Setelah di usir dari Rumah Asa mulai menjalani hari-hari nya seorang diri. Dari memasak, mencuci pakaian, menjemur, bahkan ia terpaksa mencari uang tambahan di karenakan orang tua nya hanya akan mengirim kan uang 1 juta perbulan.
Hidup di luar negeri dengan uang segitu tentu saja tidak akan cukup apalagi saat ini ia tengah mengandung dan sebentar lagi akan melahirkan.
Itu belum seberapa karena ayah Asa sudah bersitegas mengatakan ia tidak akan membantu biaya persalinan Asa sepeserpun. jadi mau tidak mau, suka tidak suka Asa terpaksa menjadi buruh cuci piring di salah satu Restoran cepat saji yang cukup terkenal di Australia.
"Sshh!! Tangan ku kebas kesemutan."ringis Asa tak kala tangannya terasa kebas karena kelelahan mencuci piring sejak pagi hingga malam tanpa henti kecuali saat istirahat.
"Apa yang sedang kamu lakukan Asa? Cepat bersihkan semua piring kotor itu sekarang juga."teriak Manager Restoran saat melihat Asa berhenti mencuci piring.
"Baik Mr."jawab Asa dan ia kembali melakukan tugasnya dengan tangan yang masih terasa kebas dan kesemutan.
Dalam hati Asa menangis karena selama ia tinggal di Indonesia bersama dengan orang tua dan para saudaranya, ia tidak pernah melakukan pekerjaan berat seperti ini. Tapi sekarang berbeda karena ia harus mandiri untuk memenuhi biaya hidup dan sang jabang bayi yang masih berada di dalam kandungan.
"Auwhh sakit."Asa kembali mengiris kali ini perutnya terasa keram.
Ia remas pelan perut yang kini sudah membuncit besar lalu ia usap-usap calon bayinya yang kini sudah berusia 8 bulan di dalam kandungan.
"Kamu lelah ya sayang? Maafkan Mami ya? Mami terpaksa melakukan pekerjaan berat ini demi menyambung kebutuhan kita nak. Kamu jangan nakal ya di dalam sana, bersabar lah sebentar lagi kita akan pulang ke rumah."ajaibnya perut Asa tidak kram lagi membuat calon ibu kita yang satu ini tersenyum karena calon bayinya mau menuruti perintah nya.
"Anak pintar."lanjutnya mulai menjalankan tugasnya kembali karena semua piring-piring itu tidak bisa mencuci sendiri.
°°°°°°°°°°
Setelah sampai di rumah Asa mandi terlebih dahulu baru setelah itu ia menghangatkan nasi dan lauk pauk untuk ia makan.
Sebenarnya makanan yang Asa konsumsi pun tidak terlalu sehat karena ia sering mengkonsumsi mie 4x dalam seminggu. Asa terpaksa melakukan nya karena keterbatasan biaya.
"Kira-kira mereka sedang apa ya disana? Ah! Jawaban nya sudah pasti bukan? Mereka pasti sedang bercanda ria di meja makan sambil menikmati makanan sehat yang enak-enak."air mata Asa mulai berjatuhan ketika mengingat tentang keluarganya.
"Seharusnya aku tidak disini sendirian, seharusnya aku masih ada di antara mereka. Seharusnya hiks hiks seharusnya aku lebih pintar memilih kekasih dengan begitu nasib ku tidak akan seburuk ini. Ya Tuhan .. ampunilah dosaku."Asa menangis tersedu-sedu mengingat bahwa ia seorang diri melawan pahitnya Dunia.
Pandangan Asa kini beralih menatap perutnya lalu mengajak bicara calon anaknya itu.
"Maafkan Mami sayang, Mami bukan nya tidak bersyukur memiliki kamu tapi Mami masih terlalu muda untuk menanggung beban berat ini sendirian. Rasanya Mami ingin mengakhiri hidup Mami sekarang juga namun Mami tidak akan setega itu membunuh anak Mami sendiri."
"Rasanya hidup Mami sudah benar-benar hancur tak bersisa. Tapi Mami mau melihat kamu lahir ke dunia ini sayang. Jadi mari, mari kita kuat bersama-sama ya? Sepahit apapun rintangan yang harus kita jalani berjanji lah untuk tidak akan pernah meninggalkan Mami sayang."dapat Asa rasakan tendangan kecil di perutnya menandakan sang jabang bayi setuju dengan usulan tersebut.
Asa kembali tersenyum. Setidaknya ia masih memiliki calon anaknya ini untuk di jadikan alasan tetap hidup di dunia.
"Mami sayang kamu nak."
Bersambung
Sampai jumpa Minggu depan 👋🤓
![](https://img.wattpad.com/cover/379208332-288-k38878.jpg)