✱JANGAN LUPA VOTE✱
Selamat membacaᥫ᭡
✢✢✢
Setelah lelah bermain layangan, Calista berjalan kearah dimana Olivia duduk kemudian duduk secara perlahan disamping Olivia mengingat dirinya sedang hamil besar tak mungkinkan langsung duduk begitu saja?
"Liv"panggil Calista membuat Olivia menatap ke arahnya.
"Ada yang nona butuhkan?"tanya Olivia membuat Calista terdiam kemudian menggelengkan kepalanya.
"Kalau anak aku lahir nanti, dia bakalan kek mereka kah? Bisa tertawa bebas tanpa memikirkan masalah apapun, bisa berlarian bersama teman dipenuhi canda tawa?"tanya Calista.
Olivia terdiam membisu tak tahu harus menjawab apa.
"Liv? Are you okay?"tanya Calista lagi menyadarkan Olivia. Wanita itu langsung mengukir senyum diwajahnya kemudian mengangguk.
"I'm okay"jawab Olivia.
"Jadi menurut kamu bagaimana Liv? Apakah anak aku akan seperti mereka?"Calista bertanya sembari menatap kearah anak anak yang sibuk main layang layangan disana.
"Memiliki banyak teman, tertawa, tak memikirkan masalah apapun?"tambah Calista menoleh kearah Olivia.
"Saya tidak tahu nona, tapi saya pastikan mereka akan bahagia jika mereka tidak kehilangan orang yang berharga dalam hidupnya"kata Olivia membuat mata Calista berkaca kaca.
"Maksud kamu, seperti kehilangan seorang ibu?"tanya Calista dan Olivia langsung mengangguk.
Calista menghela nafas, memilih menatap layangan diatas sana.
"Tidak ada cara lain selain kehilangan seorang ibu mereka bahagia?"tanya Calista lagi membuat Olivia kembali menggeleng.
"Tidak ada, selain keluarganya lengkap dan bahagia dipenuhi canda tawa"jawab Olivia.
"Liv, aku capek"tanpa aba aba Calista langsung memeluk Olivia, menumpahkan kesedihannya disana.
"Liv, kenapa hidupku harus seperti ini? Aku cape. Dulu ayahku selingkuh dan setiap kali aku pulang sekolah bukannya mendapatkan pelukan ibu atau ayah malahan sambutan sangat menyakitkan, dimana ayahku bersama wanita lain terkadang dia memukul ibuku, hiks"
"Mereka beranggapan aku tak apa apa dan biasa saja namun tidak ada yang mengetahui isi hatiku selain aku dan tuhan"
"Tuhan nggak adil Liv, Tuhan nggak adil sama ak-"
"Stt, sudah nona, Tuhan itu adil, dibalik semua anda lewati pasti ada yang sudah Tuhan siapkan"
"Apa? Penderitaan lagi?"
"Bukan"
"Terus? Udah deh, kamu nggak pintar buat kata kata bijak"Calista melepas pelukannya tak lupa mengusap pipinya terdapat air mata dan bibir dimoyongkan .
Olivia hanya bisa menggaruk belakang kepalanya sembari meringis.
"Maaf yah nona"
"Hm"
****
"Vin, tadi pelayan pribadiku menelpon"
"Katanya dia menelpon aku ada yang ingin dia sampaikan tapi aku langsung matiin dan nggak mau percaya lagi sama dia"
Seorang pria terlihat tersenyum kearah wanita duduk di hadapannya baru saja berucap itu. Ia memegang lengan putih wanita didepannya tak lupa mengusapnya menggunakan ibu jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us And Destiny (Transmigration)
DiversosDalam tahap revisi *** Divana Veronica wanita berusia 25 tahun yang meninggal hanya karena novel milik sahabatnya akan dirinya kembalikan terjatuh saat ia menyebrang jalan. Bukannya ke alam baka, dirinya malah terbangun di tubuh seorang wanita berus...