19 - Minerva - A way to home

1 0 0
                                    


 Jiwa Morana yang terkurung selalu berpusat pada tempat yang ia pernah kunjungi.

Kastil adalah pusat dari pusaran inti jiwanya, sedangkan permata-permata yang mengurung sebagian dari kepingan jiwanya sesekali berkelana mencoba untuk menemukan wadah yang telah beresonansi.

Tubuhku cocok untuk di tinggali Morana. Namun Zaco berkata bahwa sosok yang mereka panggil adalah Dewi Hekate, apakah Morana adalah Dewi Hekate, atau sosok yang telah dirasuki Dewi Hekate?

Setelah kembali aku harus mencari tahu hal ini.

Fjord, jangan mencemaskanku, namun aku harap kau pernah mengajariku cara kemana saja sekarang.

Kulihat sekeliling, semakin dalam hutan semakin lebar jaring laba-laba di setiap pohon oak yang telah gundul, semakin kecil cahaya matahari yang masuk, kurasa ini bukan siang hari maupun sore hari lagi karena aku tidak lagi melihat cahaya menelusuri sela-sela pohon di hutan kandang laba-labanya.

Terdapat banyak laba-laba kecil di sarang-sarang itu, namun mereka pasif. Setelah berjalan semakin jauh, kulihat sungai dan seberangku adalah hutan pinus, mirip seperti hutan di kerajaan naseria.

Dan malam memang telah menjelang.

Boom!

Suara ledakan di angkasa, kembang api menghiasi malam ketika aku menatap ke atas. Tahun ini hari kelahiran Putra Mahkota? Ataukah pertanda bertambahnya keluarga kerajaan baru?

Yang pasti petasan di atas angkasa itu memberikan berkah cahayanya untuk perjalananku ke dalam hutan ini, sejak aku mengecap ramuan opium itu, aku tidak dapat mengeluarkan api lagi.

Merasakan aura sekitar pun sulit.

Setelah aku meminum air sungai, aku mulai melangkah lagi, menelusuri batuan setapak demi melintasi sungai dangkal agar mencapai hutan pinusnya. Malam ini cukup dingin dan gaun biru yang robeknya tidak menutup hingga lutut ini tidak dapat mencegah rasa dinginnya cuaca malam sama sekali.

"Khaos.. bagaimana cara memanggil Delima disaat seperti ini? Suamiku.." Aku terus berjalan, bila aku menangis, akan sulit bagiku untuk tetap tegar, "Aku hanya perlu mengikuti kemana kembang api itu bersinar, bukan? Kerajaan Naseria akan membantuku kembali."

Bagai secercah harapan, kembang api itu meledak lagi di udara, kemerlipnya terlihat di balik pohon pinus jadi aku mengikuti ledakannya, tidak ada tapak kaki binatang maupun manusia lain, tidak ada suara burung hantu maupun lolongan anjing hutan, sunyi. Bahkan angin tidak berhembus.

"Teruslah meledak dan tuntun jalanku." Langkah kakiku semakin cepat seiring dengan semakin jelasnya warna kembang api di langit yang tertutup pohon pinus.

BRUKK!

Pundakku ditarik paksa hingga menabrak kerasnya pohon, kulihat sebelah mata hitam itu melotot menatapku, banyak luka kering di tubuhnya, meski semuanya masih utuh, deru nafasnya mencerminkan kemarahan besar ketika menatapku.

Mataku melebar, ketidakpercayaan menderu nadi-nadiku, bagaimana mungkin dia bisa hidup setelah beberapa ekor hiu mencoba untuk menyerangnya? Zaco, kenapa orang jahat selalu hidup lebih lama?

Percuma untukku mencoba lari, cengkraman tangannya sendiri di pundakku berhasil menahan seluruh tenagaku, aku tidak bisa melawan lagi, hawa tubuhnya panas, putih pada bola matanya memerah, dan dia.. menangis?
"Kau hidup." Alisnya mengkerut, matanya berkaca-kaca, tidak mungkin dia khawatir setelah menghancurkan mental dan juga hidupku, bukan?

"Kau masih hidup." Bagai nafas yang tertahan, aku masih mencoba untuk mencerna kenyataan ini.

Kepalanya mendekat, aku tahu, dia akan menciumku sehingga aku menunduk, dia berhenti sejenak, nafasnya tidak menelusuri wajahku, aku menatapnya dengan rasa takut tertutup ketegaran, rasanya aku akan runtuh lagi karena tangis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setelah, selamanya. - cozyrinnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang