"Kita punya meeting setelah makan siang nanti," ujar cassie kepada cesar. Cassie-kekasih gelap cesar sekaligus sekretaris nya.Cesar masih menatap kosong ke depan, sama sekali tak menghiraukan perkataan cassie hingga saat cassie memegang bahunya, baru lah cesar sadar dengan lamunan nya.
"Ada apa?" Sahut cesar menatap ke arah cassie.
"Kau baik-baik saja? Dari tadi kau keliatan gelisah, ada apa?"
Tak bisa, cesar tak bisa mengatakan bahwa dirinya sedang memikirkan amera-istrinya yang menolak membatalkan perceraian.
"Aku hanya khawatir dengan proyek ini, khawatir jika aku tak bisa mendapat lahan tersebut. Kau tahu itu sangat penting bagi ku."
Cassie menghela napas seraya memegang tangan cesar dengan lembut. "Jangan khawatir begitu, aku yakin kau pasti bisa melakukan nya. Lagipula tuan harley juga sudah setuju untuk menjual nya pada mu."
Caser mangut-mangut dengan senyum tipisnya. "Ya kau benar cassie."
"Apa kau sudah tahu? Ada menu baru di restaurant di dekat kantor kita, kurasa kita bisa makan siang di sana."
Kebetulan sekali mereka belum makan siang, jadi cassie sengaja mengajak cesar untuk makan siang disana. Apalagi restaurant nya juga tidak jauh dari kantor jadi sekalian saja mereka makan siang di sana.
"Baiklah jika kau ingin pergi kesana, aku juga sudah sangat lapar."
___________
"Oh wah, ini sangat enak," Seru alessa setelah memasukan dessert coklat yang ia pesan beberapa menit yang lalu. Alessa adalah salah satu staf perusahaan nya sekaligus sahabat amera sendiri."Kau membawa ku kesini hanya untuk makan dessert?"
Kesal amera di buat alessa karena beberapa jam yang lalu ia di seret pergi ke tempat itu oleh sahabatnya.
"Oh ayolah amera, ini enak. Kau harus mencobanya."
"Aku tidak-"
"Hei bukan kah itu caser? Dengan siapa dia?" Tanya alessa menunjuk ke belakang amera sehingga membuat nya menoleh.
Pria itu terlihat berdiri di meja kasir, dan tentunya dengan wanita yang ia tahu adalah kekasih caser. Sungguh sebuah kebetulan.
"Kita harus pergi sekarang," bisik amera menatap alessa. Ia tak ingin bertemu dengan caser dengan tidak sengaja ataupun disengaja, tidak mau. Apalagi mengingat kejadian semalam saat ia menolak membatalkan perceraian itu.
"Tapi kenapa? Apa kau tak ingin menyapa caser? Dan wanita itu. Siapa dia, apa dia rekan kerja nya."
Sungguh alessa itu banyak sekali bertanya, membuat amera pusing dengan pertanyaan yang wanita itu lontarkan.
"Aku akan menjawab nya nanti, jadi mari-"
"Hei," sapa caser kepada alessa. Sial, batin amera. Pria itu sudah lebih dulu menghampiri mereka. Sendirian tentunya, dan wanita itu? Entahlah. Tak tahu wanita itu pergi kemana.
"Oh hai mr harland," balas alessa dengan ramah.
Pria itu kemudian melirik ke arah amera. Tapi tak begitu dengan amera, ia berupaya untuk tidak melirik cesar sama sekali. Sungguh, jika bisa dia ingin menghilang saja dari sana. Tidak ingin bertemu dengan cesar barang sekalipun.
"Kau juga disini?" Kini cesar yang bertanya pada amera.
Amera mendeham sebelum membuka suara, "ya ini tempat yang bagus, bahkan makanan nya juga lezat jadi, aku sengaja mampir kesini."
Kerongkong amera menjadi kering kemudian ia menyeruput kopinya yang sudah terasa dingin, namun masih mengalahkan dingin suasana nya kini.
"Apa kau datang kesini juga untuk makan siang, mr harland?" Tanya alessa sekedar basa-basi.
"Ah iya, rekan ku yang mengajak kesini. Katanya ada menu baru disini jadi kupikir aku ingin mencobanya."
Alessa hanya mangut-mangut sambil tersenyum tipis. Sedangkan caser masih menilik amera yang duduk disamping nya, kemudian matanya membuat ketika melihat jari kanan amera yang tertutup plester.
"Ada apa dengan jarimu?" Tanya cesar meraih jemari amera dengan raut wajah khawatir, dan amera terkejut. Segera ia tarik dan menoleh ke arah jendela.
"Ini hanya luka kecil, aku tidak apa-apa."
Caser hanya terkejut mendapat sikap kasar dari amera,tak biasanya wanita itu bersikap kasar seperti tadi didepan orang lain.
"Maaf mr harland itu salah kami, kami yang teledor menjaga amera. Dia terluka karena terkena curter untuk memotong kain. Tapi bersyukur dokter bilang itu hanya luka kecil."
Caser menghembus napas kasar, apa yang membuat wanita itu menjadi teledor. Caser bahkan bertanya tanya dalam benaknya. "Kau harus lebih hati-hati."
Ucapan penuh perhatian yang selama ini di dambakan oleh wanita itu kini terdengar keluar dari mulut pria itu. Tapi mungkin hanya kepalsuan semata, ya supaya menyakinkan orang lain bahwa hubungan mereka sangat harmonis. Amera sudah terbiasa.
"Aku pasti akan lebih berhati-hati, baiklah kalau begitu aku akan pergi. Ada banyak janji temu yang harus aku urus," pamit amera bangkit dari tempatnya, yang juga disusul oleh alessa.
"Kau akan pergi sekarang?"
"Ya, ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Kita bertemu dirumah nanti." Amera buru-buru menyampirkan tasnya dibahu kemudian melangkah melewati cesar hingga disusul oleh alessa di belakang.
Rumah? Kau dengar rumah? Itu hanya lah kebohongan, kepalsuan agar menyakinkan banyak orang bahwa hubungan nya baik-baik saja. Apalagi jika tadi alessa berada di depan mereka, tentu amera tak ingin sahabat nya berspekulasi tentang hubungan amera yang tak berjalan baik-baik saja. Tidak, dia tidak ingin alessa tahu.
_________
Di saat lampu merah menyalah, segera alessa menghentikan mobilnya. Selama perjalanan, amera hanya diam tak mengucapkan satu pun kata begitupula dengan alessa. Melihat amera yang tak berniat mengobrol membuat nya menjadi diam selama perjalanan menuju kantor. tapi sungguh, itu tak menyenangkan.
"Apa kau sedang marah pada cesar? Kalian tampak sedang tidak...uhm kau tahu. Tidak baik-baik saja," tanya alessa menoleh ke arah amera yang sibuk dengan macbook miliknya.
"Aku dan cesar baik-baik saja, kami hanya bertengkar sedikit. Jadi jangan khawatir."
Amera sibuk masih sibuk menatap layar macbook nya, melihat rancangan brand fashion miliknya yang akan launching sebulan lagi.
"Kau yakin?"
"Ya, jangan khawatirkan aku alessa aku baik-baik saja. Wajar jika suami istri bertengkar sedikit," katanya berbohong, tak mungkin dirinya mengatakan bahwa dia akan bercerai dengan cesar, tidak. Mana mungkin amera mengatakan itu.
Tatkala lampu hijau menyala, alessa melanjutkan mengemudi mobilnya hingga berbelok ke arah kanan.
"Kau tahu, kau sangat beruntung memiliki caser sebagai suamimu. Dia pria mapan, punya karir yang bagus dan tentunya juga tampan. Dia juga keliatan perhatian padamu. Kau sangat beruntung amera."
Pujian itu, ah.. sangat muak. Apapun yang ditunjukkan oleh caser pada amera semuanya hanyalah kepalsuan semata. Entah berapa kali orang memuji seperti itu, sungguh sangat memuakan bagi amera.

KAMU SEDANG MEMBACA
his farewell attempt (End)
RomanceDeskripsion: Dua tahun menikah amera tak pernah merasakan kehangatan dalam pernikahan tersebut. Kedua pasangan tersebut tidak pernah saling mencintai, mereka menikah karena di jodohkan oleh pihak keluarga bukan keinginan mereka sendiri. Dan pada akh...