Calista menghentikan mobilnya didepan sebuah bangunan megah tapi lebih megah bangunan Calista tinggali sih. Calista menggelengkan kepalanya membuang pikiran buruknya, ia segera berjalan menuju pagar di mana ada satpam di sana yang berdiri sambil menatapnya bingung.
"Ada yang Anda perlukan nona hingga malam malam seperti ini anda datang kemari?"tanya satpam itu sopan sembari membukakan pintu gerbang untuk mempersilahkan Calista masuk. Kenapa ia langsung mengizinkan Calista masuk? Karena wanita itu adalah sahabat nyonyanya dan sering berkunjung.
Calista masuk ke dalam. "Iya Pak, saya boleh temui sahabat saya yah pak? Sebentar aja kok, ada perlu soalnya"ucap Calista sambil tersenyum.
Satpam menggaruk belakang lehernya kemudian berucap, "bagaimana yah non? Tapi ini udah malam non, tapi tak apa, anda boleh masuk dan menghampiri nyonya Irene nona"
Calista tersenyum senang mendengarnya kemudian mengangguk. "Makasih yah pak"
"Iya nona"
Calista segera berjalan menuju pintu rumah itu setelah diizinkan oleh satpam. Sebelum benar benar membuka pintu lebar itu, ia terlebih dahulu menempelkan daun telinganya di pintu.
Saat ia menempelkan telinganya, sesuatu terdengar samar membuat rasa penasaran Calista muncul, dengan cepat ia membuka pintu secara perlahan bagai seorang perampok yang masuk ke rumah korban selajutnya.
Lama berjalan suara itu semakin terdengar jelas, dengan keberanian penuh ia mengintip di balik tembok. Ia bisa melihat seorang lelaki melepas sembarangan barang barangnya dan entah dari mana tiba tiba ada seorang wanita menghampirinya kemudian membuangkannya vas bunga. Calista menutup mulutnya bukan kaget melainkan kagum.
'Wah, keren juga dia, sahabat gue ni bos senggol dong' batinnya.
"Lo bisa nggak sih, kalau stres itu jangan buat keributan!? Lempar sana sini barang!? Berisik tau nggak!?"
'Betul tuh ren' batin Calista membenarkan.
Tak lama terdengar lagi suara dan suasana itu terlihat memanas. Calista saja sampai mengipas wajahnya menggunakan tangannya padahal raungan itu dingin dan ace masih dinyalakan.
Yah begitulah Calista.
"Itu bukan urusan kamu, mau saya lempar barang barang pun itu bukan urusan kamu, karena itu barang saya bukan barang kamu"
'Wah wah wah, mulutnya mau minta di tusuk pake pisau yah?' batin Calista berkomentar tak menyadari seseorang masuk dan berdiri di belakangnya, ia menatap sekilas pertengkaran di depannya kemudian memilih terus memerhatikan istrinya yang fokus menatap pertengkaran itu dengan tangan terus mengusap perutnya.
"Ck, yah gue tau gue salah, tapi lo lebih salah, dimana lo ganggu waktu istirahat orang lain termasuk gue! Coba lo bayangin waktu istirahat lo di ganggu pasti kesel bukan!? Nah itu yang gue lakuin gue kesel sama lo yang teriak teriak nggak jelas di tambah buang barang barang kesana kemari"
Hidup lo emang selalu nyusahin orang lain yah? Lo nikah nyusahin, apa itu nyusahin, pokoknya lo nyusahin banget jadi orang "
'Skakmat nggak lo?' tanya Calista dengan senyum mengejek ia arahkan ke Julian. Yah Julian dan Irene, sedari tadi Calista menonton pertengkaran kedua suami istri itu.
Tapi setelah Irene mengucapkan perkataannya tadi, Julian terlihat marah dan mulai maju mendekati Irene dengan Irene terus mundur kebelakang.
Calista mulai menatap waspada Julian yang terus mendekati Irene, tak lama dari itu Irene mengeluarkan suaranya terbilang gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us And Destiny (Transmigration)
Random*** Divana Veronika wanita berusia 25 tahun yang meninggal hanya karena novel milik sahabatnya akan dirinya kembalikan terjatuh saat ia menyebrang jalan. Bukannya ke alam baka, dirinya malah terbangun di tubuh seorang wanita berusia 19 tahun yang se...