9

0 0 0
                                    

Kegelapan malam perlahan menghilang, dan Dannia merasakan ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Namun, saat ia berbalik, ia menyadari bahwa tantangan sesungguhnya baru saja dimulai.

Hujan telah mereda, dan suasana di sekitar altar kini dipenuhi oleh keheningan yang mencekam. Dannia berusaha menenangkan diri, tetapi ketegangan di antara dua kubu masih terasa kental. Segera, suara langkah kaki mulai mendekat, dan dari bayangan pepohonan, Younghoon muncul, wajahnya penuh kecemasan.

“Dannia! Apa yang terjadi?” tanyanya, mendekat dengan cepat.

“Aku... aku sudah memutuskan,” jawab Dannia, suaranya penuh keyakinan. “Aku tidak akan membiarkan kekuatan itu dimiliki oleh siapa pun. Sudah cukup penderitaan yang ditimbulkan oleh perang ini.”

Younghoon mengangguk, meskipun ada rasa khawatir di matanya. “Tapi bagaimana? Apa yang akan terjadi pada kita? Pada mereka?”

“Semua ini akan berakhir,” kata Dannia, mencoba menenangkan Younghoon. “Aku sudah memilih untuk menghilangkan kekuatan itu dari dunia. Tidak akan ada lagi serigala atau vampir yang saling berbunuhan. Kita harus bersatu dan mencari cara baru untuk hidup.”

Tiba-tiba, suara Kun muncul dari belakang, penuh skeptis. “Kau yakin itu bisa berhasil? Kekuatan itu bukan hanya milikmu, Dannia. Itu adalah warisan yang mengikat banyak orang. Mereka tidak akan dengan mudah melepaskan kontrol mereka.”

Sangyeon melangkah maju, bergabung dengan Kun. “Jika kamu benar-benar menghilangkan kekuatan itu, maka kamu juga akan menghilangkan jati diri banyak orang. Apakah kamu siap untuk menanggung konsekuensi dari keputusan ini?”

Dannia merasakan tekanan dari semua pertanyaan itu. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi aku yakin kita bisa menemukan jalan baru bersama. Kita tidak perlu lagi terjebak dalam siklus kekerasan ini.”

Kun menggelengkan kepala, tampak frustrasi. “Kau mungkin tidak menyadari bahwa keputusanmu juga bisa menghancurkan. Ada kekuatan lain di luar sana yang tidak akan membiarkan ini terjadi.”

Hujan mulai turun lagi, tetapi kali ini, bukan dengan ketakutan, melainkan seperti pelindung bagi Dannia. “Jika ada yang harus bertanggung jawab, maka biarkan itu menjadi tanggung jawabku. Aku akan menghadapi konsekuensinya.”

Di saat itu, suara lolongan serigala kembali menggema dari kejauhan, menyuarakan ketidakpuasan dari para anggota Serigala yang menyaksikan pertemuan ini. Mereka tampak tegang, siap untuk bertindak jika keadaan semakin memburuk.

Younghoon memutar tubuhnya, berhadapan dengan kelompok Serigala. “Kami tidak akan kembali ke peperangan. Kalian harus percaya padanya. Kami akan membuat kesepakatan baru—satu yang mengakhiri semua ini.”

Sangyeon mengangguk sedikit, tapi dia masih tampak ragu. “Kami tidak bisa hanya mempercayai kata-kata. Kami perlu melihat tindakan nyata.”

“Kalau begitu, mari kita buktikan bersama,” jawab Dannia, mengambil langkah ke arah kelompok itu. “Jika kita semua berkomitmen untuk mengakhiri perang ini, kita harus bersatu—Serigala dan Vampir. Aku akan menjadi perantara di antara kita.”

Kun memperhatikan dengan serius. “Jika kamu bisa membuktikan bahwa kehadiranmu mampu membawa perubahan, mungkin kami bisa melihat kemungkinan baru. Tapi ingat, bukan hanya kata-kata yang dibutuhkan, melainkan tindakan nyata.”

“Baiklah,” Dannia setuju. “Aku akan memulai dengan melakukan dialog di antara kita. Kita harus mencari cara untuk saling memahami, untuk mengatasi rasa sakit yang telah ditimbulkan.”

Sangyeon berbalik pada kelompoknya. “Kita perlu waktu untuk merenung. Mari kita pergi dan bicarakan ini. Tapi ingat, jika kamu mengkhianati kepercayaan ini, kami tidak akan segan-segan untuk bertindak.”

Kun juga mengangguk, menambahkan, “Kami akan memberi kamu kesempatan. Tapi ingat, waktu sangat berharga, dan tidak semua pihak setuju dengan keputusan ini.”

Dengan itu, kedua kelompok mundur, meninggalkan Dannia dan Younghoon di altar. Hujan perlahan mulai mereda, meninggalkan udara segar yang penuh harapan.

“Apakah kamu yakin bisa melakukannya?” tanya Younghoon, menatap Dannia dengan penuh kekhawatiran.

“Aku tidak tahu,” jawab Dannia jujur, “tapi ini adalah satu-satunya cara untuk menghentikan semua ini. Kita tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang masa lalu.”

“Kalau begitu, aku akan mendukungmu. Kita akan melakukannya bersama,” ujar Younghoon, senyumnya menguatkan semangat Dannia.

Dannia merasa jantungnya berdebar penuh harapan. Mungkin, justru dari tengah kegelapan, cahaya baru bisa muncul—cahaya yang akan menerangi jalan bagi Serigala dan Vampir untuk melangkah maju.

Sambil menatap altar yang kini bersinar lembut, Dannia tahu bahwa langkah pertama untuk menciptakan masa depan baru telah dimulai. Dia harus berjuang untuk mengubah cara pandang kedua kaum dan membangun jembatan menuju perdamaian.

Dengan tekad yang kuat, Dannia dan Younghoon meninggalkan altar, bertekad untuk menulis bab baru dalam kisah hidup mereka—bab yang tidak lagi ditentukan oleh darah atau kekuatan, tetapi oleh pilihan dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Blood and DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang