Sumpah Ellen kesiangan untuk bangun hari ini. Semalam dia begadang bermain handphone sampai larut malam, padahal Wira sudah memberitahu untuk berhenti karena waktunya untuk tidur. Tapi Ellen tak mendengarkan malah mendiaminya.
Kini hari mulai menjelang hampir siang dan Ellen baru saja bangun. Ellen langsung bergegas bangun dari tempat tidur mengambil pakaian ganti lalu masuk
kekamar mandi untuk membersihkan tubuh. Tak butuh waktu lama Ellen sudah menyelesaikan sesi mandinya, wajahnya tak perlu dipoles apapun lagi karena sudah terlihat cantik, Ellen hanya menggunakan lipbalm dan lip serum agar bibirnya tak kering. Setelah itu dia menyemprotkan parfum dibagian-bagian tertentu dibadannya.Ellen kemudian berjalan kearah nakas tempat tidur untuk mengambil handphonenya lalu mengantonginya disaku. Ellen kemudian berjalan keluar kamar menuju kearah dapur.
Rasa malu mulai muncul didiri Ellen ketika hampir sampai diarea dapur. Ternyata disana sudah ramai oleh beberapa orang -orang yang ikut membantu untuk acara nanti malam dirumah ini. Ellen pikir mungkin mereka adalah kerabat-kerabat Wira juga tetangga Wira sekitar sini yang ikut membantu.
Mau balik badan pun tidak bisa karena ibu memanggilnya untuk mendekat. Ellen mendekat kearah ibu dengan canggung tak enak.
"Ibu, Ellen minta maaf ya baru bangun." ucap Ellen tak enak.
Ibu tersenyum. "Tidak papa nak, kamu pasti capek habis bantu-bantu ibu kemaren."
Ellen tak menjawab hanya tersenyum tipis.
"Ellen ya?" tanya seorang ibu-ibu yang Ellen tebak usianya sepertinya diatas ibu mertuanya ini.
"Iya." jawab Ellen.
"Ini budhe Santi, kakaknya Bapak." ucap ibu mengenalkan orang ini.
"Salam kenal tante." kata Ellen.
"Panggil budhe aja nduk, jangan tante." kata budhe Santi yang menolak panggilan dari Ellen.
"Iya." Ellen hanya membalas singkat seraya tersenyum.
"Kalau ke aku masih inget gak Dek?" seorang wanita yang terlihat masih muda menghampirinya.
Ellen mencoba mengingat orang ini, tapi tidak ada satupun ingatan dikepalanya tentang orang ini.
Ellen meringis malu. "Maaf mbak, aku gak inget."
Orang itu tertawa kecil saat mendengar jawaban Ellen. "Aku Lia, istrinya mas Radit adiknya mas Wira." ucap orang itu mengenalkan dirinya sekali lagi.
"Padahal waktu nikah aku datang loh sama mas Radit." ujar mbak Lia.
"Emm maaf mbak, aku gak terlalu peduli waktu itu." sungguh Ellen merasa malu saat ini.
"Iya, mboten nopo-nopo."
"Cen raimu iku aneh angel di inget, ya." kata budhe Santi bergurau. {memang wajahmu itu aneh sulit diingat}
"Yo mboten rah Dhe. Aneh yoopo, wong ayu ngene iki." balas Lia percaya diri sambil tertawa kecil.
"Ayu e dewe. Lek nduk Ellen baru ayu." kata budhe Santi yang terus meladeni gurauan ini.
"Halah budhe ndak asik, bandingno karo Dek Ellen, maki mas Wira pasti ngomong ngunu Dhe."
Kemudian Ibu dan Budhe tertawa bersama, sedangkan yang disebut namanya ya pasti hanya diam melihat mereka tanpa tahu yang dibicarakan itu apa.
"Kamu sama mbak aja ya Dek, bantuin bungkusin bingkisan buat nanti." ajak Lia. "Jangan sama budhe, nanti diisengin mulu kamu."
Lia langsung mendapatkan tabokan dilengannya.
"Sekarepan nemen lek ngomong." kata Budhe. {Sembarangan banget kalau ngomong}
KAMU SEDANG MEMBACA
ELLEN
Fiction généralePernikahan yang tak diinginkan tapi mencoba menerima, sebuah jawaban sang gadis yang dinanti selama beberapa tahun yang lalu. Kekayaan yang dimiliki suaminya adalah salah satu keberuntungan yang dia dapatkan dipernikahan ini. Kehidupan menjadi sepa...