka saat ia berusaha mendekati Jevran karena tantangan dari Denis. Saat itu, Jevran selalu menjaga jarak, bersikap dingin, dan hampir tak terjangkau.

Jevran tersenyum mendengar pertanyaan Hema, kenangan lama itu membuatnya berpikir sejenak. Ia kemudian menundukkan wajahnya, menelusupkan hidungnya ke lekukan leher Hema yang harum. Tangannya melingkar erat di pinggang istrinya, mempererat pelukan mereka. Hembusan napas hangat Jevran terasa lembut di kulit Hema, membuatnya merasa nyaman.

"Dulu kamu belum membuatku jatuh cinta," ujar Jevran jujur dengan nada rendah yang sarat kasih sayang, matanya terpejam sejenak, menikmati kehangatan tubuh Hema di dekatnya.

Hema tersenyum kecil mendengar pengakuan itu, tetapi sebelum ia sempat merespon, ia merasakan tangan Jevran mulai bergerak di bawah selimut. Dengan gerakan perlahan namun pasti, tangan lelaki itu menyusup ke dalam piyama Hema, mengusap lembut pinggangnya yang hangat. Sentuhan itu terasa sangat intim, membuat Hema langsung tersentak.

"Jevran!" seru Hema, matanya melebar kaget, kepalanya menoleh cepat ke arah suaminya yang kini memasang senyum jahil di wajahnya.

"Hm? Apa sayang?" Jevran menjawab dengan nada polos yang jelas-jelas berpura-pura tidak mengerti. Nadanya terdengar begitu usil, seakan ia tahu betul apa yang ia lakukan, tetapi sengaja berpura-pura tak bersalah.

Hema mendengus kesal, merasa suaminya sedang bermain-main dengannya. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya meskipun jantungnya berdegup kencang karena sentuhan lembut itu. "Keluarkan tanganmu. Aku mau tidur," ujarnya dengan nada tegas, meskipun rasa hangat di tubuhnya membuatnya sedikit terganggu oleh permintaan sendiri.

Bukannya menurut, Jevran justru tersenyum lebih lebar. Ia tidak berniat mengalah, malah semakin mempererat pelukannya, membuat Hema semakin tak berdaya di bawah cengkeramannya. "Yasudah, tidur saja," jawabnya santai sambil menenggelamkan wajahnya lagi di leher Hema. Tangannya tetap berada di pinggang istrinya, terus mengusap lembut tanpa niat untuk berhenti.

Hema hanya bisa menghela napas panjang, menyerah dengan tingkah suaminya yang keras kepala. Ia mendongakkan sedikit kepalanya, menatap wajah Jevran yang kini begitu dekat. Dalam posisi itu, Jevran tampak begitu nyaman, wajahnya tampak damai dan bahagia, meski ada kilatan nakal yang masih terlihat di matanya.

"Kenapa sih?" tanya Hema tiba-tiba, suaranya lembut tapi penuh rasa ingin tahu.

Jevran mengernyit bingung mendengar pertanyaan yang tiba-tiba itu. Ia mengangkat kepalanya dari leher Hema, menatap lurus ke mata istrinya yang tampak serius namun juga penasaran. "Kenapa apa?" tanyanya dengan nada bingung, tak yakin apa maksud dari pertanyaan Hema.

Hema menatap suaminya dengan ekspresi yang sulit dibaca, namun perlahan senyum tipis muncul di bibirnya. "Kenapa suamiku tampan sekali?" tanyanya dengan nada yang lebih rendah dan terdengar manis. Senyuman di wajahnya bertambah lebar, sementara matanya masih menatap lekat wajah suaminya, menikmati setiap detilnya.

Jevran terkekeh pelan mendengar pujian itu, bibirnya melengkung dalam senyuman penuh kepercayaan diri. "Entahlah, aku memang terlalu tampan, kan?" jawabnya sambil mengangkat alis, memasang wajah penuh keyakinan yang hampir membuat Hema memutar matanya karena kekonyolannya.

From Eyes to Heart  [JAKESEUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang