Hari Pernikahan
Salma memandang dirinya yang sudah tampak anggun dengan balutan gaun pengantin berwarna putih lengkap dengan hijabnya. Ia mulai gelisah, gugup dan takut dengan apa yang akan terjadi. Bagaimana jika ada orang yang mengenalinya dan membongkar semuanya kepada Melinda. Bagaimana jika pernikahan ini batal? Deadline hutang Salma juga tinggal beberapa hari lagi.
"Sal, lo yakin sama keputusan lo ini?" tanya Novia sekali lagi. "Mas Vito mau kok bantuin lo lunasin utang ke Bank. Nanti lo cicil ke dia aja, jadi lo nggak harus ngelakuin ini."
Salma memutar tubuhnya, menatap Novia yang juga memakai gaun putih. Salma memang meminta Novia untuk menemaninya sebagai pendamping.
"Gue nggak mau nyusahin mas Vito lagi. Gue tahu kok, kalo akhir-akhir ini cafe lagi sepi. Mas Vito juga punya tanggung jawab yang lain. Selama ini, dia udah banyak bantuin gue. Gue nggak mau ngerepotin dia," tolak Salma.
"Tapi pura-pura nikah kayak gini bukan solusinya, Sal. Pernikahan itu sakral, sekali seumur hidup. Nggak bisa di bikin main-main kayak gini." Novia terus mencuci otak Salma. "Bayangin gimana sedihnya orang tua lo di atas sana ngelihat anaknya harus kayak gini. Mereka pasti sedih, Sal."
Salma terdiam, matanya berkaca-kaca. Ia menghela nafas panjangnya. "Mama Papa gue pasti bangga karena anaknya udah bisa ngambil keputusan sendiri, udah bisa ngelakuin semuanya sendiri. Gue cuma pengen pertahanin satu-satunya peninggalan orang tua gue, Nov. Cuma itu."
Pintu ruangan terbuka, membuat fokus keduanya pecah. Salma mengalihkan pandangannya, melihat seorang gadis masuk ke dalam kamarnya.
"Haii, Salma kan?"
Salma menganggukkan kepalanya dengan kening berkerut. "Iyaa?"
"Gue Nabila." Nabila mengulurkan tangannya. "Adik Rony."
"Adik?" beo Salma. "Rony nggak pernah bilang kalo dia punya adik."
"Kelupaan kali. Hidup dia 'kan full kerja," kekeh Nabila.
"Gue Salma, dan ini sahabat gue, Novia."
"Udah kenal," kata Nabila dengan senyum penuh artinya. "Kita juga bakal jadi 'teman dekat' habis ini."
Meski tidak mengerti dengan clue yang Nabila berikan, Salma tetap menganggukkan kepalanya.
"Oia, tamu-tamu dan penghulunya udah datang. Kalian bisa turun sekarang, acaranya bakal mulai," kata Nabila.
"Sebentar lagi kita turun," kata Salma.
Nabila menganggukkan kepalanya, menatap Salma dan Novia bergantian lalu keluar dari ruangan itu.
Novia berdiri di depan Salma, menangkup kedua pipinya. Sebenarnya ia sedih harus menyaksikan pernikahan Salma seperti ini.
"Habis ini, kehidupan lo bakal berubah. Biarpun ini cuma pernikahan pura-pura, tapi ini nggak bakal semudah itu, Sal. Tapi gue tahu lo kuat, lo hebat. Lo pasti bisa ngelaluin masalah apapun itu. Sahabat gue hebat!"
Salma memeluk Novia dan berusaha menahan tangisnya. Novia benar, setelah ini hidupnya akan lebih berat. Tetapi ini keputusannya sendiri, dan ia harus menerima konsekuensi apapun itu.
"Thanks, Nov."
***
Seperti kesepakatan di awal, jika pernikahan ini akan di lakukan tertutup dan hanya mengundang kerabat dekat dan kolega bisnis keluarga Rony saja. Melinda memang mengikuti kemauan Rony itu, tetapi ia juga tidak sebodoh itu. Meskipun hanya mengundang sedikit orang saja, tetapi Melinda meminta beberapa wartawan untuk meliput acara pernikahan ini. Tujuannya tentu saja agar Bella merasa tidak memiliki celah lagi untuk masuk ke dalam keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Bayangan
RomanceSalma yang sedang kebingungan membayar hutangnya tidak sengaja bertemu dengan Bella yang sedang mencari wanita untuk menikah secara kontrak dengan Rony, kekasihnya. Bukan tanpa alasan ia melakukan itu. Melinda, Ibu Rony melarang keras hubungan kedua...