Seminggu berlalu dan sekarang resmi sudah Anin bekerja di Persada Group sebagai office girl. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Jam masih menunjukkan setengah lima pagi, tapi Anin sudah bangun dan membuat rusuh kamarnya. Vani hanya bisa mengelus dadanya. Teman satu kosnya ini memang seringkali bertindak ajaib dan di luar perkiraannya.
"Kamu itu mau ngapain? Ini jam lima aja belum ada? Kalo berangkat sekarang palingan jam enam kamu udah nyampe ke kantor, trus emang udah dibuka kantornya? Jangan-jangan satpamnya masih tidur" Vani hanya bisa berucap dan mengingatkan Anin. Tapi sepertinya itu tidak mempan untuk Anin yang masih sibuk mencari ini dan itu untuk memulai hari pertama bekerjanya.
"Katanya bu Laras, harus dateng lebih awal. Soalnya harus bersihin dulu ruangan yang mau dipake kerja. Jadi ya udah, Anin mau berangkat aja sekarang. Nanti kalo Anin berangkatnya siangan, bisa keduluan yang pake ruangan datang." Jawab Anin dengan lugas.
"Trus, nih katanya Anin hari ini harus ketemuan dulu sama yang namanya pak Deo yang dari HRD perusahaan. Jadi ya emang Anin harus dateng lebih pagi, mbak" Anin masih meneruskan ocehan soal alasannya untuk datang pagi hari ini.
"Ya udahlah, terserah kamu mau berangkat sekarang. Jangan lupa ntar sebelum kerja, kamu sarapan dulu. Bisa pingsan kalo kamu gak sarapan dulu. Ntar jangan lupa juga tutup pintunya kalo mau berangkat. Mbak mau lanjut tidurnya" Timpal Vani sambil mengurut pangkal hidungnya. Sepertinya hanya membuang waktu dan tenaga saja meladeni Anin yang masih saja ngotot ingin berangkat kerja sepagi ini. Lebih baik dirinya kembali tidur saja.
Hari masih sangat pagi. Jalanan yang biasanya ramai, belum menunjukkan aktivitas sebenarnya. Dari kos Anin hingga kantor hanya perlu tiga puluh menit saja. Padahal jika dia berangkat di jam yang biasanya, bisa memakan waktu sampai satu jam atau lebih kalau kondisinya macet.
Bahkan sesampai di depan kantornya, Anin tidak bisa masuk karena gedung memang masih terkunci dan berakhir dia harus menunggu di pos satpam.
"Mbaknya emang beneran baru kerja hari ini? Bukannya beberapa hari ini udah sering masuk ya?" Tanya salah satu satpam yang masih merasa keheranan karena Anin yang datang sepagi ini. Setahu satpam yang jaga, dia sudah menjumpai Anin beberapa kali, jadi harusnya Anin tahu kalau kantor memang belum buka di jam sepagi ini.
"Kemarin itu belum sih pak. Baru belajar aja sama bu Laras. Trus beneran masuk yang sesuai kontrak kerja ya hari ini" Anin kemudian menjelaskan.
Mendengar itu, satpam jaga itu hanya bisa tersenyum ringan saja sambil menggelengkan kepalanya karena merasa sedikit heran, dengan semangat kerja yang ditunjukkan oleh Anin.
"Ya udah kalo gitu. Tapi saya bisanya buka jam tujuh pagi ya mbak. Masih belum bisa kalau jam segini buka kantornya. Nunggu aja di sini ya"
Tidak punya pilihan lainnya, Anin hanya bisa menganggukkan kepalanya. Dia bergumam menyanyikan lagu secara random. Kepalanya juga ikut bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti lagu yang dia gumamkan.
Jam tujuh lebih lima belas menit, akhirnya satpam membuka kantor tersebut setelah sebelumnya berkeliling dan memastikan jika memang tidak ada masalah.
"Wow... Kantor ini gede sekali. Hufh... Kalau aja ijasahku bisa ketemu, pengen kerja yang jadi staff, bukan yang jadi office girl kayak gini." Sambil menunggu lift yang akan membawanya ke lantai dua enam, tempatnya bekerja, Anin bergumam. Wajahnya menunjukkan kekaguman atas kantor tempatnya bekerja yang luas dan sangat besar ini tapi di waktu yang sama wajahnya menunjukkan kesedihan karena ijasahnya belum juga ketemu hingga saat ini.
"Semangat Anin!!" Ujar Anin pada dirinya sendiri. Ujaran yang dia pakai untuk menyemangati dirinya sendiri. Dia tidak mau terlarut di sedihnya sendirian.
Masuk ke lantai dua enam, Anin langsung menuju pantry, dimana karyawan dengan status office boy, office girl, atau cleaning service seperti dirinya berkumpul. Anin segera membuka nasi bungkus yang sempat dia beli sebelum sampai di kantor dan membuat teh panas sebagai menu sarapan pagi ini. Selesai sarapan, Anin langsung memulai harinya dengan melakukan housekeeping di ruang komisaris utama.
Tidak butuh waktu lama, Anin segera mengambil vacum cleaner, dan beberapa alat untuk membersihkan ruang komisaris yang ada di lantai itu. Kondisi kantor masih sangat sepi dan hanya ada dirinya sendiri di ruangan yang sangat besar itu. Dengan hati-hati, Anin membuka pintu kayu yang terlihat sangat kokoh. Walaupun ini bukan kali pertama buatnya untuk masuk ke dalam ruang komisaris utama, tapi tetap saja Anin berdecak kagum saat dia masuk ke ruang yang paling besar dan paling mewah di kantor itu.
"Eh, ini pak Reynald itu ya? Orangnya yang mana sih? Kok gak pernah ketemu ya? Kalo dari fotonya sih kayaknya ganteng gitu. Istrinya juga cantik. Cocok dengan pak Reynald." Langkah Anin berhenti di depan lukisan potret dari Reynald dan Felicia, komisaris utama dari Persada Group. Dia memandangi sejenak lukisan potret dengan ukuran besar yang terpajang di ruangan itu. Anin memang belum pernah secara langsung bertemu dengan pimpinan utama di perusahaan ini walaupun dia sudah seminggu dia berada di lantai dua enam ini.
Butuh tiga puluh menit untuk Anin bisa menyelesaikan tugas housekeepingnya pagi ini. Bukan hal yang susah, karena ruangan ini pasti tidak dalam kondisi kotor. Anin hanya perlu memastikan jika sudah tidak ada debu yang menempel di furniture dan tidak ada sampah yang tertinggal di ruangan itu. Selesai dengan housekeepingnya, Anin segera beranjak dan kembali ke pantry. Dia lalu menyiapkan minuman teh hijau hangat dan kopi espresso untuk komisaris utama. Menurut Laras, setiap pagi dia harus membuatkan kopi jenis espresso untuk pak Reynald dan teh hijau untuk bu Felicia.
"Kayaknya kalo kopi sama teh gini harusnya ada makanan ringannya juga. Gak cuman dikasih minum aja" Anin bergumam sambil dia terlihat memikirkan sesuatu. Lalu, dia melirik jam yang melingkar di tangannya.
"Masih jam delapan sih. Ini kayaknya masih sempet ke bawah bentaran buat beli makanan kecilnya"
Segera saja Anin meninggalkan biji kopi yang siap untuk digrinder dan lembaran daun teh yang juga siap untuk di seduh. Dia ingin membeli beberapa makanan kecil untuk disajikan bersama dengan teh atau kopi untuk komisaris utama.
Sepanjang hari itu dihabiskan Anin dengan lancar. Tidak ada kendala yang berarti sewaktu dia menyelesaikan tugas dan pekerjaannya. Bahkan keputusannya untuk membeli makanan kecil untuk disajikan bersama dengan kopi dan teh, mendapatkan apresiasi dari Laras. Bahkan, Laras memuji Anin yang memiliki ide tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Quality Office Girl
عاطفيةKehilangan sesuatu yang penting membuat hidup seorang Anindita Wahyuningsih menjadi jungkir balik. Anin, demikian dia biasa disapa, bahkan harus menjadi seorang office girl walaupun dia seorang lulusan sarjana bisnis. Namun, Anin tetap bersyukur unt...