Icarus
Seorang anak laki-laki tanpa ingatan, terjebak di hutan ajaib yang gelap. Cahaya Petromax membawanya bertemu penjaga waktu, danau emas dan ratusan pemangsa. Apakah ia akan mampu bertahan?
Jerhyn
Raven terbaik, sebuah ordo pembunuh rahasia. Di...
Anak itu tiba di tepi danau dan terdiam, terpesona oleh pemandangan yang terbentang di hadapannya.
Danau itu berkilauan seperti cairan emas, permukaannya memantulkan sinar bulan dan bintang, menciptakan ilusi langit kedua di bawah kakinya. Di sekelilingnya, alam menghidupkan pemandangan yang tidak pernah ia saksikan sebelumnya, sebuah dunia yang hanya ada dalam dongeng.
Di atas air, burung-burung bercahaya melayang anggun. Sayap mereka berkilau dalam warna biru kehijauan. Setiap kepakan menghasilkan percikan cahaya yang berpendar lembut seperti permata.
Di pinggiran danau, makhluk serangga kecil dengan cangkang emas dan sayap kaca berkilauan menari di antara bunga-bunga ungu bersinar lembut. Bunga-bunga itu tampak hidup, berdenyut seirama dengan detak jantung malam, seolah setiap kelopaknya dipenuhi energi mistis yang tak terlihat.
"Ini... bukan tempat biasa," gumam anak itu dengan suara hampir berbisik.
Matanya berbinar, hatinya dipenuhi rasa kagum dan takjub yang mendalam, seperti seorang penjelajah yang baru menemukan negeri ajaib. Namun, di balik kekagumannya, ada sesuatu yang mengganggu.
Ada perasaan asing yang perlahan menyusup, seolah-olah danau ini menyimpan rahasia yang terlalu besar untuk dimengerti.
Anak itu berjongkok di tepi danau, mencelupkan tangannya ke dalam air yang jernih dan dingin. Getaran halus mengalir dari ujung jarinya ke seluruh tubuhnya, memberikan rasa damai yang aneh.
"Airnya... jernih sekali..." bisiknya pelan.
Dia membasuh tangannya, kemudian perlahan-lahan membersihkan luka-luka kecil di lengannya. Namun, saat tetes air yang terakhir menyentuh lukanya, sesuatu yang ajaib terjadi.
Ssssssh...
Bekas luka dan memar di kulitnya memudar perlahan-lahan, seolah-olah diserap oleh air. Ia menatap tangannya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Wow! Ini... sihir!" serunya, setengah berbisik.
Anak itu tersenyum kecil, merasa senang, seperti mendapat nilai 100 saat ujian. "Air ini bisa menyembuhkan!" ucapnya dengan kagum.
Tanpa ragu, ia meminum air itu. Rasanya manis dan segar, lebih enak dari apa pun yang pernah ia rasakan, seakan menghilangkan seluruh kelelahan.
Namun tiba-tiba, dunia di sekelilingnya berputar. Kepalanya terasa ringan, dan seolah-olah jiwanya ditarik ke dalam danau.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anak itu melihat dirinya berada di sebuah ruangan besar yang diterangi cahaya lilin. Rak-rak tinggi penuh dengan buku tua mengelilinginya. Di tengah ruangan, seorang anak berdiri membelakanginya, wajahnya tak terlihat jelas, seperti diselimuti kabut.
Di dekat anak itu, seorang wanita paruh baya duduk di kursi kayu, membacakan sebuah dongeng. Wajah wanita itu tampak akrab, seolah berasal dari kenangan yang kabur.
Buku yang dipegang wanita itu bertuliskan "Athruna" di sampulnya.
"Itu... bukuku!" bisik anak itu dengan takjub.
Wanita itu membaca dengan suara lembut, namun kata-katanya tidak jelas, seolah berasal dari tempat yang jauh. Anak itu mendekat, ingin mendengar lebih baik, tetapi suara itu memudar.
Tiba-tiba, sebuah suara berbisik, suaranya lembut namun penuh kekuatan, seolah datang dari dalam bumi itu sendiri.
"Icarus..." suara itu memanggilnya.
Anak itu terkejut; nama itu terdengar tidak asing, meski ia tidak ingat pernah mendengarnya sebelumnya.
"Ingatlah..." suara itu berbisik lagi, memanggilnya dari tempat yang sangat jauh, mungkin dari masa yang telah terlupakan.
"Icarus... ingatlah," suara itu terdengar lagi.
Ruangan itu mulai memudar. Dalam sekejap, ia kembali ke tepi danau, terbaring di tanah yang lembap.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anak itu tersentak bangun. "Apa... apa yang baru saja terjadi?" gumamnya kebingungan.
Ia mendekati danau dan kembali meneguk airnya, berharap bisa kembali ke tempat itu, berharap bisa mendengar suara itu lagi. Namun, tidak terjadi apa-apa.
Ia mengambil air danau itu ke dalam botol minumnya, berencana menggunakannya nanti. "Mungkin ini akan membantuku mengingat," bisiknya.
Namun, sebelum ia sempat memikirkan lebih jauh, langit di atas danau berubah kelam. Awan hitam berkumpul, menyelimuti cahaya bulan.
Dari kejauhan, terdengar suara gemuruh. Seperti langkah raksasa yang mendekat, mengguncang bumi dan membuat air danau bergelombang.
Duum... duum...
Makhluk-makhluk di sekitar danau mulai gelisah. Seekor burung besar dengan mata menyala memandang anak itu, seakan memberi peringatan tanpa suara. Bahaya mendekat.
"Apa yang terjadi?" bisiknya, rasa takut menyakiti jantungnya.
Di kejauhan, sebuah bayangan besar mulai terlihat di balik kabut, mendekat dengan setiap dentuman yang mengguncang bumi. Suara berat dan menakutkan itu membuat seluruh penghuni danau gemetar ketakutan.
Anak itu berdiri terpaku, jantungnya berdebar semakin kencang. Menyadari bahwa malam yang damai ini telah berubah menjadi malam yang penuh dengan bahaya yang tak terbayangkan.