Chapter 12

44 6 0
                                    

Kegelapan malam semakin pekat saat Noah duduk termenung di sudut kamarnya. Pikiran tentang melarikan diri terus menghantuinya, semakin memperkuat tekadnya untuk keluar dari tempat ini. Walaupun Luca telah berulang kali meyakinkannya bahwa ini demi kebaikannya, Noah tahu bahwa ini semua hanyalah alasan yang disusun rapi untuk menutupi obsesi Luca.

Namun, suatu malam, Noah mendengar suara samar dari balik pintu yang sedikit terbuka. Ada percakapan di luar sana, suara para pengawal Luca yang tampaknya sedang berjaga. Noah memperhatikan dengan saksama, berharap bisa mendengar sesuatu yang bisa membantunya memahami tempat ini.

“…katanya Luca akan pergi besok malam untuk urusan bisnisnya di luar kota. Dia meminta kita memastikan semuanya tetap aman,” ucap salah satu dari mereka dengan suara yang sedikit tertahan.

Noah menahan napas, menyerap informasi yang baru saja didengarnya. Luca akan pergi besok malam—ini mungkin kesempatan terbaik untuk melarikan diri. Dengan hati-hati, dia menarik diri dari pintu dan kembali ke dalam kamar. Otaknya berputar, menyusun rencana pelarian dengan segala keterbatasan yang ada.

Keesokan harinya, Luca datang ke kamar Noah dengan ekspresi yang lebih tenang. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan pergi atau ada urusan penting yang harus diselesaikan. Namun, Noah, yang kini sudah menyadari rencananya, berusaha untuk tidak menunjukkan perubahan apa pun dalam sikapnya.

“Noah, besok aku mungkin akan kembali larut malam. Aku harap kau tidak mencoba sesuatu yang tidak perlu,” ucap Luca dengan nada lembut, tetapi penuh arti.

Noah berpura-pura tidak tertarik. “Tidak ada yang bisa kulakukan di sini, Luca. Kau sudah membuatku tak berdaya.”

Luca tersenyum tipis dan mengangguk. “Bagus. Tetaplah seperti itu.”

Begitu Luca pergi dan malam tiba, Noah mulai bersiap-siap. Dia sudah menyusun rencananya sepanjang hari. Pertama-tama, dia memeriksa setiap sudut kamar, mencari benda apa pun yang bisa membantunya keluar dari ruangan tersebut. Dia menemukan sebuah pengait kecil di lemari, mungkin cukup kuat untuk digunakan sebagai alat mencungkil kunci pintu.

Saat larut malam, Noah mendengar suara langkah kaki yang perlahan menghilang. Pengawal yang berjaga di depan pintu kamarnya tampak sedikit lengah, seolah-olah mengira Noah sudah pasrah dengan nasibnya. Setelah yakin keadaan aman, Noah dengan hati-hati memasukkan pengait ke dalam lubang kunci dan mencoba memutar dengan perlahan.

Setelah beberapa menit penuh ketegangan, terdengar bunyi klik, dan pintu pun terbuka. Noah melangkah keluar dengan hati-hati, mendapati lorong sepi tanpa ada tanda-tanda pengawal.

Dia berjalan perlahan-lahan, memastikan langkahnya tidak terdengar. Setiap ruangan yang dilewati menunjukkan kesan mewah, seakan-akan villa ini adalah istana kecil yang berdiri megah di atas bukit. Namun, Noah tak sempat terkesima. Yang ada di pikirannya hanyalah menemukan jalan keluar secepat mungkin.

Saat dia mendekati pintu utama, langkahnya terhenti ketika mendengar suara. Dia bersembunyi di balik pintu, melihat dua pengawal berjaga dekat gerbang utama. Ini bisa menjadi masalah besar, karena tidak ada cara untuk keluar tanpa mereka melihatnya.

Namun, di saat itulah, dia melihat sesuatu yang tak terduga. Sebuah pintu kecil di samping yang tampaknya mengarah ke garasi. Noah segera merunduk dan menuju pintu tersebut, berharap menemukan jalan alternatif.

Saat masuk ke dalam garasi, dia melihat ada beberapa mobil yang terparkir rapi, dengan satu di antaranya yang kuncinya masih tergantung. Tanpa berpikir panjang, Noah masuk ke dalam mobil itu, menyalakannya, dan perlahan mundur tanpa menimbulkan suara.

Namun, baru saja mobil bergerak keluar dari garasi, terdengar suara alarm yang membuatnya panik. Para pengawal yang berjaga langsung berlari ke arahnya, mencoba menghentikan mobil. Noah menginjak pedal gas sekuat tenaga, memacu kendaraan melewati pintu gerbang dan menuju jalan raya di depan villa.

Dari kaca spion, dia melihat beberapa mobil hitam mengikuti dengan kecepatan tinggi. Noah tahu bahwa ini belum berakhir, tapi setidaknya dia berhasil keluar dari tempat itu. Dengan gemetar namun penuh tekad, dia terus memacu mobil di jalan gelap, berharap menemukan cara untuk benar-benar menghilangkan jejak dari Luca dan orang-orangnya.






TBC.

Shadows of Obsession (BL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang