Lega sekaligus marah. Itulah ekspresi yang terpancar dari wajah Ava dan Illah saat melihat kedatanganku. Aku melangkah mendekat, mengenakan gaun semalam, kini ditutupi rompi hijau milik Ian agar belahan dadaku tidak terlalu terekspos. Sepasang sandal hotel melekat di kakiku, sementara di tanganku tergantung sebuah handbag Versace. Penampilanku saat ini jauh dari kesan rapi dan sopan yang biasa kulakukan. Mungkin itulah yang membuat Ava dan Illah memandangku—separuh marah, separuh khawatir—seolah-olah ada yang salah dari diriku.
"Excuse me, these are Miss Lora's heels" Marco muncul dari belakangku, suaranya tenang saat dia dengan hati-hati meletakkan sepatu heels yang sedari tadi dibawanya untukku.
Ava dan Illah menatap Marco dengan ekspresi terkejut yang sulit disembunyikan. Aku menahan tawa, sedikit terkekeh. Mereka benar-benar mirip denganku—sama-sama tak pandai menyembunyikan ekspresi.
"Mr. Ian was supposed to take Miss Lora home, but he had a meeting, so I’m stepping in to cover for him" jelas Marco, sopan.
"Okay," ucap Illah, sembari menarikku masuk. "Thanks for getting Lora home safely"
Begitulah pertemuan Ava dan Illah dengan Marco, supir Ian yang sebelumnya sudah kuceritakan. Yah, meski mereka tidak percaya. Namun sekarang, setelah melihatnya dengan mata kepala sendiri, sikap mereka mulai berubah. Sepertinya, apa yang tadinya hanya terdengar seperti omong kosong, kini perlahan terasa nyata di benak mereka.
Ava, dengan nada tak sabar, menyuruhku untuk membersihkan diri. Sementara itu, Illah tanpa berkata-kata menyodorkan secangkir teh tawar hangat.
"Ini kenapa gue diperlakuin kayak orang sakit sih?" gumamku sambil meraih cangkir teh yang dihidangkan di depanku.
Illah memutar matanya dengan kesal, seolah sudah terbiasa dengan sikapku. "Makasih kek, apa kek"
Aku terkekeh, mendengar omelan seperti ini membuatku merasa telah kembali ke rumah—setelah menghabiskan satu hari satu malam di tempat asing bersama Ian.
"Jadi gimana ceritanya?" tanya Ava. "Gue nungguin dari tadi ini"
Illah mengangguk, matanya berbinar penuh antusiasme. Melihat ekspresi mereka yang sudah tak sabar, aku meletakkan cangkir teh di atas meja. Dengan napas dalam-dalam, aku mulai bercerita.
Di mulai dari pertemuanku dengan Ian, bagaimana situasi mendesak itu berkembang, hingga perasaan campur aduk yang mengisi pikiranku. Selama aku berbicara, ruangan terasa sepi, hanya suaraku yang mengisi celah-celah keheningan.
Ava menggigit bibirnya, jelas terpengaruh oleh cerita yang aku sampaikan, sementara Illah mengerutkan keningnya, menunjukkan bahwa dia berusaha mencerna setiap detail yang kuungkapkan. Ada momen-momen ketika ekspresi mereka berubah—khawatir saat aku menceritakan saat-saat berbahaya, dan lega ketika aku akhirnya aman di apartemen ini.
"Dia pasti mafia!" ucap Illah, setelah mendengarkan ceritaku hingga selesai. "Gue gak tahu tentang dunia begituan, dan jujur aja, gue masih gak bisa ngebayangin apa yang udah lo alamin. Tapi, gue ngomong ini dengan kesadaran penuh, dia pasti mafia, Lor"
Aku memandang Illah, melihat betapa seriusnya dia saat mengucapkan kata-kata itu.
"Kalau menurut gue," Ava mulai berbicara dengan nada yang lebih tenang, seolah berusaha mengatur kata-katanya. "Gini ya, Lor. Gue sama Illah mungkin gak sepenuhnya paham sama apa yang lo rasain. Kita cuma denger cerita dari lo, bukan ngerasain langsung. Tapi menurut gue, lo kan baru banget ketemu sama dia. Walaupun sebentar, semuanya tuh intens. Jadi, wajar aja kalau perasaan suka itu muncul. Cuma, gue harus bilang, gue gak setuju, Lor. Ini bahaya. Bahaya banget."
Illah mengangguk setuju, seolah apa yang Ava ucapkan sejalan dengan pikirannya.
"Setelah ngedenger semuanya, kita ga heran denger lo punya perasaan buat Ian, walau sebenernya kata gue lo gila sih bisa suka sama dia. Tapi di sini peran kita itu cuma untuk mengingatkan lo kalau deket sama dia itu bahaya, walaupun kita masih belum tau ya siapa sebenernya dia"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHACONNE | Park Sunghoon
Fanfiction[18+] CHACONNE - The Mafia Series Di sebuah apartemen yang berdekatan, Lora, seorang mahasiswa yang mandiri, dan Ian, seorang mafia, terjebak dalam sebuah hubungan yang rumit. Lora, yang hidup dari beasiswa setelah orang tuanya berpisah, tidak menya...