Cassie, yang berdiri di dekat Rahendra, langsung berlari kecil dan meraih lengan pria itu yang bersiap melayangkan pukulan kedua kepada Jevran. "Sudah, paman, cukup," bisiknya pelan, suaranya bergetar penuh emosi meskipun ia berusaha menenangkan situasi. Mata Cassie tampak berkaca-kaca, merah dan penuh kepedihan. Jelas sekali bahwa dirinya terluka mengetahui fakta bahwa Jevran sudah menikah dengan orang lain. "Ini tidak perlu diteruskan," lanjutnya, suaranya semakin lemah saat ia berbicara, tapi ia tidak bisa menatap Jevran, yang sekarang berdiri di sana dengan ekspresi penuh rasa bersalah, menatap Cassie seolah ingin meminta maaf tanpa kata-kata.
Rahendra, bagaimanapun, tak bisa menahan amarahnya. "Ini semua gara-gara kau!" serunya, langkahnya maju dengan niat mendekati Hema. Namun, Jevran dengan cepat meraih Hema, menarik tubuhnya ke belakang punggungnya, melindunginya dari ayahnya. "Jangan berani menyentuhnya, Dad," kata Jevran dengan tegas, menatap langsung ke mata ayahnya yang kini membelalak marah.
Riana, ibu Jevran, akhirnya melangkah maju, menarik lengan suaminya dengan lembut namun tegas, mencoba menghentikan tindakan suaminya sebelum keadaan menjadi semakin kacau. "Sudah cukup, Rahendra," katanya pelan namun penuh makna. Dengan satu tarikan, ia berhasil membawa suaminya keluar dari ruangan, meninggalkan keheningan mencekam di antara tamu-tamu yang tampak bingung dan canggung. Tak ada satupun dari mereka yang berani bergerak, apalagi berbisik atau mengambil ponsel mereka untuk merekam kejadian tersebut. Mereka hanya menatap dengan rasa penasaran, namun juga ketakutan.
Tiba-tiba, suara tamparan keras kembali terdengar. Kali ini, tangan itu berasal dari ibu Cassie, yang tampak berdiri di hadapan Jevran dengan raut kecewa yang mendalam. Tanpa sepatah kata pun, wanita itu memandang tajam ke arah Hema, seolah menyalahkannya atas semua yang terjadi, sebelum akhirnya menarik tangan putrinya, Cassie, untuk pergi bersama suaminya. Cassie bahkan tidak menoleh sedikit pun ke arah Jevran saat mereka berlalu meninggalkan ruangan, dan Jevran merasakan sebuah beban berat di dadanya. Ia tahu betapa kecewanya sahabatnya itu terhadapnya.
Setelah keluarga Cassie meninggalkan ruangan, seorang pelayan muncul dan mulai dengan sopan membubarkan para tamu undangan. Di ruangan itu kini hanya tersisa Jevran, Hema, Damian, Matteo, Ansel, dan Juan. Keheningan meliputi mereka, dengan Ansel dan Juan yang masih terdiam, terlalu terkejut untuk memberikan reaksi. Mereka baru saja mengetahui bahwa Hema ternyata sudah menikahi Jevran, sebuah kenyataan yang membuat keduanya tak bisa berkata-kata.
Matteo, yang berdiri agak jauh, akhirnya melangkah mendekat, berhenti tepat di depan Jevran. Lelaki tinggi berkulit putih itu tersenyum sinis, tampak geli dengan situasi ini. Ia menepuk bahu Jevran dengan ringan, lalu berbisik pelan, "Ini nih yang dulu sok-sokan nolak bekal?" Candaannya terdengar ringan, tetapi Jevran mendengus kesal, merasa hal itu sama sekali tidak lucu di situasi yang sedang mereka hadapi.
Damian, yang sejak tadi berdiri tenang di sudut ruangan sambil menyesap anggurnya, akhirnya ikut berbicara, suaranya datar namun penuh sindiran. "Gue pikir si bungsu ini enggak bakal nikah-nikah," ujarnya sembari memutar gelas anggurnya dengan santai, seolah hal ini tak lebih dari obrolan sehari-hari. Mendengar itu, Matteo tertawa keras, tawanya menggema di seluruh ruangan, kontras dengan keheningan yang masih menyelimuti suasana. Sementara itu, Jevran hanya bisa menatap Damian dengan tajam, tapi tidak mengatakan apapun.
***
Bi Inah menggelengkan kepalanya pelan saat melihat para pelayan muda mulai menunjukkan wajah murung ketika mendengar kabar bahwa para tuan muda keluarga Atmadja kini sudah menikah. Ada kesedihan yang tampak di wajah mereka, seolah harapan yang mereka pendam diam-diam akhirnya pupus.
Dengan langkah mantap, wanita tua itu kemudian mendekati Hema yang berdiri di samping Jevran. Suara tenang Jevran memanggil Bi Inah, memintanya untuk menunjukkan di mana letak kamar mereka. "Mari, Tuan, saya antar," ucap Bi Inah dengan sopan, membungkuk sedikit. Hema tersenyum tipis sebelum menoleh ke arah Jevran untuk memastikan, dan Jevran memberikan anggukan singkat sebagai isyarat agar Hema mengikuti Bi Inah.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Eyes to Heart [JAKESEUNG]
RomanceBerawal dari Denis, yang memberikan tantangan kepada Hema, Ansel, dan Juan untuk mengusir rasa bosan di jeda mata kuliah mereka. Tantangan gila ini seharusnya hanya menjadi sekadar iseng-iseng di antara mereka-tepatnya Hema, Ansel, dan Juan. Tidak a...