1 - Reed Flute Cave

22 1 0
                                    

Selamat datang.

Minta emot 🥀 ?

*

Jangan lupa vote, menyemangati saya dalam menulis. 😘

*

*

Bahagia selama-lamanya. Kalimat yang selalu dia ucap pada telingaku ketika berbisik. Dekapannya erat, dia dengan berani menampakkan rasa sayangnya padaku. Perasaan rindu yang terpancar di matanya jelas selama kami bertemu dan saling menatap. Mata birunya terkena bias cahaya, sepasang mata itu memberikan iris emas bagai benang harapan yang mempersatukan kami. Melengkapi hidupnya, melengkapi hidupku.

Kematian meninggalkan jiwa, namun rasanya jiwaku selalu menemukannya. Sekalipun jantung ini hilang, hati ini miliknya.

"Fjord." Aku menoleh ketika dia kembali padaku, membuka pintu dengan senyuman lebar, sorot matanya lembut ketika chandelier di kamar ini menyorot wajahnya. Pada kamar yang telah terisi ornamen dan furnitur baru selama tiga tahun bersamanya.

Aku turun dari tempat tidur besar ini, mengenakan pakaian tidur berwarna putih dengan renda bunga-bunga mungil. Tidak seperti biasanya, pakaian tidurku selalu terlihat sederhana dan tertutup. Karena kastil ini telah terisi penuh dengan pelayan, ksatria, dan anak-anak yang kami asuh.

"Istriku," Dia memelukku erat, wangi tubuhnya selalu aku dambakan, berwangi kayu dan juga musky. Yang lebih aku dambakan adalah sorot matanya yang tulus. Yang lebih-lebih aku dambakan adalah belaian tangannya pada rambut ikalku. Ah.. yang paling aku dambakan adalah dia.

"Kau tidak tidur malam ini? Apa kau menungguku sedari tadi karena kau mendengar kabar aku akan pulang hari ini?" Sorot mata itu memperhatikan mataku, lalu mulai menciumi bibirku dengan rasa gemas beberapa kali. Tawaku rendah menahan geli ketika dia menciumi pipi hingga garis rahangku.

"Ini sudah seminggu lebih aku di tinggal sendiri." Aku berpura-pura kesal, namun begitu kekehan yang keluar dari bibirku karena kecupan nakalnya mengkhianati sandiwaraku.

"Oh, Aku merasa sangat bersalah membiarkan istriku kesepian dan kedinginan setiap malam." Meski suara beratnya terdengar tulus, dia bermain-main dengan perkataan itu karena senyumnya mulai usil, "Jangan mulai.." Aku tertawa, kata-kata itu terlontar begitu saja karena aku tahu raut wajahnya itu adalah aba-abanya untuk menerkamku hingga pagi sehingga aku memaafkan keabsenannya lagi.

"Mmmmmm.." Dia mengecup gemas pipi ini hingga rasanya aku harus mencubit perutnya, itu membuat Fjord langsung mendecak jauh sedikit, "Aw!"

"Tidak ada manja-manjaan untukmu malam ini." Aku terkekeh.

Dia langsung cemberut, lalu mengangkat kedua belakang pahaku, menggendongku sehingga aku harus bertumpu pada pundaknya yang lebar, "Kalau aku bawa ke tempat indah bagaimana? Aku di maafkan?"

"Membawaku kemana?" Aku tertawa lembut, sementara pintu kamar lebar ini dia buka, membuat penjaga langsung menunduk tidak berani menatap karena kecemburuan suamiku bisa membuat atmosfernya kelam dan mereka mengetahui itu.

Menelusuri lorong, hingga mencapai taman yang dipenuhi bunga rambat dan mawar merah, bulan telah berada tinggi di atas langit dengan bintang yang samar terlihat saking bercahayanya taman pada kastil ini, "Pegangan erat, istriku." Dan aku semakin merangkul pundaknya sambil menutup mata.

Begitu saja, setelah dia turun dari langit, dia membawaku ke tengah hutan dengan lubang besar di tengahnya, lubang bebatuan itu bahkan bisa dimasuki satu kastil miliknya dan masih akan memiliki rongga di sisi bebatuannya, ketika melihat ke bawah, air di dalam lubang itu sangat jernih sampai-sampai aku dapat melihat dasarnya yang terbantu pantulan cahaya, pohon hijau di sekelilingnya memperindah tempat ini, gua yang unik, bahkan pohon itu merambat turun beberapa meter dalamnya.

Tanpa aba-aba Fjord mulai turun dan mencengkram paha belakangku juga punggungku kuat-kuat, membuatku duduk pada pergelangan tangan hingga sikunya. Ketika aku melihat ke sekeliling, bebatuan putih ini membiaskan cahaya pantulan sampai-sampai aku bisa melihat wajahku pada bebatuan itu, kristal membentuk berbagai warna menempel di batu-batunya, rasanya manusia belum pernah menjelajah sampai tempat ini, "Fjord.. indah.." Dia menurunkanku tepat di atas bebatuan yang memiliki lubang masuk, air berada di telapak kaki kami karena jalan masuk gua terkoneksi dengan kolam besar yang melingkar alami ini.

Dia memegang tanganku erat, dan kami memasuki lubang masuk gua, lubang masuknya sendiri cukup luas walau pendek sehingga kami harus menunduk, dan setelah berjalan masuk cukup jauh, kami melihat rangkaian rumit stalagmit dan stalaktit yang indah, pilar-pilar batu alami sampai membentuk bongkahan kristal yang rasanya ajaib, bahkan terdapat air kolam lagi di dalam gua ini yang saking jernihnya aku tidak bisa berkaca.

"Apa aku dimaafkan sekarang, cintaku?" Dia memeluk dari belakang dan mengecup pundakku begitu lembut, itu membuatku meleleh meski aku memang tidak keberatan ditinggal sesekali olehnya.

Melihatnya antusias membangun kerajaannya membuat aku juga bahagia.

Dan kita abadi, aku memiliki seluruh waktu panjang untuk kuhabiskan bersamanya.

"Ya." Tubuhku mendayu dalam peluknya, sementara dia mulai tertawa pelan di telinga, "Ah.. rasanya aku ingin cepat-cepat hamil agar aku memiliki alasan kuat untuk membuatmu tinggal bersamaku dua puluh empat jam penuh." Kamu terkekeh.

Dia tidak menjawab, lalu mencium hingga menghirup rambut ikal di kepalaku, "Saking indahnya tempat ini aku mengira kau menyembunyikan jantungku disini, Rajaku."

"Hmm.. yang itu rahasia." Dia tertawa lagi dan mengubur wajahnya di tengkuk leherku, "Aku harus menyimpannya di tempat paling rahasia agar istriku selalu aman."

"Jangan disini." Kamu tertawa geli karena nafasnya di belakang lehermu.

Fjord langsung merangkul tubuhku sehingga aku di dekapannya, "Sepertinya kita harus cepat pulang karena esok pagi kau memiliki jadwal jamuan teh bersama Ratu dan bangsawan lainnya."

"Itu saja?" Kamu melihat matanya yang melengkung karena senyumnya yang terlalu usil dan sumringah, "Atau kau hanya membawaku kesini selama dua puluh menit untuk memanjakanku, dan membawaku pulang untuk menikmatiku hingga pagi."

"Ratuku," Dia mengecup kening ketika naik satu persatu bebatuan hingga ke permukaan tanah, "Di tempat tidur nanti, aku akan memberikanmu lebih banyak diriku. Agar dikau mengerti seberapa besar rasa rindu ini."

"Dasar perayu handal." Kepalamu menempel di dadanya.

Dia tersenyum puas, merasa menang akan hatiku sekali lagi.


*

*

Jangan lupa follow agar mendapat info kelanjutan ceritanya! Terimakasih sudah membaca!

🥰

Cozyrinn 25/9/2024

*

Setelah, selamanya. - cozyrinnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang