Tengah hari di kediaman keluarga Markus. Puas dengan acara berkubang di kolam renang, Nicho beranjak ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap untuk aktivitas selanjutnya. Selang beberapa waktu, Nicho sudah kembali keluar dari kamarnya tapi kali ini dengan tampilan yang lebih segar. Dengan langkah ringan dan sedikit bersenandung dari mulutnya, Nicho menuruni tangga. Saking senangnya, Nicho bahkan tidak sadar jika dia diperhatikan lekat oleh Markus yang sedang menikmati teh hijau sambil menonton berita di televisi ruang tengah.
"Siang-siang gini, kamu mau kemana? Mau main?" Tanya singkat Markus dan itu membuat Nicho langsung menghentikan langkahnya.
"Hehehe.. Ada opa. Mau ke supermarket buat beli beberapa makanan dan mungkin juga kebutuhan buat panti. Trus habis itu ke panti. Mungkin juga nanti mau main bentaran sama anak panti" Markus hanya mengangguk sekilas saja mendengar perkataan dari Nicho. Sejak awal keluarga besar Markus memang sudah dekat dengan salah satu panti asuhan dan sudah terbiasa menjadi donatur untuk kebutuhan panti asuhan itu. Bahkan, Nicho dan juga cucu-cucu Markus yang lain juga terbiasa untuk bermain bersama dengan anak-anak panti.
"Oke. Jangan malam-malam baliknya. Kamu itu kalo udah main seringnya lupa waktu! Mulai kapan in charge di kantor? Kantor cabang sama anak perusahaan juga lagi banyak kerjaan."
"Dua atau tiga hari lagilah opa. Pengen istirahat bentaran."
"Jangan lama-lama. Banyak on going project yang bentar lagi masuk dateline. Belum lagi soal pitching buat next project. Kasihan mama sama papa kamu. Mereka sering pulangnya malem-malem." Nicho hanya mengangguk sambil memberikan cengiran khas miliknya sebagai jawaban dari apa yang diminta Markus.
Terbiasa terlibat langsung menangani perusahaan bahkan sejak masa kuliah, membuat Nicho tidak terlalu kaget dengan keterlibatan dirinya di perusahaan. Tidak ada keterpaksaan juga, karena memang Nicho menikmati akan hal itu.
Cukup cepat sebenarnya Nicho berbelanja segala macam kebutuhan untuk anak-anak panti, tapi barang yang dibeli Nicho sudah memenuhi bagasi belakang mobil jenis compact SUV yang sekarang dia kendarai. Setelah memastikan jika semua yang dia inginkan sudah dibeli, tanpa menunggu lama lagi, Nicho langsung mengarahkan mobilnya ke panti asuhan. Dia harus segera sampai, agar tidak terlalu malam pulang ke rumah sesuai janjinya dengan Markus.
Mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, Nicho sekarang tiba di panti asuhan. Karena memang sudah sangat mengenal keluarga besar Markus, maka saat mobil itu masuk, langsung saja anak-anak kecil penghuni panti asuhan berhambur keluar dan mengerumuni mobil yang baru saja terparkir. Wajar saja, karena jika salah satu keluarga Markus datang, itu artinya mereka akan mendapatkan makanan, baju atau mainan baru untuk mereka. Langsung saja celotehan khas anak kecil menguar membuat suasana panti yang awalnya sepi dan tidak terlalu banyak suara menjadi ramai karena kedatangan Nicho.
"Weeee... Nih, dibawa ya makanan dan mainannya. Semua kebagian, jangan berebut" Dengan sabar dan telaten Nicho membuka bagasi belakang mobilnya dan menurunkan barang-barang yang tadi dia beli.
"Kakak, itu bolanya buat aku ya.."
"Hoorrree dapat boneka baru..."
"Kakak.. Aku mau coklat-nya. Aku mau coklatnya, kakak"
"Mainan baru.. Mainan baru.."
Dan celotehan-celotehan lainnya yang langsung membuat Nicho kerepotan sendiri. Tapi dia tidak merasa terganggu sama sekali. Justru Nicho meladeni anak-anak panti itu dengan sabar dan tetap tersenyum. Nicho yang berstatus sebagai anak tunggal dan tidak memiliki adik, padahal dirinya sangat ingin punya adik, membuatnya menjadi sangat senang waktu berada di panti. Dia merasa jika dia memiliki banyak adik di saat dia berada di panti.
"Iya.. Iya.. Nanti buat mainan semuanya ya. Jangan berebut ya.." Masih dengan sabar, Nicho membagikan mainan kepada seluruh anak panti.
Selesai membagikan semua makanan dan juga mainan yang tadi dibawa, Nicho lantas masuk ke ruang pengelola panti. Laura, wanita paruh baya yang mendedikasikan hidupnya untuk mengurusi anak-anak terlantar, anak yang tidak di inginkan atau anak yang memang dititipkan ke panti dengan beribu macam alasan dari orang tua mereka.
"Sudah pulang dari Inggris, nak?" Tanya ramah Laura saat Nicho mengambil tangan mencium punggung tangannya.
"Sudah bu. Kemarin datangnya. Ini udah kangen pengen main sama adik-adik panti. Makanya langsung ke sini. Anak-anak di sini sehat-sehat kan bu?" Senyum hangat langsung terbit di bibir Laura. Pertanyaan sederhana yang menunjukkan kepedulian dari Nicho membuat Laura semakin menaruh rasa kagumnya.
"Empat tahun gak ketemu, makin ganteng ya. Sudah selesai studi masternya di sana?" Sekarang giliran Nicho yang langsung tersenyum saat dipuji ganteng.
"Udah bu. Harusnya dari tahun kemarin selesainya. Tapi masih di sana buat nemenin Bastian. Jadinya sekarang baru bisa pulang ke sini"
Laura cukup impresif dengan keluarga besar Markus. Keluarga yang sangat humble dan tidak memperlihatkan bagaimana kekayaan yang mereka miliki, tidak membuat keluarga itu sombong dan merendahkan yang lainnya. Keduanya lantas terlibat obrolan ringan. Masih seputar Laura yang lebih menanyakan kabar Nicho yang memang sudah empat tahun ini tidak bisa datang ke panti. Juga tentang hal-hal ringan lainnya. Obrolan mereka terhenti saat ada satu anak yang tiba-tiba saja masuk dan kemudian menggeret Nicho.
"Kak.. Ayo kak main bola sama yang lain! Udah gak panas kok, jadi aman kalo main di lapangan depan" Nicho lantas menatap sejenak Laura, seolah ingin meminta persetujuan. Anggukan dan senyuman dari Laura membuat Nicho langsung berdiri dan dengan senyum yang mengambang dia menanggapi ajakan bocah tadi. Ini yang sebenarnya ditunggu Nicho.
Jadilah sekarang Nicho langsung bergabung bersama anak-anak panti bermain sepak bola. Mereka menjadikan halaman depan yang sebenarnya untuk parkir mobil menjadi tempat bermain sepak bola. Segera saja sahutan dan celotehan dari anak-anak disertai suara tertawa lepas menguar bersama.
Nicho tentu sangat senang dan menikmati semua yang dilakukan di sana. Bahkan dia sampai shirtless karena keringat yang terus saja keluar dari badannya membuat Nicho merasa sedikit tidak nyaman jika masih menggunakan kaosnya.
Tanpa disadari Nicho, ada sepasang mata yang memandanginya saat dia tengah asyik bermain sepak bola dengan anak-anak panti.
"Lho, itu kan anak yang kemaren datengnya malem-malem! Oh, jadi ternyata dia anak panti sini ya?" Guman lirih Anin saat dia tidak sengaja melihat Nicho yang sedang bermain bola. Anin yang saat itu sedang dalam perjalanan kembali ke kos-nya dan tidak sengaja melewati panti asuhan yang sedang di datangi Nicho.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Quality Office Girl
RomanceKehilangan sesuatu yang penting membuat hidup seorang Anindita Wahyuningsih menjadi jungkir balik. Anin, demikian dia biasa disapa, bahkan harus menjadi seorang office girl walaupun dia seorang lulusan sarjana bisnis. Namun, Anin tetap bersyukur unt...