Kediaman keluarga besar Markus menjadi sedikit ramai pagi ini. Sudah pasti karena biang rusuh yang selama empat tahun berada di London, sekarang kembali ke rumah. Bahkan pagi ini, Nicho sudah membuat rusuh dengan tingkahnya yang random. Untung masih ada opa Markus yang bisa membuat Nicho sedikit meredam tingkah konyolnnya itu.
"Eh, kok gak ada bubur?" Sudah jadi kebiasaan buat Nicho sebelum melanjutkan studinya adalah sarapan dengan bubur. Apapun jenis buburnya, pasti akan menjadi pilihan pertama bagi Nicho. Bubur ayam, bubur kacang hijau, bubur daging sapi, bubur ketan hitam atau jenis bubur lainnya pasti akan langsung dilahap Nicho dengan semangat. Sangat berkebalikan dengan Reynald yang sangat membenci makanan bertekstur lembek itu.
"Salah siapa kamu dateng dadakan. Mana malam-malam bikin drama di kantor pula!" Sungut Rey sambil menatap tajam ke arah Nicho. Pulangnya Nicho berarti dia harus siap-siap dengan segala tingkah laku Nicho yang ajaib.
"Drama? Emang kenapa lagi kamu Cho?" Markus yang dari tadi diam dan memilih untuk menikmati makanannya, langsung merespon ke arah Nicho.
"Cucunya opa itu dateng ke kantor malem-malem. Udah gitu bisa-bisanya dia berlagak sok jadi office boy. Untungnya kemaren itu masih ada yang harus mama kerjain sama papa, jadinya mama sama papa masih di kantor. Kalo enggak, gak tahu apa yang bakalan kejadian sama dia. Emang kamu mau ketemuan siapa di sana?" Feli, sang ibunda sekarang yang menjelaskan tingkah random Nicho ke Markus dan Siska, opa dan oma Nicho.
Mau tidak mau, akhirnya Nicho menjelaskan kejadian apa yang dia alami kemarin malam saat dia sampai di kantor. Lagi, semua hanya geleng-geleng waktu mendengar cerita Nicho.
"Kamu kan sebenarnya bisa langsung ngomong siapa kamu itu. Gak malah bikin drama kayak gitu!" Reynald melanjutkan kekesalannya pada tingkah Nicho.
"Opa belum tau sih tuh cewek kalo ngomong udah kayak kereta ekspres. Ya udahlah, kerjain aja sekalian tuh cewek" Nicho mencoba untuk membela dirinya.
"Jangan gitu. Ntar kamu keterusan malah bingung sendiri lho! Malah bisa jadi dari yang awalnya iseng ngerjain malah keterusan. Trus malah kamunya nanti yang jadi bucin" Ujar Feli tapi sambil melirik ke arah Reynald.
"Uhuk.." Tentu Reynald tahu arti dari ucapan dan lirikan tajam dari Feli, istrinya.
"Udah, papa sama mama mau berangkat. Kamu mau ikut ke kantor apa enggak? Kalau emang mau barengan ya ayok sekalian kita berangkat" Reynald buru-buru menyelesaikan sarapan paginya. Feli hanya tersenyum sambil menahan tawa. Tiba-tiba saja Feli langsung teringat bagaimana dia dan Reynald bisa bersatu dan berumah tangga hingga sekarang ini.
"Enggak ah. Hari ini gak ke kantor dulu. Nicho pengen berkubang. Hehehehe.. Boleh ya opa?"
"Kok minta ijinnya ke opa. Kantor sama perusahaan kan udah opa serahin semuanya ke papa kamu sama om-om kamu. Minta ijin ke papa kamu, jangan ke opa"
"Maksudnya Nicho tuh, boleh kan pa Nicho mau berkubang di kolam renang. Udah lama opa gak berkubang! Pengen berkubang sampe siang" Tanpa meminta ijin sebenarnya juga tidak akan ada yang bisa melarang Nicho melakukan hal tidak berfaedah itu. Kalaupun memang dilarang, pasti Nicho bisa menemukan seribu macam alasan dan cara untuk dia bisa melakukan kegiatan konyol itu.
Pagi hari di kediaman keluarga besar Markus itu selesai dengan berpisahnya lima orang dengan kegiatannya masing-masing. Reynald dan Feli yang beranjak pergi ke kantor, Markus kembali ke kamar dan biasanya dia akan melanjutkan untuk membaca beberapa buku bertema kehidupan sedangkan Siska, sekarang menyibukkan diri dengan berbagai macam kegiatan sosial bersama dengan ibu-ibu sosialita lainnya. Nicho? Sudah pasti dia langsung menyeburkan dirinya di kolam renang yang ada di sisi belakang rumah besar itu.
***
Tidak seperti biasanya, siang itu selepas jam makan siang, Reynald mengumpulkan Joenathan, Deo, dan Tian di ruangannya. Biasanya dia hanya akan mengumpulkan semuanya hanya jika ada satu masalah yang sangat penting atau ada project yang bermasalah.
"Tumben-tumbenan ngumpulin kita di sini, kak. Mau bikin arisan? Ini juga, tumbenan ada makanan kecil kayak ginian. Biasanya meja ini kosongan gitu" Tian berucap sambil mulutnya penuh dengan makanan ringan yang sekarang selalu ada di ruangan Reynald.
"Nicho udah balik kemarin malam" Kata Reynald singkat dan itu justru membuat semua yang lain langsung mengerutkan alisnya. Apa salahnya jika Nicho pulang kembali? Bukankah itu malah lebih baik, karena dia bisa langsung fokus pada perusahaan ini?
"Itu anak kemarin malam udah langsung bikin ulah. Dia isengin anak office girl yang barusan Deo tempatin di lantai dua enam ini." Lanjut Reynald menjelaskan lebih detail lagi. "dan sampai sekarang, anak itu masih anggap kalau Nicho itu juga office boy di sini juga."
"Trus?" Kali ini Joenathan yang berucap. Nicho memang sudah terkenal jahil dan juga isengnya kadang kebablasan, tapi sejauh ini iseng dan jahilnya bukan hal yang membahayakan, dan masih bisa dikendalikan juga.
"Intinya tuh, mas Rey takut kalo si Nicho kebablasan trus ceritanya dia dulu keulang lagi di Nicho. Inget kan, dulu tuh mas Rey isengin aku, nempatin aku jadi asistennya dia gara-gara telat meeting, eh malah ujungnya jadi bucin kan" Kali ini Feli yang berucap. Wajah Rey langsung semburat merah waktu Feli dengan lugas, berbanding terbalik dengan yang lain.
"Jadi, intinya om Rey gak mau kalau sampe Nicho kebablasan sampe jadian sama anak baru itu? Gitukah?" Seprti ingin memperjelas, Deo sekarang yang melempar pertanyaan. Pertanyaan itu hanya dijawab dengan anggukan kecil dari Reynald.
Bagaimanapun, Nicho adalah orang yang akan menempati posisi CEO di Persada Group dan dia harus bisa membangun citra dirinya. Reynald tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia bermenantukan seorang office girl.
"Kalo Deo sih, gak perlu setakut itu sih om. Hm.. Kebetulan Deo sendiri yang waktu itu jadi interviewer anak baru itu. Kalo dari caranya ngomong sama ngejelasin, gak kayak orang lulusan SMA. Sangat rapi, tertata dan sistematik kalau jelasin, walaupun dari juga keliatan kalau masih kekanakan. Kayaknya juga ada sesuatu di anak itu, tapi Deo gak tahu apa sih" Sekarang, semuanya terfokus pada apa yang baru saja dikatakan Deo.
"Nicho udah dewasa. Dia tahulah apa yang dia lakuin sama konsekuensinya. Lagipula, apa gak kita cari tahu dulu sesuatu yang tadi dimaksud Deo tadi. Deo biasanya punya insting yang kuat kan?" Joenathan yang kini berucap dan semuanya mengangguk, menyetujui apa yang dikatakan Joenathan.
"Trus, gimana nih kita?" Rey masih dengan pertanyaannya. Sejujurnya dia bingung juga. Mengapa dia bisa se-khawatir ini. Dia sangat tahu bagaimana Nicho dengan seluruh keusilannya. Jadi, bisa saja Nicho hanya bermain-main saja dengan office girl baru ittu dan setelah bosan, dia kan meninggalkannya.
"Ikuti drama yang dibuat Nicho. Biarkan aja anak baru itu tahunya Nicho itu juga office boy sambil tetep kita awasi semua kelakuannya Nicho. Deo, kasih profil singkatnya anak baru itu. Biar om coba cari tahu. Siapa dia sebenernya. Mumpung masih awal juga. Kalo dia orang susupan dari kompetitor, kita bisa cut dari sekarang aja" Sahut Tian menutup pertemuan dadakan yang Reynald adakan siang itu. Tidak ada sahutan lagi. Nampaknya memang mereka semuanya setuju dengan ide dari Tian.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Quality Office Girl
RomanceKehilangan sesuatu yang penting membuat hidup seorang Anindita Wahyuningsih menjadi jungkir balik. Anin, demikian dia biasa disapa, bahkan harus menjadi seorang office girl walaupun dia seorang lulusan sarjana bisnis. Namun, Anin tetap bersyukur unt...