Chapter 10

125 10 1
                                    

Malam mulai bergulir, dan Noah masih berada di kamar besar yang terasa semakin mencekam. Setiap sudut ruangan tampak rapi, mewah, namun semuanya terasa dingin dan asing. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai rencana melarikan diri, namun tak satu pun tampak mungkin. Bahkan, Noah tak tahu pasti di mana dia berada.

Saat itu, suara pintu terbuka membuat Noah terlonjak. Seorang pelayan masuk dengan wajah tanpa ekspresi, membawa nampan berisi makanan dan minuman. Tanpa sepatah kata, ia menaruhnya di meja dekat tempat tidur, lalu keluar, meninggalkan Noah sendirian lagi.

Sambil menatap makanan yang terlihat begitu mewah, Noah hanya bisa mendesah. Rasa lapar mulai mengganggunya, tetapi perasaan marah dan frustrasi membuatnya menahan diri. Bagaimana mungkin Luca berpikir bahwa memberinya kemewahan bisa mengubah perasaannya?

Namun, setelah beberapa saat, perutnya yang kosong membuatnya akhirnya menyerah. Noah perlahan duduk dan mengambil sedikit makanan, mencoba mencari energi untuk mempertahankan pikirannya yang jernih. Saat tengah makan, pikirannya terus berputar mencari cara untuk berkomunikasi dengan dunia luar.

Tidak lama kemudian, suara pintu terbuka kembali. Kali ini, Luca sendiri yang masuk, mengenakan jas hitam yang membuat sosoknya terlihat semakin mengintimidasi. Dia berdiri di ambang pintu, memperhatikan Noah dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Kau sudah mulai makan. Bagus,” ucap Luca sambil menutup pintu di belakangnya.

Noah hanya memandangnya dengan dingin. “Jika kau berpikir ini akan membuatku nyaman, kau salah besar.”

Luca tersenyum tipis. “Aku tidak berusaha membuatmu nyaman, Noah. Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja.”

“Noah mendengus. “Baik-baik saja? Kau menyekapku di sini dan berharap aku akan ‘baik-baik saja’? Kau sungguh tidak mengerti, Luca.”

Luca berjalan mendekat, lalu duduk di kursi yang ada di hadapan Noah. “Mungkin aku memang tidak mengerti. Tapi aku tahu satu hal—aku tak akan pernah membiarkan siapa pun mengambilmu dariku.”

Noah merasa ketakutan semakin merayap dalam hatinya, tetapi dia berusaha tetap tenang. “Kau tidak berhak mengatur hidupku. Aku bukan milikmu, Luca.”

Namun, ucapan Noah hanya membuat Luca tersenyum. “Kau mungkin merasa begitu sekarang. Tapi cepat atau lambat, kau akan menyadari bahwa aku adalah satu-satunya orang yang bisa memastikan keselamatanmu.”

Noah menggeleng, merasa muak dengan logika yang digunakan Luca. “Ini bukan tentang keselamatan. Ini tentang obsesimu. Aku bukan orang yang kau bayangkan, Luca. Bahkan jika kau menyekapku di sini selamanya, aku tidak akan pernah menjadi milikmu.”

Luca terdiam sejenak, menatap Noah dengan sorot mata yang sulit diartikan. Namun, tatapan itu berubah menjadi lebih intens, penuh dengan keinginan yang semakin menguat.

“Noah,” suara Luca terdengar lebih lembut kali ini, “kau mungkin membenciku sekarang. Tapi aku percaya suatu hari nanti kau akan mengerti alasan di balik semua ini.”

Sebelum Noah sempat menjawab, Luca berdiri dan melangkah menuju pintu, mengakhiri pembicaraan tanpa memberi ruang bagi Noah untuk membantah. Begitu pintu tertutup, Noah merasa keputusasaan semakin mencekik.

Namun, di balik semua itu, semangatnya tidak padam. Ia tahu, apa pun yang terjadi, ia tidak akan membiarkan Luca mengontrol hidupnya. Dalam hati, ia bersumpah untuk menemukan cara keluar dari tempat ini, bagaimanapun caranya.






TBC.

Shadows of Obsession (BL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang