14 - Minerva - Tactics

8 0 0
                                    

Selamat datang.

Minta emot 🥀 ?

*

Jangan lupa vote, menyemangati saya dalam menulis. 😘

*

*


Semuanya mati rasa.

Hatiku.

Jantung yang memang telah terlepas.

Fakta bahwa aku memang insan mati.

Kenyataan ini..

Aku tidak dapat mencerna semuanya, rasanya bagai menelan paksa Opium itu, semua yang terjadi membuatku sulit untuk membedakan mana yang kenyataan dan mana yang bukan.

Fjord belum mati, itu hanya ilusi..

Kali ini rantai mengelilingi tubuhku, masih duduk di dalam rumah papan ini, ketika ku lihat sela papannya menembuskan cahaya mentari dari luar, aku dapat mendengar suara air di luar tempat ini, kemungkinan ini adalah daerah pesisir pantai karena hawa panas di dalam gubuk juga sangat terasa.

Hal mencengangkan saat itu ketika aku mengetahui bahwa dia Monster serigala, namun yang lebih sulit aku telan adalah kenyataan semalam.. dia pemerkosa.

"Zaco.." Dia hanya duduk atas papan lantai, cukup jauh dari tempat tidur ini, sembari merokok, yang sesekali menatapku dengan tubuh bertelanjang dadanya, "Tidak habis fikir bagiku, kau dapat melakukan hal serendah ini."

"Berhenti menyebutku nama itu," Dia mendecak, mematikan puntung rokok pada papan, sementara aku berhenti menatapnya dan memalingkan muka, "Bila aku tidak menjadi seperti ini, tidak ada yang dapat bersembunyi lagi. Terlebih aku harus melindungi seseorang yang lebih berarti."

"Dulu kau–" Rasanya nafasku menjadi berat, pakaian robek ini mungkin kembali tertanggal dengan lilitan rantai yang semakin membuatku sesak napas, sekuat tenaga aku menahannya, tangisan yang tidak berhenti sejak semalam. Tapi tidak ada gunanya, air mataku turun begitu saja dalam diamku, dan aku bagai merasa di telanjangi sekali lagi.

Tidak mudah bagiku untuk tegar dan berpikir jernih agar dapat berlari darinya.

Setelah aku menarik nafas, tanpa tangan yang dapat menghapus air mata ini, aku hanya menatap lurus pada cahaya yang menembus sela-sela papan, mencoba untuk menghentikan tangisku, "Aku sangat mempercayaimu, dulu, aku berharap.. tidak.. aku telah meyakinkan diri bahwa kamu adalah seseorang yang dapat melindungiku. Sampai ketika kamu menjadikanku persembahan."

"Itu dulu, sebelum seseorang lahir yang membuatku memiliki tugas untuk melindunginya bagaimanapun caranya."

"Siapa seseorang itu?"

Dia hanya diam, membuatku menoleh, kepalanya turun sementara duduknya dalam keadaan jongkok dengan menopang tangan di kedua lutut.

Cukup lama dia diam, aku bergeser sedikit sehingga suara rantai yang melilit tubuhku bergemerincing, membuatnya mendongakkan wajah, "Bagaimana bisa kau sangat yakin kalau Dewi Hekate telah memberikan berkahnya padaku? Lalu apa yang akan berubah dari kaum kalian? Apa kalian akan melakukan pemberontakan besar-besaran? Siapa Dewi Hekate itu?"

Kerutan pada alisnya mulai tegas, serta mulutnya masih tertutup dengan sorot tajam sehingga aku harus menanyakan itu lagi, "Khaos menghancurkan ritualnya karena dia merasakan aura Morana di sisi bumi, itu kenapa dia bisa menemukan lokasi tersembunyi kalian. Aku tidak pernah mendengar siapa dia, Dewi Hekate."

"Ketika kami memulai ritual padamu saat itu, aku dapat melihat surai berwarna ungu kegelapan yang memasukimu, aku dapat merasakan Dewi Hekate datang menyelamatkan kami," Lalu dia berdiri, berjalan menuju tempat tidur ini sehingga aku harus mendongak untuk menatap matanya, "Kau tidak perlu tahu siapa Dewi Hekate. Kami hanya meminta untuk jangan lagi mengusik kaum kami, Minerva. Kami hanya meminta sisi bumi tanpa harus bersembunyi."

"Kalau begitu kenapa tidak melakukan pembicaraan saja sejak awal?"

"Tidak mungkin, ini sudah berlangsung ratusan tahun lamanya. Masih banyak manusia yang tidak dapat kupercaya, banyak manusia yang enggan bersanding bersama makhluk lain yang sama cerdasnya. Jadi rencana kami berubah, yaitu menghapus keberadaan manusia dan meninggalkan hanya segelintir."

Aku menelan ludah, ketika sorotnya penuh yakin, sementara cemberut di bibirnya terlihat jelas, kekuatan monster sendiri dapat membunuh puluhan manusia bahkan hanya dengan tenaga dan cakaran, Sebenarnya siapa Dewi Hekate itu? Apa yang seperti itu dapat dipanggil dan menyelamatkan mereka?

Bila Zaco berhasil membangkitkannya, apakah manusia akan berada dalam bahaya ancaman?

"Kakiku mati rasa."

"Lalu?" Dia mengerutkan kening sekali lagi, duduk dan menarik telapak kakiku yang sedang bertelanjang, memijat pelan.

Jangan bilang..

'Aku harus kembali pada anak-anakku.'

"Apa hubungan kita bisa diperbaiki bila monster dan manusia saling hidup berdampingan?"

Dia menggeleng, masih memijat kaki dengan wajah datar, "Tidak."

"Jadi kau masih akan menghapus populasi manusia?"

"Ya." Pijatan kakinya semakin ditekan, membuat kakiku sedikit tersentak, itu membuatnya menoleh dengan kerutan kening lagi.

Jujur saja, dia bukan Zaco sebelum aku kenal, dia bagai Serigala berbulu domba.

Itu membuatku sepenuhnya waspada terhadapnya, dia sulit di tebak.

"Aku menyerah, perlahan.. aku akan mencoba untuk menerimamu."

Dia mulai tersenyum dengan gigi-giginya, namun senyumnya itu kelewat sinis, "Apa otakmu rusak karena Opium, Minerva? Atau semalaman penuh kau menikmati sentuhanku?" Lalu tangannya mencengkram pipiku erat-erat, mendekatkan wajahnya seakan hendak mencium paksa.

'Bajingan..'

"Aku hanya sendirian, tidak ada yang berarti bagiku sama sekali di atas tanah ini, lagipula aku ini orang mati, dan memang benar katamu.. kulihat para bangsawan hanya peduli pada penampilan mereka sendiri-"

Tiba-tiba dia mencium bibirku dengan remasan di pipi, membuatku terkesiap dan menutup mata, bibir yang menyatu sudah seperti rasa lapar yang tidak pernah dapat memenuhi perutnya, karena semalam dia tidak menciumku sama sekali.

Kurasa racun itu akan berefek padanya juga jika dia menciumku semalam, karena satu-satunya bagian tubuh yang tidak dia sentuh adalah bibirku.

Rasanya sekalipun seluruh tubuh ini akan bersih, aku ingin–tidak–aku harus menguliti diriku sendiri demi melepas perasaan jijik ini.

'Aku harus kembali pada mereka. Bila Zaco bisa berbuat sejauh ini, dia bisa berbuat yang lebih kejam.'

Rosalind dan aku hanya pion awal baginya.. dia memiliki sifat keras kepala dan tidak akan pernah merubah pemikirannya.

"Ternyata kau wanita yang harus di paksa terlebih dahulu, ya?" Seringainya melebar setelah melepas ciumannya.

Darah kering di beberapa bagian tubuhku dapat menolongku, namun aku harus menapak laut terlebih dahulu.

"Tubuhku lengket dan aku tidak bisa berjalan, kudengar suara laut di luar sana, apa kau mau membawaku mandi di pantai?"


*

*

Jangan lupa follow agar mendapat info kelanjutan ceritanya! Terimakasih sudah membaca!

🥰

Cozyrinn 21/10/2024

*

Setelah, selamanya. - cozyrinnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang