Icarus
Seorang anak laki-laki tanpa ingatan, terjebak di hutan ajaib yang gelap. Cahaya Petromax membawanya bertemu penjaga waktu, danau emas dan ratusan pemangsa. Apakah ia akan mampu bertahan?
Jerhyn
Raven terbaik, sebuah ordo pembunuh rahasia. Di...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anak itu menahan napas, menatap bayangan besar yang semakin mendekat di balik kabut tebal. Ia berdiri kaku di tepi danau, tubuhnya membeku oleh rasa takut.
Dari dalam kabut yang menyelimuti danau, suara langkah berat terdengar semakin jelas, menggema di tengah malam. Setiap getaran seperti menghantam dadanya, memicu jantungnya untuk berdetak lebih cepat.
Duum... duum...
Langkah-langkah itu seperti menggetarkan dunia di bawah kakinya. Sementara kabut tebal mulai menutupi air danau, menggantikan kilauan emas yang sebelumnya memukau.
Makhluk-makhluk yang sebelumnya memenuhi tempat itu mulai gelisah. Burung-burung bercahaya terbang tinggi, meninggalkan jejak cahaya yang perlahan memudar. Serangga-serangga bercangkang emas menghilang di balik dedaunan, dan reptil-reptil bersisik opal memanjat pohon dengan gerakan tergesa-gesa.
Anak itu melihat sekeliling, berharap ada yang tetap tinggal. Namun, setiap makhluk ajaib di sekitarnya berusaha menyelamatkan diri, meninggalkannya sendirian di tepi danau.
"Jangan tinggalkan aku..." bisiknya, suaranya hampir tak terdengar.
Cahaya dari danau perlahan meredup. Kabut semakin pekat, menyelimuti segalanya. Suara langkah berat itu semakin dekat, diiringi oleh suara lolongan panjang dan raungan rendah yang mencekam.
Auuuuuuw... hrrr...
Kabut putih berputar di depan matanya, sebelum tersibak oleh sesuatu yang besar.
Bayangan itu muncul pertama kali, ramping tetapi berotot, tubuhnya tertutup bulu hitam legam yang berkilauan seperti malam berbintang. Di bawah cahaya bulan yang temaram, garis-garis perak di bulunya tampak berpendar, seperti kilatan listrik yang tak nyata.
Makhluk itu berhenti beberapa meter darinya, menatap dengan mata merah menyala. Tatapan itu dingin dan penuh kebencian, seolah langsung menyusup ke dalam jiwa anak itu.
Anak itu bergumam tanpa sadar, suaranya nyaris tak terdengar. "Si-siapa... atau apa... itu?"
Makhluk itu menggeram rendah. Hrrrrrr...
Geraman itu seperti gemuruh yang menggema jauh di bawah bumi. Cakarnya yang panjang mencengkeram tanah dengan kuat, meninggalkan bekas jejak yang dalam di tanah basah.
Di balik kabut, bayangan lain mulai muncul. Predator kedua, lebih besar, dengan tubuh bersisik kelabu yang mengkilap seperti baja. Mata merahnya menyala lebih terang, penuh amarah dan lapar.
Langkah makhluk itu berat, mengguncang tanah. Anak itu mencoba melangkah mundur, tetapi tanah di bawahnya licin oleh lumpur, membuatnya nyaris jatuh.
"Ja-jangan mendekat..." gumamnya, suara kecilnya tenggelam oleh gemuruh langkah-langkah itu.