Chapter 28

392 62 6
                                    

Dengan langkah agak malas, Jevran menuju kamar Damian dan Juan. Ia lantas mengetuk pelan pintu kamar, tiga kali, lalu menunggu. Hampir tiga menit berlalu sebelum pintu akhirnya terbuka, menampilkan wajah Juan yang masih setengah tertidur, rambutnya acak-acakan. Juan mengerjapkan matanya beberapa kali, bingung melihat adik iparnya berdiri di depan pintu kamarnya pada jam segini.

"Eh, ada apa, Jev?" tanya Juan heran, mencoba memahami situasi.

Dengan wajah setengah enggan, Jevran berdehem pelan sebelum menyampaikan permintaan istrinya. "Gini, Kak... Hema lagi ngidam, katanya pengen peluk Damian sama Matteo." Suara Jevran terdengar setengah hati. Mendengar itu, mata Juan sedikit melebar, lalu sekejap kemudian ia terkekeh, memahami situasi.

"Bentar ya. Gue bangunin Damian dulu," jawab Juan, lalu memberi isyarat pada Jevran untuk menunggu. Jevran mengangguk sambil menghela napas.

Beberapa menit kemudian, setelah mengurus Damian, Juan kembali dan menepuk bahu Jevran. "Udah bangun tuh, lagi ngumpulin nyawa. Lo sekarang ke kamar Matteo, ya,"

Jevran mengangguk singkat, kemudian melangkah menuju kamar Matteo dan Ansel. Setelah beberapa kali mengetuk, Matteo membuka pintu dengan wajah mengantuk. "Ngapain lo?" tanyanya sambil menguap lebar.

"Hema lagi ngidam... dia pengen peluk lo sama Damian," jawab Jevran dengan suara pelan, wajahnya jelas-jelas menunjukkan keengganan meski ia berusaha tetap tenang. Matteo terdiam , namun sedetik kemudian terkekeh geli, dan setelah meminta izin Ansel ia akhirnya setuju.

Tak lama, Hema pun akhirnya menuntaskan keinginannya, memeluk kedua kakak iparnya yang tampan dengan senyum puas. Damian melirik Jevran yang berdiri di dekat pintu, menatapnya dengan pandangan tidak senang. "Dih, santai aja kali, kenapa lo liatin gue kayak gitu?" Damian berbisik sinis, menyenggol Jevran dengan tawa kecil.

Di sebelahnya, Matteo ikut tertawa puas. "Ini kan juga demi anak lo," katanya dengan nada yang terdengar mengejek di telinga Jevran.

Jevran mendengus, wajahnya makin kesal. "Pergi sana Lo berdua!" ujarnya, dengan sigap mendorong Damian dan Matteo keluar dari kamar. Begitu mereka keluar, Jevran menutup pintu dengan suara sedikit keras, melepaskan rasa kesalnya.

Namun, belum sempat ia menarik napas lega, suara Matteo terdengar dari luar. "Btw, Jev, Hema wangi banget, ya. Bener nggak, Dam?"

Damian tertawa keras. Membuat Jevran mendecak kesal, "Anjing," umpatnya pelan, Jevran baru akan berbalik saat tiba-tiba saja ia merasakan dua lengan melingkar di pinggangnya. "Kamu marah, ya?" Hema bertanya dengan nada lembut, suaranya terdengar sedih. Pelukan itu terasa hangat, dan pipi Hema yang lembut menempel di punggungnya membuat hati Jevran sedikit melunak. Tanpa sadar, sudut bibirnya terangkat.

"Maaf... maaf ya, suamiku," bisik Hema sambil mempererat pelukannya.

Jevran menarik napas dalam, berusaha menahan senyum. Dalam hati ia membatin, "Sial, gemas banget. Kalau gini, gimana gue mau marah."

Jevran lantas melepaskan pelukan Hema, berjalan ke arah tempat tidur tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hema terdiam, sedikit bingung dan merasa bersalah, lalu melangkah mundur dengan bibir tertekuk sedih, mengira suaminya masih kesal. Tapi tiba-tiba, Jevran menoleh ke arahnya dan berkata, "Sini."

Hema mendongak, menatap Jevran dengan mata penuh kebingungan. Jevran sudah duduk di tepi ranjang, menepuk kedua pahanya sambil menatapnya lembut, seolah meminta Hema mendekat. Hema mengerjapkan matanya, bingung tapi tetap menurut, berjalan mendekat ke suaminya. Ia baru saja akan membuka mulut untuk bertanya, tapi Jevran sudah lebih dulu meraih pinggangnya dan mendudukkannya di pangkuannya.

From Eyes to Heart  [JAKESEUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang