7

0 0 0
                                    

Dannia melangkah perlahan di jalan setapak yang membawa dirinya semakin dalam ke hutan. Matahari pagi menembus celah-celah dedaunan, tapi hawa di sekelilingnya tetap terasa dingin dan misterius. Pikiran Dannia dipenuhi oleh berbagai kemungkinan, tapi yang paling mengusik adalah pertanyaan mengenai siapa yang benar-benar bisa dia percayai. Younghoon telah menunjukkan kesetiaannya, namun Kun dengan caranya sendiri tampak lebih terbuka meski dengan niat yang terselubung.

Saat berjalan, Dannia merasakan kehadiran yang familiar. Tanpa harus berbalik, dia tahu siapa yang ada di sana.

“Aku tahu kamu mengikutiku, Younghoon,” kata Dannia tanpa menghentikan langkah.

Dari balik pepohonan, Younghoon muncul dengan wajah cemas. "Aku tidak bisa membiarkanmu pergi sendirian. Terlalu berbahaya."

Dannia berbalik, menatapnya tajam. "Aku harus melakukan ini, dan kamu tahu itu. Jika aku tidak menemukan altar itu sebelum mereka, semuanya akan hancur."

Younghoon melangkah lebih dekat, suaranya pelan namun penuh tekad. "Aku mengerti, Dannia. Tapi ada hal-hal yang kamu tidak tahu. Kaum Serigala tidak akan tinggal diam, dan mereka akan melakukan apa pun untuk memastikan bahwa kekuatan itu tidak jatuh ke tangan yang salah."

"Apa maksudmu?" Dannia bertanya, merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Younghoon.

Younghoon menatapnya, lalu menarik napas panjang. "Aku diberi tugas oleh pemimpin kaum Serigala untuk mengawasimu dan memastikan darahmu tidak digunakan untuk tujuan yang salah. Jika kaum Vampir menemukan altar itu duluan, mereka bisa memicu kekuatan yang tidak bisa dikendalikan. Aku harus memastikan itu tidak terjadi."

Dannia merasa dadanya sesak. "Jadi, kamu tidak di sini untukku? Kamu di sini hanya karena perintah dari pemimpinmu?"

Younghoon menggeleng dengan cepat, matanya memancarkan kejujuran. "Aku di sini untuk melindungimu, Dannia. Itu yang utama. Tapi aku juga harus mempertimbangkan keselamatan semua orang. Kamu adalah kunci, dan itu membuatmu menjadi target bagi siapa pun yang ingin memanfaatkanmu."

Dannia terdiam sejenak, memproses apa yang dikatakan Younghoon. "Kalau begitu, apa yang akan kamu lakukan jika aku memutuskan untuk mengambil kekuatan itu sendiri?"

Younghoon tampak bingung, seolah tidak siap untuk pertanyaan itu. "Kamu... tidak bisa melakukan itu. Kekuatan itu bukan untuk manusia biasa. Itu bisa menghancurkanmu."

Dannia menghela napas, menyadari bahwa meskipun Younghoon di sana untuknya, dia tetap bagian dari konflik besar ini—sama seperti yang lainnya.

“Aku tidak ingin kekuatan itu. Aku hanya ingin menghentikan perang ini,” kata Dannia dengan tegas.

Younghoon menunduk sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah. Kalau begitu, kita harus bekerja sama. Aku akan membantumu menemukan altar itu, tapi kita harus berhati-hati. Setiap langkah kita akan diawasi."

Setelah kesepakatan dibuat, mereka melanjutkan perjalanan bersama. Hutan semakin gelap dan padat, dengan suasana yang semakin menekan. Dannia bisa merasakan ada sesuatu yang mengintai di balik pepohonan, sesuatu yang bukan dari dunia manusia.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di sebuah dataran tinggi yang memberikan pemandangan luas. Dari sana, Dannia bisa melihat di kejauhan sebuah reruntuhan kuno yang tersembunyi di tengah hutan lebat. Itu tampak seperti tempat yang cocok untuk altar kuno yang mereka cari.

"Itu pasti tempatnya," bisik Younghoon, matanya menajam. "Kita harus bergerak cepat sebelum mereka menemukannya."

Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, suara langkah kaki terdengar dari balik semak-semak. Dannia dan Younghoon berhenti, bersiap menghadapi apa pun yang akan muncul.

Dari kegelapan hutan, Hendery dan Ten muncul, diikuti oleh beberapa Vampir lainnya. Kun ada di tengah mereka, dengan tatapan yang lebih tajam dari sebelumnya.

"Aku tahu kamu akan ke sini, Dannia," kata Kun dengan nada tenang. "Dan aku di sini untuk memastikan bahwa kamu tidak membuat keputusan yang salah."

Younghoon berdiri di depan Dannia, bersiap untuk bertarung. "Kami tidak akan membiarkan kalian mengambil altar itu."

Kun menatap Younghoon tanpa emosi. "Kau salah paham. Aku tidak ingin menghancurkan dunia ini, Younghoon. Tapi aku juga tidak akan membiarkan kaum Serigala mengendalikan segalanya."

Dannia melangkah maju, menatap Kun. "Lalu apa yang kamu inginkan, Kun?"

Kun tersenyum tipis. "Aku ingin perdamaian, sama seperti kamu. Tapi perdamaian itu tidak akan tercapai tanpa pengorbanan. Dan darahmu adalah kunci untuk memastikan bahwa kekuatan itu tidak jatuh ke tangan yang salah."

Tegangan semakin meningkat. Younghoon dan Kun saling berhadapan, sementara Dannia berada di tengah-tengah mereka, mencoba mencari solusi di antara dua kubu yang saling bertentangan.

"Ada cara lain," kata Dannia tiba-tiba, mencoba menghentikan pertarungan yang akan pecah. "Kita bisa menyegel kekuatan itu selamanya, memastikan tidak ada yang bisa menggunakannya. Tidak Serigala, tidak Vampir."

Kun terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Dannia. "Dan bagaimana kamu akan melakukannya?"

Dannia menatap mereka dengan penuh keyakinan. "Aku akan menyerahkan darahku, tapi bukan untuk kekuatan. Aku akan menyerahkannya untuk menyegel kekuatan itu selamanya. Dengan begitu, tidak ada yang bisa menggunakan kekuatan itu untuk kehancuran."

Younghoon menatap Dannia dengan cemas. "Dannia, itu terlalu berbahaya. Kamu bisa mati."

Dannia mengangguk. "Aku tahu. Tapi ini satu-satunya cara."

Hening menyelimuti mereka semua. Semua mata tertuju pada Dannia, yang sekarang memegang nasib dua kaum di tangannya.

Blood and DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang