4. Skizofrenia

30 15 9
                                    

Aku terdiam sejenak saat melangkah masuk ke dalam apartemenku. Suasana sunyi menyelimuti ruangan, dan kantung belanja yang kutenteng jatuh begitu saja ke lantai.

Rasanya, aku baru saja menjadi seseorang yang bukan diriku selama beberapa jam terakhir. Kini, setelah semua itu, aku kembali menjadi diriku sendiri.

"AAAAA!!!" aku berteriak, berlari dan menghempaskan tubuhku ke sofa.

Dengan pandangan kosong, aku menatap langit-langit apartemen yang polos dan membosankan. Pikiranku melayang, kembali mengingat kejadian beberapa jam lalu. Setiap detailnya membanjiri ingatanku, seolah waktu berputar kembali ke momen itu.

Tadi siang, aku pergi ke minimarket untuk membeli makanan, berharap bisa mengisi perutku yang keroncongan. Namun, saat hendak kembali, aku tak sengaja bertemu dengan Jake dan Ian. Mereka tampak begitu percaya diri, dan sebelum aku bisa menyadari, aku sudah terikut serta dalam rencana mereka untuk makan siang di hotel mewah yang menyajikan menu masakan Italia.

Restoran itu dipenuhi dengan suasana elegan, dikelilingi oleh lampu gantung kristal yang berkilau dan aroma makanan yang menggugah selera. Kami duduk di meja yang menghadap jendela besar, menikmati pasta segar dan hidangan seafood yang lezat. Makan siang itu terasa seperti sebuah pengalaman baru yang mendebarkan, tetapi setelah selesai, mereka segera pergi untuk menghadiri rapat yang aku tidak tahu di mana, meninggalkanku dengan rasa penasaran.

Aku diantar kembali ke apartemen oleh seorang supir yang sangat baik hati. Meski senyumnya ramah, penampilannya agak menyeramkan.  Sudut bibirnya memiliki luka panjang, seperti bekas tergores pisau yang sangat tajam, memberikan kesan bahwa dia pernah melalui banyak hal dalam hidupnya. Dan... meski Jake dan Ian adalah pria asing bagiku, entah mengapa aku merasa sangat terbuka dan nyaman saat bersama mereka, bahkan ketika si tinggi itu terkesan cuek dan dingin.

"GAK MUNGKIN!" teriakku, seketika teringat bahwa Jake adalah tetangga baruku yang menurutku tampan, sementara Ian adalah si tinggi pucat yang membuatku enggan keluar dari apartemen selama dua hari.

TIDAK MUNGKIN AKU KELUAR BERSAMA DUA MANUSIA ITU.

Ava dan Illah, mereka berdua tidak akan pernah percaya dengan apa yang baru saja aku lalui.

KUBIS Project (3)

Lora
Guys
You guys won't believe what I just went through

Ava
Apa

Illah
yah udh ngajak halu aja ni anak
masih siang lor
tar maleman lah

Lora
Gue belum ngomong loh
Tapi udah pada gak percaya 😭

Ava
Apaann

Illah
gue bilangin jg paling halu va

Lora
Gue abis cabut sama ian
Si tinggi itu
Sama jake juga
Makan di hotel bintang 5

Illah
nah kan apa gue bilang

Ava
Ckkk
Gue kira apaan

Lora
GUE SERIUS
Mobilnya tinggi item kotak gitu KEREN BANGET feeling gue sih harganya lebih mahal dari ginjal gue 😭
Terus... gue gatau kenapa bisa ngerasa nyaman dan malah jadi banyak ngomong
Gue takut overshare
Dan lowkey gue takut sama mereka
Kayak... hah ini mereka sebenernya siapa knp bisa sekaya ini 😭
Makan siang aja di hotel bintang 5??
Terus
Supirnya baik tapi mukanya SEREM BGT kayak pembunuh bayaran gitu 😭
Tp dia baik nganterin gue pulang abis itu bilang hati hati jangan lupa kunci pintu
WOI
GUE SERIUS

CHACONNE | Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang