Chapter 3: Buku Athruna

24 3 0
                                    

Lentera kecil itu tetap menyala di tangan kirinya. Anak itu duduk diam setelah semua barang kembali dimasukkan ke dalam tasnya. Hatinya masih diliputi campuran rasa lega dan ketakutan. Tapi, perasaan hangat dari lentera memberikan sedikit kekuatan.

Ia meraih tali tas, menariknya lebih dekat. Saat ia memeriksa kembali isinya untuk memastikan tidak ada yang tertinggal, matanya menangkap sesuatu yang berbeda.

Tersembunyi di bawah botol minum dan buku-buku pelajaran, sebuah benda besar terlihat menyembul. Ia ingat, sebelumnya tidak ada disana.

"Apa ini?" gumamnya sambil menarik benda itu keluar dengan hati-hati.

Ketika benda itu muncul sepenuhnya, napasnya tertahan.

Kring... kring...

Suara rantai kecil yang melilit buku itu bergemerincing pelan. Buku besar itu tertutup rapat dengan sebuah kunci tua menggantung di ujung rantai yang mengunci buku tersebut.

Buku itu terasa berat di tangannya, dengan sampul kayu hitam pekat yang keras dan kasar. Ukiran di permukaannya tampak bergerak perlahan di bawah sinar lentera, menciptakan pola yang rumit dan misterius.

Anak itu menatapnya lama, matanya terpaku pada kata yang terpahat di bagian atas sampul: Athruna.

"Aku ingat buku ini," bisiknya. Suaranya pelan, penuh keraguan, tapi juga rasa ingin tahu yang mendalam.

Namun, ia tidak tahu dari mana ia mengenal buku ini, atau kenapa rasanya begitu akrab. Jemarinya menyentuh rantai yang melilitnya, lalu meraih kunci kecil yang menggantung.

Dengan suara kecil, kunci itu berputar.

Klik.

Rantai yang melilit buku itu terlepas, jatuh ke tanah dengan suara lemah. Dengan hati-hati, ia membuka buku itu, halaman demi halaman.

Namun, saat ia membuka halaman pertama, ia hanya menemukan lembaran putih bersih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun, saat ia membuka halaman pertama, ia hanya menemukan lembaran putih bersih. Tidak ada tulisan, tidak ada gambar.

"Tulisannya... hilang?" gumamnya, kebingungan mulai menguasainya.

Ia membalik halaman dengan lebih cepat, berharap menemukan sesuatu. Tangannya yang kotor meninggalkan jejak di setiap halaman. Tapi tidak ada apa-apa.

"Ini tidak mungkin kosong," katanya, suaranya penuh frustrasi.

Tiba-tiba, cahaya samar muncul dari salah satu halaman. Ia terdiam, matanya melebar saat melihat pola-pola aneh mulai terbentuk di atas kertas.

Garis-garis itu bergerak perlahan, seperti sedang diukir oleh kekuatan tak terlihat. Mereka membentuk sebuah lingkaran besar, dengan cabang-cabang kecil yang menjuntai seperti ranting pohon.

Di tengah lingkaran itu, ada lubang kecil berbentuk kunci, seolah memanggilnya untuk mendekat.

"Apa ini?" bisiknya, matanya terpaku pada simbol tersebut.

Athruna Story #1. FirstlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang