17

34.4K 1.5K 15
                                    

===

"Kita kemana lagi?"tanya Irene. Dibelakang mereka ada tiga pengawal yang menenteng semua belanjaan mereka berdua.

"Ke akhirat"jawab Calista enteng.

"Apalah"

Calista tiba tiba menghentikan langkahnya membuat mereka juga terhenti.

"Napa?"tanya Irene lagi.

"Banyak tanya lo, ayok makan"ajak Calista dan segera masuk ke sebuah restauran.

"Eh, tunggu tunggu"belum sempat Irene menyusul Calista kembali lagi membuat ia mengurungka niatnya menyusul.

"Kalian bertiga bisa ikut makan"ucap Calista pada mereka bertiga.

Pengawal mendengar itu memilih segera menolaknya. "Maaf nyonya bukannya kami ingin menolak, tapi kami memilih menunggu disini saja"jawab salah satu dari mereka.

Calista menatap malas. "Ikut saya atau saya telfon Aldrich? Lagian kita akan beda meja"balas Calista.

"Ba-baik nyonya"

•••••

"Li"panggil Irene.

"Apa?"balas Calista malas.

"Jangan mulai lagi deh, gue lagi makan"lanjutnya.

"Coba kamu lihat ke sana"Irene menunjuk ke suatu tempat membuat Calista harus mengikuti arah tunjuk itu.

Saat berbalik, ia bisa melihat seorang wanita dan pria sedang seperti kencang begitu?

"Terus?"Calista kembali menatap Irene yang terlihat biasa saja.

'Alurnya sudah berantakan nggak akan bisa di perbaiki lagi, dan semua itu terjadi karena gue' batin Calista menerawang.

"Heh, Li lagi mikirin apa sih lo sampe sampe tuh dahi dikerutka?"tanya Irene menyadarkan Calista.

"Lagi mikirin, kedepannya gue bakalan mati nggak yah?"perkataan Calista membuat Irene terdiam seribu bahasa. Ia memilih tak menanggapi perkataan Calista lagi dengan cara menunduk dan menggaruk garuk makanannya.

'Bukan lo yang bakalan mati Div, tapi gue, gue numbalin diri gue jika alurnya berubah. Lagian hidup gue nggak penting karena yang terpenting adalah gue bisa lihat lo bahagia'

"Lian, kamu lihat deh, dia kayaknya ka Irene deh?"tanya Giselle membuat Julian menatap sekilas kearah dua orang wanita dimeja seberang.

"Terus?"

"Samperin yuk"ajak Giselle membuat Julian menggelengkan kepalanya.

"Nggak, aku nggak ngizinin kamu kesana"balas Julian tak mengizinkan Giselle menghampiri Irene dan sahabatnya, bisa habis dia nanti.

Giselle menatap Julian dengan mata berkaca kaca dan pria di tatap seperti itu kelabakan sendiri.

"Giselle kamu jangan nangis okey? Bukan aku nggak suka kamu hampirin dia tapi kamu tau kan Irene sama sahabatnya tidak menyukaimu? Jadi tolong mengerti aku yah, ini juga demi kebaikan kamu"jelas Julian dan sedari tadi Giselle hanya menundukkan kepalanya.

Julian mengangkat dagu Giselle dan terus menatap manik mata masih berair itu. Ia kemudian mengusap pipi Giselle terdapat jejak air mata di sana.

"Udah, jangan nangis lagi"Julian kemudian memeluk Giselle membuat sang empu bersandar nyaman didadanya.

"So sweet banget sih mereka"ucap seseorang tiba-tiba dengan nada menyindir.

"Kek dunia milik mereka berdua aja ya nggak Li?"timpal Irene dan mereka berdua terkekeh.

Us And Destiny (Transmigration) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang