Noah Collins berjalan menyusuri lorong kampus dengan langkah mantap, udara dingin malam itu menyelimuti setiap langkahnya. Sebagai seorang Alpha, ia terbiasa menjadi pusat perhatian, baik karena postur tubuhnya yang tegap maupun aura yang ia pancarkan. Malam itu tak berbeda—tatapan dari para mahasiswa lain mengiringi langkahnya, meski Noah tak pernah benar-benar peduli akan hal itu.
Di sudut lain, Luca Donovan berdiri diam, tersembunyi dalam kegelapan yang sudah menjadi sahabatnya. Sejak pertama kali pandangannya tertuju pada Noah, hidupnya berubah. Bukan perubahan yang ia inginkan, tetapi sesuatu yang tak mampu ia lawan. Obsesi yang membara di dadanya semakin kuat setiap kali ia melihat sosok Noah.
“Noah…” gumam Luca perlahan, suaranya nyaris tak terdengar di tengah sunyi malam. Tatapannya tak pernah terlepas dari sosok Alpha yang berjalan dengan percaya diri itu.
Dari balik jendela mobil yang terparkir, Luca terus mengawasi. Matanya mengikuti setiap gerakan Noah, mulai dari senyum kecil yang tersungging saat bercanda dengan teman-temannya hingga cara berjalan yang penuh ketegasan dan dominasi. Dada Luca berdebar tak teratur. Ia telah mengikuti Noah selama berbulan-bulan, selalu dari kejauhan. Menyaksikan tanpa diketahui, memastikan bahwa Noah tetap aman, tetapi juga menjauhkan siapa pun dari dirinya. Hanya di bawah pengawasannya.
Namun, malam ini sesuatu terasa berbeda. Luca memperhatikan Noah dengan intensitas yang lebih besar dari biasanya. Di samping Noah, ada seorang pria berambut pirang yang tak asing baginya. Wajah pria itu, seorang Omega, tersenyum lembut. Terlalu dekat dengan Noah, terlalu akrab.
Amarah perlahan merayapi diri Luca. Noah tidak seharusnya bersama orang lain, terlebih dengan seorang Omega. Di mata Luca, pria itu tidak layak berada di sisi Noah—hanya dirinya yang pantas berada di sana.
Tanpa sadar, tangan Luca mengepal, pikirannya dipenuhi bayangan-bayangan gelap. Selama ini, ia menahan diri, membiarkan Noah menjalani hidupnya tanpa mengetahui bahwa setiap langkahnya selalu diawasi. Namun malam ini, kecemburuan yang terpendam dalam dirinya mencapai puncaknya.
Ia harus melakukan sesuatu.
Sementara itu, Noah merasakan ada sesuatu yang tak biasa, seakan-akan ada sepasang mata yang memperhatikannya dari kejauhan. Ia berhenti sejenak, menoleh ke belakang, namun hanya kegelapan yang menyambut pandangannya. "Aneh," gumamnya sambil menggelengkan kepala.
"Noah, apakah kau baik-baik saja?" tanya Kai, si Omega yang kini berada di sampingnya. Suaranya lembut, penuh perhatian.
Noah mengangguk, berusaha mengabaikan perasaan ganjil itu. "Ya, aku baik-baik saja," jawabnya dengan senyuman yang dipaksakan.
Namun Luca tahu. Dia tahu bahwa Noah belum menyadari ancaman yang selalu mengintainya. Luca telah merencanakan sesuatu—sesuatu yang akan memastikan bahwa Noah tidak akan pernah lepas dari genggamannya lagi. Dia tak akan membiarkan siapa pun, terutama Kai, merebut Noah darinya.
Saat itu, Luca membuat keputusan—sebuah keputusan yang akan mengubah segalanya.
“Noah, kau milikku,” bisik Luca pelan, nyaris seperti sebuah janji, saat ia melangkah menuju mobilnya. “Dan aku tak akan membiarkan siapa pun mendekatimu lagi.”
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows of Obsession (BL)
Short StoryEnigma X Alpha Bayangan malam menutupi sudut-sudut kota yang sunyi. Langit di atas hitam pekat, tanpa bintang, seakan menyembunyikan dosa-dosa yang terjadi di bawahnya. Di balik jendela sebuah apartemen mewah, seorang pria berdiri diam, menatap deng...